webnovel

Ditolak!

Nurma akhirnya mengatakan semuanya. Dari A sampai Z dia utarakan maksud dan tujuan kenapa dia berkunjung. Namun, belum juga selesai berbicara, Melisa sudah memotong pembicaraan dengan sangat emosional.

"Apa anda ingin membuat saya murka?! Bukankah sudah saya katakan bahwa rencana yang sudah kami rencanakan itu tidak ingin mendapatkan penolakan sedikitpun!" Melisa berdiri sambil menggebrak meja dan berteriak.

Nurma dan Putra semakin takut. Mereka juga syok melihat kelakuan Melisa yang begitu kejam dan keras kepala.

"Jika kedatangan kalian hanya ingin membuatku marah, lebih baik sekarang kalian pergi!" imbuh Melisa tidak berperasaan.

Bisa saja Nurma dan Putra marah karena sudah diperlakukan tidak baik dan kurang ajar. Namun, Nurma dan Putra memilih tenang dan bersabar.

Seharusnya Melisa sadar, jika tuntutannya begitu banyak. Uang 100 Miliyar yang diminta sangat menekan keluarga Aurel. Bahkan, semua itu dilakukan Melisa hanya karena glamor semata.

Suasana mulai tegang dan menekan. Di lain sisi Nurma tidak tega jika Aurel gagal menikah. Namun, dia juga takut jika kekayaannya akan sirna.

"Aku harus bagaimana sekarang? Apakah sebaiknya aku mengalah dan menurut saja? Toh, uang bisa dicari lagi," batin Nurma kemudian sembari menarik nafas dalam-dalam.

Putra yang juga diam hanya berpikir. Kalau saat ini dia ikut andil dalam pembicaraan dua wanita di depannya saat ini, bukan jalan keluar yang akan didapat, melainkan semakin runyam. Jadi Putra menyerahkan semua keputusan pada Nurma, Istrinya.

Segala pertimbangan dipilah Nurma dan pada akhirnya dia mengiyakan permintaan Melisa yang tidak bisa dinalar sedikitpun.

"Kalau begitu, kami ijin pulang dulu ya, Mbak," ucap Nurma masih bersikap sangat ramah dan selalu tersenyum.

"Jangan lupa uangnya segera ditransfer karena saya segera akan mengurus semuanya!" jawab ketus Melisa.

Beruntung Melisa berhadapan dengan keluarga yang baik hati dan ramah. Kalau tidak, mungkin mulut pedas Melisa sudah dibungkam dengan cabe sekarung.

"Pa, Mama minta maaf ...." Saat di dalam mobil hendak pulang, Nurma menatap mata Putra dengan perasaan tidak enak hati.

Putra lantas menyambut tatapan mata itu dengan senyuman. "Tidak perlu meminta maaf begitu, Ma ... Papa tahu, jika Mama melakukan itu semua demi Aurel. Sudahlah, tidak perlu risau. Sekarang, kita berikan saja uang tersebut pada mereka dan kita mulai menabung lagi dari awal," jawab Putra begitu bijaksana.

"Terima kasih, Pa ... Mama bahagia mempunyai Suami seperti Papa."

Putra kembali tersenyum dan mengecup kening Istrinya itu lalu kembali fokus pada jalan.

Aurel tidak tahu jika kedua orangtuanya itu harus mengeluarkan uang yang begitu besar untuk pernikahannya. Karena Nurma dan Putra memang sengaja menyembunyikan kebenaran yang ada.

Mereka tahu benar sifat Aurel yang tidak tega dan sangat menyayangi kedua orangtuanya. Jadi Nurma dan Putra sepakat tidak menceritakan apapun pada Aurel. Yang Aurel tahu semuanya aman terkendali.

***

[Sayang, nanti kita ketemuan ya!] Pesan yang dikirim Vero untuk Aurel.

Aurel yang saat ini sedang menatap laptop langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel yang bergetar dan menyala memperlihatkan sebuah nama "Honey" Aurel pun mengambil ponsel dan membaca pesan tersebut.

Senyuman manis mengembang di bibir Aurel. Gadis cantik itu memang tidak bisa menahan rasa bahagia saat diajak ketemuan oleh Sang Pacar.

"Dengan senang hati, Sayangku!"

Setelah menjawab pesan dari Vero, rasa kangen mulai memenuhi dada Aurel. Dia lantas menelepon Vero.

