"Karena kamu tidak serendah itu." Suara pria itu terdengar sangat tegas.
Shen Qinglan terkejut.
Ternyata selain kerabat yang berhubungan darah, di dunia ini masih ada seorang pria lain yang akan mempercayainya tanpa ragu. Walaupun hubungan di antara mereka bisa dibilang asing.
Fu Hengyi menatap Shen Qinglan, sorot matanya lembut, "Kamu adalah orang yang punya kebanggaan, tidak akan serendah itu menggunakan cara seperti ini. Tapi terkadang, apa yang harus dijelaskan tetap harus dijelaskan. Bagaimanapun juga tidak setiap orang akan mempercayaimu seperti aku."
Shen Qinglan menatap orang di hadapannya itu sambil tertegun. Untuk pertama kalinya, timbul riak di lautan hatinya yang tenang karena seorang pria.
**
Wajah Shen Qinglan masih tetap merah dan bengkak, sama sekali tidak membaik setelah dikompres dengan es batu.
Agar tidak membuat Nenek Shen khawatir, Kakek Shen tidak mengatakan kepadanya kalau Shen Qinglan dipukul, dia hanya mengatakan bahwa kedua kakak beradik itu sedikit berselisih dan Shen Qinglan tidak sengaja terpeleset lalu melukai kakinya. Setelah mengetahui Qinglan baik-baik saja, hati Nenek Shen pun tenang. Bagaimanapun juga keributan tadi tidak kecil. Tetapi dia berbaring di tempat tidur dan tidak mempunyai energi untuk bangun. Maka dia tidak bisa pergi untuk melihatnya sendiri dan hanya bisa merasa cemas dalam hati.
Chu Yunrong tidak kembali sampai malam, wajahnya terlihat lelah.
"Bagaimana Xitong?" Kakek Shen bertanya.
"Kata dokter betis kanannya retak, yang lain tidak ada yang serius. Hanya saja waktu konser Tongtong akan segera tiba. Sekarang seperti ini, dia pasti tidak bisa mengikutinya. Dia sedikit tertekan."
Bagaimanapun juga ini adalah kesempatan yang tidak mudah didapat. Walaupun Shen Xitong cukup terkenal dalam bidang itu, tetapi baginya kesempatan seperti ini juga sangat berharga.
Setelah selesai berbicara, Chu Yunrong memandang ke arah Shen Qinglan yang sedang duduk di samping tanpa berkata-kata, "Qinglan, bagaimanapun juga masalah hari ini kamu yang salah duluan. Aku tidak peduli ada konflik dan kesalahpahaman seperti apa di antara kalian, tapi dia tetap adalah kakakmu. Kamu salah kalau kamu mendorongnya. Sekarang karena kamu dia kehilangan kesempatan yang begitu berharga. Meskipun Tongtong berkata kalau dia tidak menyalahkanmu, tapi kamu juga tidak boleh tidak tahu aturan. Besok ikut mama ke rumah sakit untuk meminta maaf kepadanya."
Saat itu barulah Shen Qinglan mendongak dan memandang ibunya yang sedang menatapnya. Tatapannya dingin, di matanya tidak ada sedikitpun emosi, "Aku tidak akan meminta maaf kepadanya."
"Kamu… kamu sudah berbuat salah, tidak tahu bertobat, tapi bahkan membantah orang tua. Apakah biasanya aku mengajarimu seperti itu?"
Shen Qinglan menyeringai kecil, tidak jelas apa maksudnya, "Aku hanya tahu kalau aku adalah seorang yatim piatu, tidak punya orang tua, terlebih lagi tidak ada orang yang mendidik aku. Banyak orang yang menyebutku anak haram yang tidak diinginkan oleh siapa pun."
Suara Shen Qinglan sangat pelan, hanya saja saat itu di ruang tamu sedang sepi. Perkataannya itu menembus ke dalam telinga Kakek Shen dan Chu Yunrong. Seketika raut wajah mereka berdua pun memburuk.
Shen Qinglan langsung sadar kalau dia salah setelah mengucapkan perkataannya. Melihat raut wajah Kakek Shen yang muram, samar-samar dia merasa agak menyesal. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati kakeknya.
"Sudahlah, Yunrong, aku sudah bilang masalah ini sampai di sini saja. Kalau Xitong tidak bisa mengikuti konser, maka biarkan dia beristirahat baik-baik di rumah selama beberapa waktu. Lanlan, bukankah besok kamu harus mengikuti ujian akhir semester? Malam ini tidurlah lebih awal."
Setelah mengatakannya, Kakek Shen berdiri lalu naik ke atas.
Shen Qinglan berdiri dan bermaksud untuk naik ke atas juga.
"Qinglan, aku tahu dalam hatimu kamu terus menyalahkan mama, kalau bukan karena mama tidak menjagamu baik-baik dulu, maka kamu tidak akan direnggut oleh pedagang manusia dan tidak akan mengalami begitu banyak penderitaan. Kamu bisa tumbuh besar dengan menikmati kasih sayang kami sebagai putri keluarga Shen yang berharga. Kamu boleh menyalahkan mama, tapi Tongtong tidak bersalah. Kamu tidak tahu, dulu setelah kehilangan kamu, mama bahkan jadi gila. Kalau bukan karena Tongtong, mungkin mama yang kamu temui sekarang adalah orang gila. Mama tahu sejak kamu kembali, mama lebih menyayangi Tongtong. Tapi mama juga tidak bisa apa-apa. Kalau karena kamu kembali lalu mama lebih menyayangimu, bagaimana orang luar akan memandang mama? Juga bagaimana mereka akan memandang keluarga Shen?"
