webnovel

=17=

"Nia, lo pulang bareng siapa? "

"Bareng Ricky ver" Nia merapikan buku - bukunya dan bersiap untuk pulang.

"Oh" gumam Vero

"Oh iya ver, gue besok gak bisa kerumah lo soalnya gue mau belajar masak ama Amel aja " ujar Nia sambil berjalan mendahului Vero.

"Kenapa? " tanya Vero yang kini menyamai langkah Nia.

"Ya lo kalau ngajarin rese sih hahaha.." canda Nia tapi beda dengan Vero yang anggap candaan Nia itu serius.

"Kalau gitu gue gak bakal rese lagi kalau ngajarin lo"

Nia menatap kearah Vero tidak enak. "bukan gitu, gue cuman gak mau repotin lu. Ujian semester kan udah mau dekat" jelas Nia. Nia berhenti berjalan dan menatap Vero "Sorry ya kalau gue selama ini ngerepotin lu dan perjanjian yang di rooftop itu batalin aja. Makasih karena udah mau ajarin gue, bye"

Nia berlari menuju parkiran dan meninggalkan Vero yang terdiam, dia merakan perasaan tidak suka dan juga sesak saat melihat Nia di bonceng oleh Ricky. Apa mungkin dia harus belajar naik motor?

"Vero belum pulang?" suara seseorang itu membuyarkan lamunannya.

"Belum, lagi nunggu kamu. Mau bareng gak? " tanya Vero pada Arin yang kini berdiri di sampingnya.

"Gapapa emang? "

"Iya, mau gak? "

"Yaudah deh"

Senyum Vero merekah, dia lantas menarik tangan Arin menuju parkiran mobil.

~#~#~

"Kak Nia belajar masak kayak gini biar apa? " tanya Amel, adik Ricky yang masih kelas 3 SMP

Iya, saat ini Nia berada di dapur bersama Amel sepulang sekolah. Dia menyuruh Ricky supaya membawanya langsung kerumahnya. Sebenarnya Nia malu harus belajar masak yang kini di ajarin oleh anak SMP, tapi karena udah terlanjur jadi dia gak bisa nolak.

Tapi untungnya, adik Ricky baik, dan kebetulan teman adiknya juga, Tiara. Jadi Nia mudah akrab karena emang Amel orangnya ramah dan periang. Dan kini keahlian memasak Nia cukup meningkat, jadi Amel gak terlaku susah buat ngajari Nia.

"Gak ada, rencana awal pengen jualan tapi lama kelamaan kayak pengen aja gitu bisa masak, supaya gak diomelin sama ibu dan bisa masakin Ara kalau ibu gak ada dirumah" jelas Nia dan Amel yang disampingnya cuman nganggukin kepala.

"Tiara gak bisa masak kayak Amel ya, dia taunya cuman makan sama main hp doang" ujar Nia sambil mengaduk - ngaduk masakannya.

"Masa? Tapi kata Ara dia sering nyapu sama ngepel, kalau kak Nia cuman makan tidur doang. Gitu katanya" ucap Amel polos tanpa tahu Nia menggenggam erat spatulanya.

'punya adek pengen masukin lagi kedalam rahim emaknya' batin Nia.

"Jangan percaya sama kata Ara, dia itu banyak tipu - tipu dan juga jangan bilangin Ara ya kalau kakak belajar masak sama kamu"

"Kenapa? "

"Nanti dia banyak omong, lebih baik jangan ngasih tau dia ya? "

"Oke"

Nia berkata seperti itu karena dia yakin jika adiknya sampai tahu dia belajar memasak sama temannya yang sialnya masih SMP, adiknya itu pasti akan mengejeknya di ikuti oleh abangnya sang pencinta kucing.

"Ayah sama ibu kamu kemana?" tanya Nia yang kini menuangkan masakannya ke piring.

"Lagi kerja, pulangnya pas malam"

"Jam berapa emang? "

"Kalau gak jam 9 ya jam 10"

"Oh" gumam Nia, tidak jauh beda sih dengan ibunya yang kadang pulang malam.

"WUIIHHH enak nih! " tiba - tiba Ricky datang saat masakan yang di buat Nia telah jadi. Kebetulan yang di sengaja.

"Masakan udah jadi baru lo nongol" Nia kini membawa masakan ke hadapan Ricky. "Coba lo rasa"

Nia memberikan sendok pada Ricky yang kini sedang menilai - nilai masakan Nia layaknya seorang juri.