"Maaf, aku jadi menelepon," ucap Aurel saat panggilannya sudah masuk dan diangkat Vero.

"Aku tahu, kamu pasti kangen kan? Sama ... aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu dan menikah denganmu. Tinggal seminggu lagi kita akan menjadi Suami-Istri!" sambung Vero kemudian dengan nada semangat.

"Aku juga Mas Vero tersayang! Sabar ya ...."

Ternyata di saat mereka sedang berbincang, ada seseorang yang mendengar. Siapa lagi kalau bukan Carissa.

Sebenarnya, dia ingin mengetuk pintu untuk meminta tandatangan Vero, tapi karena pintu ruangan terbuka sedikit dan memperdengarkan pembicaraan yang tidak biasa, Carissa lalu menguping.

"Apa?! Jadi mereka satu minggu lagi akan menikah? Kurang ajar! Gue gak terima!" Saking kesalnya, Carissa tidak sadar jika dia telah meremas berkas penting yang saat ini dia genggam.

Tidak ingin semakin sakit hati, Carissa lalu mengetuk pintu. Tentu saja tujuannya untuk mengganggu pembicaraan Aurel dan Vero.

Tok! Tok!

Vero menoleh. "Siapa sih?! Ganggu aja!" batin Vero kesal. Ia lantas mengatakan pada Aurel kalau ada yang datang dan dia harus menutup telepon.

Secara bersamaan, Carissa masuk tepat saat Vero telah mengakhiri telepon dan meletakkan ponselnya tersebut di atas meja.

"Maaf, Pak mengganggu ... saya ingin meminta tandatangan," jelas Carissa semakin mendekat ke sisi Vero.

Kali ini tentu berbeda. Carissa sudah tidak berani lagi menggoda Vero apalagi merayunya.

"Bawa ke mari berkasnya!" sahut Vero sadis.

Namun, saat berkas tersebut diberikan, mata Vero melotot menjadi murka.

"Apa-apaan ini?! Kenapa kertasnya lecek begini! Kamu ini, sebenarnya becus tidak!"

Carissa hanya tercengang tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin menjelaskan juga tidak mungkin. Apa kata Vero jika dia tahu kalau kertas tersebut menjadi kumal akibat Carissa cemburu pada Aurel.

Segala cacian kembali memenuhi benak Carissa. Vero sungguh kejam. Dia tega memaki sekretarisnya itu habis-habisan.

Kekesalan Carissa bertambah pada Vero. Dia sudah tidak tahan lagi diperlakukan seenak jidatnya oleh Vero. Membuat rasa ingin balas dendam di hatinya semakin tinggi.

***

"Ma, tumben Mama duduk di sini sendirian? Ada apa?" tanya Aurel sepulang dari kantor.

"Eh, Sayang! E-enggak apa-apa kok. Mama baik-baik saja. Lagi pengen duduk di ruang tamu saja," jawab Nurma bohong.

"Tapi ini pertama kalinya Aurel melihat Mama duduk termenung sendirian di sini. Biasanya Mama rebahan di kamar sama Papa. Oh iya, Papa di mana, Ma?" Aurel lalu mengedarkan pandangan mencari Putra.

"Papa sedang ada urusan sebentar, Sayang."

Aurel kembali heran. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.00. Biasanya jam segitu Putra sudah tidur di kamar bersama Nurma. Tapi, malam ini Aurel merasa ada yang aneh dari kedua orangtuanya itu.

"Apakah ada yang mereka sembunyikan dari aku? Tapi apa? Kenapa di saat aku akan menikah, aku melihat kesedihan di wajah Mama? Apa Mama tidak suka dengan rencana pernikahanku?" batin Aurel.

Aurel yang memang sangat menyayangi Mamanya itu kemudian mendekat dan mengusap lembut punggung Sang Mama.

"Aurel yakin, pasti saat ini ada yang sedang dipikirkan Mama. Aurel mohon, Mama mau bercerita pada Aurel. Katakan semuanya, Ma ...."

Demi tidak ingin membuat Aurel khawatir, Nurma lalu mengusap pipi Anak kesayangannya itu.

"Mama tidak apa-apa, Sayang ... sungguh!"

Namun, Aurel tahu jika Mamanya sedang berbohong.

"Apa Mama sedih karena Aurel menikah dengan Vero? Apakah Mama tidak setuju dengan pernikahan Aurel?"

***

Bersambung.