"Apa kau sudah mempersiapkan ritualnya?" ucap seorang pemimpin.
"Sudah, tuan. Kita tinggal mengaktifkan segelnya saja" jawab seseorang.
"Baiklah, lakukan dengan cepat. Aku tidak mau menunggu terlalu lama"
***
Acara pentas seni yang diselenggarakan oleh SMA Wolfgang telah selesai. Seluruh murid, guru, maupun pengunjung dapat meninggalkan area aula sekolah. Aku pulang bersama Bu Solaria dan kak Volta. Aku tidak akan melupakan momen bahagia ini.
"Jadi, bolehkah aku menjenguk nenekmu, Jason?" tanya kak Volta.
"Boleh saja, kak. Lagian, kak Volta sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri" jawabku.
Mendengar jawaban dariku, kak Volta tampak sangat senang. Hal itu dikarenakan ia tidak mempunyai seorang adik, melainkan ia adalah anak terakhir dari 3 bersaudara.
Kami bertiga berjalan secara perlahan menuju pintu keluar. Aku tidak menyangka bahwa acara pentas seni yang diadakan oleh SMA Wolfgang begitu ramai. Semua yang berada di aula sekolah tampak antusias hingga acara berakhir. Mungkin, ini adalah acara terakhir dalam semester ini.
Akhirnya, kami bertiga tiba di area parkir. Bu Solaria sedang mencari kuncinya. Sedangkan aku dan kak Volta berbincang-bincang satu sama lain. Kak Volta menceritakan kepadaku tentang masa lalunya bersama Bu Solaria. Mereka berdua pernah berada di kelas yang sama. Aku mendengarkan cerita dari kak Volta. Bagiku, itu sangat menyenangkan.
Tiba-tiba muncul cahaya misterius di sekitar tubuhku. Tidak hanya tubuhku, tubuh Bu Solaria dan kak Volta juga. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Eh, kenapa ini?" tanya Bu Solaria dengan kebingungan.
"Aku juga tidak tahu. Cahaya putih apa ini?" ujar kak Volta.
Aku berusaha menenangkan mereka berdua. Tak lama kemudian, aku merasa sangat mengantuk. Begitu juga dengan kak Volta dan Bu Solaria. Apa yang sebenarnya terjadi?
***
"Mereka bertiga tampaknya akan segera bangun" ucap seseorang.
Aku perlahan-lahan membuka kedua mataku. Lalu, aku mencoba mengusapnya. Setelah itu, aku mencoba mencubit pahaku. Hal itu untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bermimpi. Dan rasanya sakit ketika aku mencubit pahaku sendiri.
Aku terlalu bingung dengan apa yang sedang terjadi. Aku mencoba membangunkan Bu Solaria dan kak Volta. Orang-orang disekitarku menatapku dengan tatapan serius. Hal itu membuatku takut sehingga aku segera cepat membangunkan Bu Solaria dan kak Volta.
Akhirnya, mereka berdua terbangun. Ekspresi mereka sama sepertiku ketika pertama kali terbangun. Dalam sekejap, kak Volta langsung melindungiku dan Bu Solaria.
"Apa yang kalian inginkan dari kami?" tanya kak Volta.
"Anda adalah orang yang kami panggil. Kami membutuhkan kekuatan anda bertiga untuk memulihkan kerajaan kami. Tentunya, tidak hanya anda bertiga saja yang terpanggil. Ada beberapa orang juga yang terpanggil di dunia ini. Untuk saat ini, silahkan ikut denganku" ucap seorang laki-laki yang nampaknya adalah pemimpin dari kelompok pemanggil.
Mau tidak mau, kami bertiga mengikuti orang tersebut. Dalam perjalanan menuju suatu tempat, kami dikawal oleh banyak orang. Tak sengaja aku mendengar suara misterius. Aku tidak tahu suara apa itu. Aku mencoba bertanya kepada Bu Solaria dan kak Volta. Namun, mereka tidak mendengar suara misterius yang aku dengar. Akan tetapi, beberapa orang tampak ketakutan ketika aku sedang menanyakan hal tersebut kepada Bu Solaria dan kak Volta.