"Tampilannya bagus"

"Alah gak usah banyak bacot, cepet cobain"

Akhirnya Ricky mencoba masakan Nia dengan gerakan slow motion yang dia buat sendiri. Sedangkan Nia sudah takut - takut kalau masakannya ini kurang nikmat.

"Enak kok, tapi... "

"Tapi apa? " tanya Nia tidak sabaran.

"Kurang garem aja, gue suka makanan yang sedikit lebih asin" ujar Ricky yang membuat Nia bernafas lega setidaknya kekurangan garam tidak kelebihan.

"Hmmm enak kok, rasanya pas. Mulut kakak aja tuh pahit" ujar Amel saat mencicipi masakan Nia.

"Terserah, lo mau langsung pulang atau makan dulu? " tanya Ricky

"Makan dulu aja, gue juga laper"

Mereka pun makan bersama - sama sambil sesekali saling melempar candaan dan kemudian tertawa bersama setelahnya.

Vero kini telah sampai di rumahnya dan mendapati rumahnya yang kosong dan itu membuatnya heran.

"Tumben sepi? Pada kemana?" monolognya.

"Udah pulang lo? " tanya Gerry yang baru turun dan berjalan di tangga.

"Belum, yaiyalah! Pake nanya lagi! "

"Gak usah ngegas dong" Gerry duduk di sofa sambil nonton tv yang memperlihatkan tayangan kartun kesukaanya, yaitu kembar botak, yang satu ada rambut tapi secuil yang satunya gak dengan inisial U dan I di baju mereka. Tau kan?

"Mama sama papa gue kemana? " Vero ikut duduk disamping Gerry.

"Pergi liatin keponakan dia yang baru lahir"

"Oh"

"Eh gue tadi liat Nia di bonceng ama cowok btw"

"Trus?" ucap Vero sedikit err.. Kesal.

"Gue udah bilang, cepet nembak Nia nanti di embat baru tau rasa lo"

"Tau ah"

"Lo kenapa sih? Muka lu bete gitu, what happened? " tanya Gerry saat melihat muka kusut Vero.

"Gue gak tau suka siapa, soalnya gue lagi tertarik sama cewek lain, tapi Nia buat gue nyaman"

"Terus lo milih siapa? "

"Gak tau, gue suka dua - duanya"

"Eh jangan maruk lo, dua - duanya di embat"

"Makanya bantuin gue, gue gak tau siapa yang harus gue pilih" ujar vero sedikit frustrasi.

"Kalau soal masalah gitu, gue gak tau. Itu masalah hati dan perasaan gue gak mau kalau nanti gue keliatan maksa buat milih.."

"Pilih sesuai perasaan lo dan bagaiman pun caranya jangan buat salah satu dari mereka sakit hati, jangan juga lo cuman mandang visual ya liat juga hatinya, dia bisa buat lo nyaman apa gak" jelas Gerry. Sedangkan Vero cuman terbengong mendengar ceramah dari seorang Gerry yang setahunya dia tidak pernah sebijak itu dalam hubungan.

"Tumben lu bijak, kesambet? " tanya Vero yang kini punggung tangannya menyentuh dahi Gerry. Mengecek apakah Gerry beneran sakit apa gak.

Gerry langsung menepis tangan Vero. "Emang gue bijak" ujarnya bangga

"Lo gak salah makan kan? " Lagi - lagi Vero tidak percaya dan kini dia menarik Gerry agar berhadapan dengannya sedangkan kedua tangannya berada di bahu Gerry.

"Bacot Ver bacot, pergi sana lo! Udah untung gue beri nasihat" Gerry langsung bangkit setelah tangannya berhasil menjitak kepala Vero.

"Iya ya dih ngambek kayak cewek" Vero bangkit dan menuju kamarnya. Vero langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, ucapan Gerry tadi masih terngiang - ngiang di kepalanya. Dia bingung dengan perasaannya, dia tidak tau bagaimana harus bertindak.

Ini kali pertama seorang Andikarin Verona Gilbran di buat uring - uringan karena cinta dan cewek. Biasanya dia akan bersikap tidak peduli soal cinta atau apapun itu.

Tapi kali ini berbeda...

Dia butuh jawaban, dia butuh hidayah. Dia takut kalau ada hati yang tersakiti. Rumit.

Rasanya dia pengen siram kepalanya pakai air mendidih, tapi dia urungkan karena menurutnya itu gila dan sekarang dia masih waras.

Gak tau kalau nanti sore.

Emang dilan? Yang hobinya ngeramal dan ngegombal.