webnovel

Pasti Salah Lihat

Redakteur: Wave Literature

"Sudahlah, kalian berdua bicara saja nanti, kakakmu baru saja pulang, biarkan dia istirahat." kata Lan Tingyun sambil tersenyum.

"Ah, aku terlalu senang, sampai lupa sesuatu." Lan Yanran menjulurkan lidahnya, dan lari ke dalam kamar sambil menarik Lan Anran.

"Kakak, ikut aku, kamar yang disiapkan oleh ayah dan ibu untukmu sangat indah."

Dia menarik Lan Anran ke depan dan terus-menerus mendesak "cepat, cepat", namun Lan Anran sama sekali tidak merasa terganggu.

Dekorasi rumah Keluarga Lan sederhana namun terlihat sangat elegan, dan para pelayannya terlatih dengan baik. Ketika melihat mereka berdua, para pelayan langsung membungkuk untuk menyapa mereka.

Keramahan yang hangat membuat Lan Anran merasa sangat nyaman.

Di kehidupan sebelumnya, dia tidak punya niat untuk tinggal di rumah Keluarga Lan, dan tidak pernah merasakan kesopanan dan perhatian dari pelayan-pelayan itu.

Setelah memikirkannya, perasaan ini hanya karena dia baru saja pulang ke rumah Keluarga Lan.

Sebelum dia pulang, para pelayan pasti telah diperingatkan untuk bicara dengan hati-hati. Bagaimanapun, mereka tidak tahu apa kesukaan Lan Anran. Akan jadi buruk jika nona membenci Keluarga Lan, hanya karena mereka melakukan kesalahan

Sebelum selesai dengan pikirannya, Lan Yanran telah menyeretnya ke lantai dua dan bergegas ke pintu kamar yang telah disiapkan orang tuanya untuk dirinya.

"Kak, cepatlah, buka kamarnya. Ayah, ibu, dan kakak mengatakan ini kamarmu, bahkan aku tidak boleh masuk."

Lan Yanran penasaran. Sejak mendengar bahwa kakaknya akan pulang, seluruh keluarga sangat senang. Kamar itu dirancang oleh ibunya, ayah serta kakaknya dan dipenuhi dengan berbagai perlengkapan, tetapi dia tidak diperbolehkan masuk.

Huh, dengan adanya kakak, orang-orang ini seakan-akan tidak mencintainya lagi.

Tapi di sisi lain, dia juga sangat senang. Diam-diam dia mengeluarkan uangnya untuk membeli banyak mainan mewah dan menyembunyikannya di kamar. Saat kakaknya pulang, dia ingin memberi kejutan.

Lan Anran berdiri di pintu kamarnya, mendengarkan adiknya yang masih tertawa gembira, menarik nafas dalam-dalam, dan membuka pintu.

Ketika dekorasi warna merah muda mulai terlihat, Lan Anran melotot memandangi kamar yang ada di hadapannya. Dia bahkan tidak bisa berkata apa-apa.

Di lantai terdapat karpet merah muda, bahkan berbagai bentuk lain yang ada di area kamar tidurnya ditata dengan cermat.

Dinding berwarna merah muda dengan pola hati, dan ada lemari pakaian putih yang besar.

Di sisi yang lain ada meja merah muda, dan ada laptop putih di atasnya.

Di sebelah meja ada balkon kecil. Di sana ada berbagai keranjang yang berisi bermacam-macam tanaman.

Dari seluruh yang ada di kamar, benda yang paling mencolok adalah tempat tidur merah muda yang ditempatkan di tengah kamar. Tirai merah muda yang tergantung, perlahan-lahan membuka tertiup angin dan memancarkan cahaya yang bagus bagaikan berlian.

Meja di samping tempat tidur juga berwarna merah muda dan lampu khas Eropa ditaruh di atasnya.

"Wow, indah sekali!" Lan Yanran melebih-lebihkan, "Ibu memperlakukanmu bagaikan putri!"

Lan Anran sedikit terharu.