Chu Yunrong berkata dengan mata yang berkaca-kaca.
'Dalam hal ini yang teraniaya bukan hanya kamu, Shen Qinglan. Aku lebih merana daripada kamu. Aku kehilangan putri kandungku, anak yang telah kukandung selama sepuluh bulan dan kulahirkan. Siapa yang bisa memahami rasa sakitku?'
Shen Qinglan menghentikan langkahnya, mata indahnya agak berkilat, "Kamu terlalu berpikir berlebihan. Aku tidak pernah membencimu."
"Tidak, kamu membenciku, kamu membenciku karena membuatmu hilang, membenciku karena tidak mencarimu, membenciku karena aku lebih baik terhadap Tongtong daripada terhadapmu. Kamu juga membenci Tongtong, karena merebut semuanya yang semula adalah milikmu." Chu Yunrong mengeluh.
Seberkas emosi yang aneh melintas di mata Shen Qinglan, dia tidak berbalik, "Kalau kamu berpikir begitu, anggap saja begitu. Kalau itu bisa membuatmu sedikit gembira."
Shen Qinglan tidak ingin berdebat dengan Chu Yunrong.
Tetapi Chu Yunrong malah tiba-tiba seperti diprovokasi, dia langsung maju ke depan Shen Qinglan dan menatapnya dengan ekspresi benci, "Lagi-lagi begini. Shen Qinglan, lagi-lagi raut wajahmu seperti ini. Apa kamu merasa aku selamanya berhutang kepadamu? Jadi walaupun aku ingin menebusnya, kamu selalu menolak dan membuat jarak."
Shen Qinglan menatap Chu Yunrong yang emosinya agak di luar kendali, alisnya agak berkerut, "Aku tidak berpikir seperti itu."
"Tidak, kamu berpikir begitu."
"Qinglan, kesalahan mama adalah milik mama, kamu jangan menyalahkan Tongtong. Kalau ada yang membuatmu tidak puas, kamu bisa katakan kepada mama, mama akan melakukan yang terbaik dan menebusnya untukmu. Tapi Tongtong tidak bersalah, besok kamu ikut mama pergi untuk meminta maaf kepadanya, ya?" Nada bicara Chu Yunrong melunak.
Mata indah Shen Qinglan bercampur dengan hawa dingin, "Aku sudah bilang, aku tidak akan meminta maaf kepadanya."
Chu Yunrong langsung mengangkat tangannya.
"Kenapa? Masih mau menamparku lagi?" Shen Qinglan menatap lurus ke mata Chu Yunrong dengan punggung tegak.
Tapi Chu Yunrong mundur dua langkah. Dia menatap wajah kiri Shen Qinglan dengan tertegun. Di sana masih ada bekas lima jari, masih sangat jelas, tidak memudar dibandingkan dengan sore tadi.
"Qinglan, mama… mama tidak sengaja." Mata Chu Yunrong berkaca-kaca. Dia mengulurkan tangan hendak membelai luka di wajah Shen Qinglan.
Shen Qinglan memalingkan wajahnya dan menghindar. Tangan Chu Yunrong menyentuh udara kosong.
Shen Qinglan langsung melewati Chu Yunrong dan naik ke atas.
Chu Yunrong berdiri di tempatnya dan menatap tangan kanannya dengan linglung. Hari ini dia telah memakai tangan ini untuk memukul anak perempuan yang telah banyak dirugikannya.
Dia seperti telah mendapat sebuah pukulan keras. Dia terhuyung-huyung beberapa langkah lalu langsung jatuh terduduk di sofa belakangnya.
Di dalam kamar, Shen Qinglan membenamkan diri di dalam selimut, wajahnya tampak sedih.
Benar saja, sudah terlalu lama menjalani hidup yang nyaman, bahkan dia tidak bisa mengatur emosinya sendiri.
Shen Qinglan mencemooh dirinya sendiri. Bahkan dirinya sendiri tidak mengerti, dari mana datangnya ketajaman tadi? Jelas-jelas dia sudah tidak peduli.
Kalau orang-orang itu tahu, mungkin mereka akan menertawakannya. Hal kecil seperti ini saja tidak bisa ditangani, disiram air kotor, bahkan ditampar. Benar-benar, hidup semakin lama semakin terlihat seperti dulu.
Memikirkan hal ini, dia tiba-tiba teringat kepada Fu Hengyi yang berkata dengan begitu tegas 'aku mempercayaimu'. Jelas-jelas mereka hanya bertemu beberapa kali.
Shen Qinglan mengusap-usap wajahnya, mencoba mengusir rasa panas di wajahnya. Tetapi dia lupa kalau wajahnya terluka, dia pun mendesis kesakitan.