"Sepertinya, dia adalah bibit penghancur kerajaan"
"Kau benar. Kita harus memberitahukan kepada Yang Mulia Raja"
Tak lama kemudian, kami sampai di istana yang sangat besar. Tidak hanya besar, istana ini sangat luas dan megah. Aku merasa berada di negeri dongeng. Lalu, pandanganku terfokus pada satu tujuan. Ternyata, seluruh kelas 1-A sudah berada di aula istana. Ada beberapa orang juga yang bukan berasal dari kelas 1-A.
"Jadi, anak itu dipanggil juga?" ucap Scott sambil mengerutkan dahinya.
"Baguslah, kita bisa memberikannya pelajaran berat disini"
"Tapi, Scott, siapa mereka berdua yang berada di samping anak miskin?" ucap Ashley.
Ashley Wanderer adalah salah satu pengikut setia Scott. Keluarga Wanderer berada di bawah naungan keluarga Weissner. Maka dari itu, dimanapun Scott berada, disitu pasti ada Ashley. Ia memiliki rambut ikal berwarna coklat dengan mata berwarna biru. Tingginya setara dengan Scott, namun ia tampak lebih kurus dari Scott.
"Yang kutahu perempuan itu adalah guru UKS di sekolah Wolfgang, aku tidak tahu lelaki itu" jawab Scott.
"Mungkin kita akan mengalami kesulitan jika mereka berdua terus berada disamping Jason" ucap Ashley.
"Kau benar. Kita pikirkan cara lain"
Tampak seorang laki-laki tua yang menggunakan mahkota berdiri di hadapan kami yang terpanggil. Ia akan menyampaikan beberapa kata. Aku pikir, dia adalah raja di kerajaan ini.
"Selamat datang di kerajaan Terracia. Namaku adalah Eden Saints von Vulca Gloria. Aku adalah raja di kerajaan ini. Tujuan utama kami memanggil kalian adalah untuk meminjam kekuatan kalian agar kerajaan ini terlindungi dari mara bahaya, baik monster ataupun serangan kerajaan lain" ucap sang raja.
Zumania? Sepertinya aku pernah mendengar kata itu. Tetapi, dimana yah?
"Ah, jadi kita semua terpanggil ke dalam game Tales of Zumania" ucap Scott.
Mendengar hal itu, semua tampak terkejut. Hampir seluruh orang yang terpanggil memainkan game Tales of Zumania kecuali diriku. Aku tidak pernah memainkan game tersebut. Akan tetapi, semua orang nampak antusias bermain game ini. Begitu juga dengan kak Volta.
"Kak Volta tahu game Tales of Zumania juga?" tanyaku.
"Tentu saja. Jika ada waktu luang, aku memainkannya. Game ini sangat terkenal. Apa kau tidak bermain game ini, Jason?"
Aku dan Bu Solaria menggelengkan kepala. Sepertinya, hanya kami berdua yang tidak pernah memainkan game ini.
"Baiklah, untuk saat ini kami ingin mengetahui kelas kalian masing-masing. Sejak kalian terpanggil di dunia ini, kalian mendapatkan kelas yang sesuai dengan kemampuan kalian" imbuh raja Eden.
Kelas? Maksudnya apa yah? Aku tidak begitu memahaminya. Begitu juga dengan Bu Solaria. Kami berdua tampak kebingungan.
"Aish, kalian berdua. Kalian bisa lihat di layar status kalian. Tinggal bilang status, maka layar status kalian akan muncul" jelas Volta.
Aku langsung mencobanya. Begitu juga dengan Bu Solaria.
"Status"
Nama: Jason Stigeweard
Umur: 15 tahun
HP: 75/75
MP: 80/80
Kelas: Healer
Skill: Heal (lv 1), Recovery (lv 1), Scan (lv 1), Search (lv 1) Dispel (lv 1), Blessing (lv 1), ??? (??)
Skill Pasif: ???
Setelah melihat statusku, mengapa ada tanda tanya di skill dan skill pasifku? Lalu, apa yang dimaksud dengan skill? Aku benar-benar tidak memahaminya.
