webnovel

Bab 5

"Ok...Gw Jalan Ke sana. Masih ada waktu 2 jam buat gw bersiap kan!" Ucap Lessya dengan mencoba tersenyum

"Masih ada 2 jam Boss, gaun loe  udah di anter orang butik, gw udah simpen di tempat biasa." Jawab Rita dan membereskan proposal proposal yang sudah selesai.

"Ok..." Jawab Lessya

"Gw duluan Yah Sya...Rudi udah nunggu di Lobby," Pamit Rita dan menunjukan layar handphone nya.

"Kenapa dia ga keruangan gw sih?" tanya Lessya lalu bangun dari duduk nya

"Kalo Rudi ke sini...pasti lama, loe kan paling seneng curhat." Canda Rita dan Lessya tertawa. Iya...Rita dan Rudi adalah sahabat nya, sangat nyaman bercerita ini itu pada pasangan suami istri itu.

"Ya udah..sana pergi...Sepet mata gw," Canda balik Lessya dan berhasil membuat Rita tertawa.

"Gw balik ya Sya...Jangan di pikirin. Gw dan Rudi pasti ada di samping loe," Ucap Rita dan menarik tangan sabahatnya, Rita memeluk tubuh Lessya dan Lessya merasa nyaman di pelukan sahabat nya, mata nya berkaca kaca, dan Lessya mengatur nafas nya, setelah merasa lebih tenang, lessya mengusap mata nya dan melepas pelukan nya.

"Pergi sana...titip salam buat Dara gw yang cantik," Ucap Lessya dan tersenyum

"Thanks aunty Lessya." Jawab Rita dan pergi dari ruangan nya Boss nya.

Lessya duduk kembali di kursi kerajaan nya, dia menatap photo anak laki laki berusia 5 tahun yang sedang tersenyum manis, anak yang tampan dan Lessya selalu berharap kebahagian untuk anak satu satu nya itu, anak yang di tolak oleh Ferdi, laki laki yang dulu menjadi kekasih dan pujaan hati nya.

Dan nasib baik tidak berpihak pada nya, saat Lessya mengutarakan kehamilan nya, Ferdi menolak nya mentah mentah, Ferdi lebih mengikuti saran keluarga nya untuk melanjutkan kuliah nya di luar negeri dan bersiap untuk meneruskan perusahaan keluarga nya.

Lessya mengusap air mata nya yang jatuh, 6 tahun yang berat, 6 tahun dia hidup tanpa laki laki yang begitu di cintai nya, 6 tahun di lupakan, dan saat hari hari nya sudah normal 4 tahun ini, tiba tiba Ferdi datang, datang kembali dan mengusik kehidupan nya.

"Jangan pernah berharap Kevin bisa mengenal mu, Fer!"

"Jangan pernah berharap aku akan seperti Lessya yang dulu, Lessya yang polos dan bodoh!"

Ucap Lessya dengan berapi api saat ini.

Setelah puas menangis, Lessya masuk ke dalam ruang pribadi di dalam ruangan kerja nya, satu ruangan tempat dia beristirahat dan merebahkan tubuh letih nya ketika berada di kantor nya.

Lessya membasuh wajah nya, lalu memulai untuk merias kembali riasan di wajah nya, hanya merias tipis, karna tanpa kosmetik pun, Lessya sudah sangat cantik.

Satu gaun berwarna hitam dia ambil dari lemari pakaian, dia melepas pakaian nya sembarang, lalu mengunakan gaun hitam selutut yang begitu sempurna di tubuh nya, tidak glamor tapi sangat menawan, tidak berlebihan terbuka, tapi cukup membuat mata laki laki membulat sempurna nanti nya.

Lotion dia usapkan pada siku tangan nya, parfum dia semprotan ke tubuh nya dan Lessya sudah siap untuk pergi bersama Ivan ke acara grand opening car exhibition  malam ini.

Dengan langkah pasti dia keluar dari ruangan nya, sudah ada Ivan yang berdiri di depan pintu.

"Jalan sekarang Van?" Tanya Lessya dengan mengambil tas di meja nya.