Saat mengingat kehidupan sebelumnya, dia jarang pulang ke rumah keluarga Lan. Apabila dia pulang, dia tidak pernah masuk ke kamar yang telah disiapkan keluarga untuknya, sebaliknya, dia memilih ke kamar tamu atau bahkan pergi ke kamar pelayan untuk istirahat.

Dia sangat bodoh.

Demi mendekorasi ruangan ini, orang tua dan keluarganya pasti menghabiskan banyak tenaga dan uang, kan?

"Kakak," Kata Lan Yanran tiba-tiba, "Kamarmu sangat indah. Dibandingkan hadiah yang aku siapkan untukmu, pasti kamu tidak menyukainya, kan?"

"Bagaimana bisa?" Lan Anran dengan cepat tersadar, lalu tersenyum, "Selama Yanran menyiapkannya untukku, aku akan menyukainya."

"Pembohong." Meskipun bibirnya terlihat cemberut, namun kebahagiaan di mata Lan Yanran tidak bisa disembunyikan.

"Yang bohong padamu akan jadi anak anjing." Lan Anran mengatakannya sambil tersenyum, "Jadi, hadiah apa yang disiapkan Yanran untukku?"

Mata Lan Yanran menyipit sambil tersenyum, lalu mengatakan, "Kalau begitu kamu tunggu aku di sini, ya, Kak, sementara aku akan pergi mengambil hadiah untukmu."

Begitu selesai mengatakannya, dia berlari dengan tergesa-gesa.

Lan Anran bahkan tidak sempat menghentikannya, Yanran menghilang begitu saja.

Dia menggelengkan kepalanya lalu masuk ke kamar.

Kebutuhan sehari-hari semuanya tersedia di kamar. Di samping lemari, ada pintu kecil tersembunyi yang merupakan toilet pribadinya.

Lan Anran membuka lemari. Deretan pakaian indah yang tergantung di sana membuatnya terpesona.

Ini pasti pakaian yang dipilih Ibu untuknya.

Khawatir jika putrinya menderita di luar sana, dan takut putrinya akan merasa rendah diri, bagaimana perasaan ibu hingga sampai melakukan ini semua bahkan saat sedang sakit?

Saat memikirkan hal itu, Lan Anran tiba-tiba merasa bahwa dia tidak seharusnya pulang ke rumah Keluarga Lan, melainkan pergi ke rumah sakit untuk menemui ibunya terlebih dahulu.

Lan Anran keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan anggun, membuat Lan Yanran yang mengikuti di belakangnya dengan memegang setumpuk mainan mewah di tangannya, tercengang.

Siapa bilang kakakku itu gadis desa? Dia jelas lebih anggun dari semua orang di Rongcheng. Dia lebih mirip seperti wanita dewasa yang sangat cantik.

"Kak, mau ke mana?" Lan Yanran buru-buru melemparkan boneka dan mainan di tangannya ke pelayan yang mengikuti di belakangnya. Dia takut kalau Lan Anran marah kepadanya.

Kakak baru saja datang lalu pergi begitu saja, jadi aku harus menjaganya.

Lan Yanran terburu-buru, dan mengikuti Lan Anran ke bawah. Ketika turun, kakinya terkilir, "Aduh, aduh."

"Yanran, kenapa? Apakah kamu jatuh? Apakah ..."

Tiba-tiba terdengar suara yang familiar menanyakan keadaannya dengan khawatir.

Lan Anran hendak membantu adiknya, tetapi ketika mendengar suaranya, raut wajah adiknya tiba-tiba berubah.

Dengan ekspresi yang terkejut, Lan Yanran langsung bersembunyi di belakang. Lan Anran yang melihatnya dengan cepat menenangkan perasaannya, melangkah maju, dan membantu Yanran bangkit lagi.

"Kakak, kamu ..." Lan Yanran memandang kakaknya dengan cemas, dan merasa bahwa dia pasti salah lihat.

Kakaknya sangat cantik dan lembut, bagaimana bisa menunjukkan ekspresi yang begitu mengerikan?

Dia pasti salah lihat.