***
"Namaku adalah Scott Weissner. Kelasku adalah Paladin" ucap Scott.
"Namaku Abigail Leonhearth. Kelasku adalah Witch" ucap Abigail.
Semua orang tampak senang ketika mengetahui kelas Scott dan Abigail. Apa mungkin kelas Paladin dan Witch itu adalah kelas yang hebat yah? Aku tidak begitu memahami kelas dalam game.
"Perkenalkan, namaku adalah Volta Bound. Kelasku adalah Tank" ucap kak Volta.
"Salam, Yang Mulia Raja. Namaku adalah Solaria Solomia. Kelasku adalah Alchemist" ucap Bu Solaria.
"(membungkukkan badan) Salam, baginda Raja. Namaku adalah Jason Stigeweard. Kelasku adalah Healer" ucapku.
Ketika mereka mengetahui kelasku, mereka semua menatapku dengan sinis. Aku tidak tahu mengapa mereka melalukan hal itu. Bahkan, raja pun menatapku seolah-olah aku adalah orang yang tidak diinginkan. Namun, aku sudah terbiasa melihat tatapan itu. Itu semua berkat Scott dan teman-temannya.
"Baiklah, kalian sudah menyebutkan kelas kalian. Untuk saat ini, kalian bentuklah grup yang terdiri dari 3 orang. Setelah itu, kalian dapat pergi ke kamar bersama kelompok kalian" ucap raja Eden.
Tanpa berpikir panjang, kami bertiga langsung membentuk kelompok. Raja Eden mengatakan bahwa kamar yang disediakan akan ditempati oleh tiap kelompok. Berarti, aku, kak Volta dan Bu Solaria akan berada di dalam kamar yang sama. Aku tidak begitu mempermasalahkan, namun bagaimana dengan Bu Solaria?
"Apa ibu tidak apa-apa sekamar dengan kami?" tanyaku.
"Tidak masalah. Asal kalian berdua tidak mencari gara-gara denganku. Oh yah, kalau disini jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku juga mau dipanggil kakak olehmu" jawab Bu Solaria.
"Baiklah, aku akan memanggilmu kak Solaria"
"Omong-omong, kelompok kita cukup unik loh" ucap kak Volta.
"Unik?" jawabku dan kak Solaria.
"Iya. Terutama kamu, Jason. Kamu adalah kunci kelompok ini agar dapat bertarung lebih lama" jelas kak Volta.
"Eh? Aku tidak begitu memahami tentang game. Memang Healer sebagus itu, kak Volta?" tanyaku.
"Memang banyak yang meremehkan seorang Healer. Akan tetapi, jika kamu mengetahui apa itu Healer, grupmu dapat dipastikan tidak akan ada yang terluka" jelas kak Volta.
"Hm, apa kalian memiliki skill yang tidak diketahui?" tanyaku.
"Tidak" jawab mereka berdua secara serentak.
"Ada apa, Jason?" tanya kak Volta.
"Aku memiliki 2 skill yang tidak diketahui" jawabku.
"Mungkin, skill itu akan terbuka berdasarkan level"
Apa yang dikatakan kak Volta ada benarnya. Kami bertiga langsung bergegas menuju kamar. Kami mendapatkan kamar yang cukup luas. Sebelum kami menempati tempat tidur, kami memutuskan bagaimana cara kami bertiga tidur. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan. Untuk hari ini, aku dan kak Volta akan tidur di kasur, sedangkan kak Solaria akan tidur di sofa. Besoknya kak Solaria akan tidur di kasur, sedangkan aku dan kak Volta akan tidur di lantai. Karena hanya ada satu sofa disini, maka tidak adil jika salah satu dari kami berdua tidur di sofa.
***
"Jadi, si kelas Healer yang mempunyai bibit penghancur kerajaan?" tanya raja Eden.
"Itu benar, Yang Mulia. Kami mendengar bahwa dalam perjalanan menuju istana, ia mendengar suara misterius" jawab seseorang.
"Baiklah. Untuk saat ini, biarkan dia terlebih dahulu. Aku sudah memikirkan cara untuk menyingkirkannya"
"Baik, Yang Mulia. Hamba mohon undur diri"