"Baik, Bu!." Jawab Ivan dengan sedikit menelan saliva nya, lagi lagi dia merasakan keberuntungan, bisa menemani wanita cantik ini ke pesta, wanita cantik yang mandiri dan cerdas,  dan banyak pujian dalam hati Ivan untuk wanita yang saat ini berdiri tepat di depan nya.

"Kamu kenapa?"  tanya Lessya karna melihat Ivan terlihat tidak fokus saat ini.

"Tidak Bu, Hanya saja....Ibu terlihat benar benar cantik malam ini." Puji nya Jujur dan Lessya pun tertawa.

"Jadi tadi sore saya ga cantik gitu?"

"Cantik Bu..Ibu selalu terlihat cantik." Jawab Ivan cepat,

"Ahh gombal kamu Van, ayo jalan," Ajak Lessya dengan memegang bahu Ivan, Ivan yang di pegang lengan nya tersenyum dan melangkah dengan tegap mendampingi sang putri.

Ivan membukakan pintu mobil untuk Lessya.

"Kamu duduk di sini aja, Van!" perintah Lessya ketika ivan hendak duduk di samping Sopir

"Tapi Bu..."

"Ayo lah Van...Kamu itu terlalu kaku, ini bukan lagi office hour, dan jangan selalu membantah." Jawab Lessya, Ivan yang mendengar perintah Boss nya ragu ragu saat ini.

"Ayo Ivannnn..."

"Baik Bu!" Jawab Ivan setelah mendengar suara Boss nya naik satu oktaf.

"Kenapa masih saja kaku, Van?"

"Saya bukan Papa!" Keluh Lessya pada Ivan, karna Ivan terlihat diam, dan duduk nya pun begitu tegak, Ivan hanya menoleh dan lalu tersenyum

"Maaf!" jawab Ivan singkat

"Saya Lessya, bahkan umur saya di bawah kamu, Van!" Keluh Lessya lagi

"Tapi Ibu adalah atasan saya!"

"Tapi saya sudah sering meminta...anggap saya teman kamu Van," Jawab Lessya dengan cepat

"Maaf saya tidak bisa," Jawab Ivan dengan cepat dan tetap dengan suara yang santun

"Apa harus Papa saya yang minta kamu, untuk menjadikan saya sebagai teman mu?" tanya Lessya serius

"Sebaik nya tidak perlu, Bu!" Jawab Ivan

"Good...kalo begitu mulai saat ini panggil saya Lessya," Kata Lessya dengan Senyum kemenangan, dia sudah berkali kali meminta hal ini pada Ivan, tapi Ivan selalu menolak nya.

"Baik lah saya akan coba." Jawab Ivan, dia mulai mencoba duduk menyandar pada jok Mobil dan itu membuat Lessya tersenyum, bahkan menepuk paha laki laki di samping nya.

"Memang Papa itu galak banget yah Van? Sampe kamu begitu takut nya?" Tanya Lessya dengan tertawa kecil.

" Saya menghormati Bapak dengan semua penghormatan yang saya punya, beliau terlalu baik pada saya," jawab Ivan, dia tersenyum saat mengatakan nya.

"Oh yah???!!" tanya Lessya

"Tapi Papa ikut galak Van, saya aja anak nya takut," Ucap Lessya lagi

"Papa cuma sayang ke Kevin, Papa hanya Sayang Kevin, dan sampai dengan saat ini, seperti nya Papa masih marah ke Saya Van!'' cerita Lessya dan langsung mendapat bantahan dari Ivan

"Bapak tidak seperti itu, dalam hari hari Bapak, hanya ada rasa takut kamu tidak bahagia." Jawab Ivan

"Saya tidak yakin!" jawab Lessya lemas, dia terbayang sosok Papa nya yang begitu marah saat mengetahui diri nya hamil tanpa laki laki yang mau bertanggung jawab.

"Yakin lah...Karna memang kenyataan yang saya bicarakan adalah kebenaran nya!" Ucap Ivan dengan sangat serius.