webnovel

Infinite dendrogram

Di tahun 2043, Infinite Dendrogram, full-dive VRMMO sukses pertama di dunia dirilis. Selain kemampuannya untuk menyimulasikan kelima indera dengan sempurna, bersama dengan banyak fitur menakjubkan lainnya, game itu berjanji akan memberikan sebuah dunia yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas kepada para player. Hampir dua tahun kemudian, calon mahasiswa baru, Reiji Mukudori, akhirnya bisa membeli game itu dan mulai bermain. Dengan sedikit bantuan dari kakaknya yang sudah berpengalaman, Shu, dan rekan Embryo-nya, Reiji memulai petualangan di dunia Infinite Dendrogram. Apa yang akan dia temukan dan hadapi di dunia game yang terkenal akan kerealistisan dan kemungkinan tak terbatasnya itu?

Tang · Spiele
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

EPILOG – PAGI DENGAN SENYUMAN

Lokasi Tertutup

["Maw of the Desert, Azmore" telah dikalahkan]

[Level akhir: 56]

[MVP: "The Earth" Fatoum, level 1,157 (total level: 1,657)]

[Embryo: "Overflowing Divine Vessel, The Grail"]

[MVP special reward: Legendary item, "Bag of the Desert, Azmore"]

["The Crimson Armor, Exademon" telah dikalahkan]

[Level akhir: 63]

[MVP: "King of Termination" Albert Schwartzkaiser, level 620 (total level: 1,120)]

[Embryo: "Seven Star Turnover, Septentrion"]

[MVP special reward: Ancient Legendary item, "Crimson Armor-Piercer, Exademon"]

["Four-Dimensional Kaiju, Todoghilas" telah dikalahkan]

[Level akhir: 51]

[MVP: "Commander-in-Chief" Gray ɑ Centauri, Level 490 (total level: 990)]

[Embryo: "Unidentified Flying Stronghold, Laputa"]

[MVP special reward: Ancient Legendary item, "Ultimate Suit Series, Todoghilas"]

["Revenant Ox-Horse, Gouz-Maise" telah dikalahkan]

[Level akhir: 34]

[MVP: "Paladin" Ray Starling, Level 35 (total level: 35)]

[Embryo: "Maiden of Vengeance, Nemesis"]

[MVP special reward: Epic item, "Grudge-soaked Greaves, Gouz-Maise"]

"… Hm?'

Di sebuah ruangan yang diterangi oleh data windows yang tak terhitung jumlahnya, dia mengeluarkan suara kebingungan.

Sekilas, penampilannya terlihat seperti pria dewasa, tapi jika diteliti lebih jauh, orang yang melihatnya akan menyadari bahwa kulitnya tertutupi oleh sisik naga dan kulit binatang, sementara kepalanya dihiasi oleh tanduk iblis. Secara keseluruhan, dia memang lebih terlihat seperti seekor "humanoid monster" dari pada manusia, tapi kacamata yang dia pakai berhasil menghapus kesan itu dan membuatnya masih masuk ke dalam wilayah "manusia"—meski sangat mepet.

Dia sedang melakukan salah satu tugas yang dipercayakan kepadanya—memeriksa data mengenai UBM yang dikalahkan dalam periode tertentu. Di dalam Infinite Dendrogram, tugasnya adalah mengakui para UBM.

Meskipun UBM adalah monster yang luar biasa kuat dan memiliki kemampuan yang sama kuatnya, fitur utama mereka yang paling unik adalah perubahan menjadi special reward setelah dikalahkan.

Ada banyak boss monster non-UBM yang juga memiliki kekuatan yang luar biasa dan kemampuan yang unik. Tapi ketika dikalahkan—baik oleh manusia atau monster lainnya—mereka hanya akan menjatuhkan Treasure Coffer atau item yang mereka miliki ketika masih hidup.

Namun, special reward yang ditinggalkan oleh UBM benar-benar tidak seperti satupun boss monster drop standar. Mereka adalah perwujudan dari gambaran—konsep—yang mencerminkan kemampuan dari UBM yang dikalahkan, dan disesuaikan agar cocok dengan MVP di dalam pertarungan melawan UBM tersebut.

Memang, itu bukanlah kekuatan atau kemampuan mereka. Perubahan itu adalah fitur utama yang dimiliki oleh UBM.

Tidak ada satupun monster biasa yang memilikinya. Tapi jika control AI yang bertanggung jawab atas UBM mengakui sebuah unit sebagai seekor UBM, unit tersebut akan menerima fitur utama dari UBM—berubah menjadi special reward setelah kematian.

Makhluk yang bekerja di ruangan ini adalah Jabberwock—control AI yang bertanggung jawab untuk mengakui, memberikan fitur, dan bahkan kadang-kadang mendesain UBM.

"Ray Starling," gumamnya. "Jika dilihat berdasarkan waktu Bumi, aku melihat nama player ini kemarin."

Itu adalah player yang telah—pada level yang masih sangat rendah—mengalahkan Great Miasmic Demon, Gardranda—seekor UBM yang didesain oleh Jabberwock. Tentu saja, Jabberwock agak sedikit terkejut karena melihat orang yang sama bisa menjadi MVP dalam sebuah pertarungan melawan UBM dua hari berturut-turut.

Di dunia ini, UBM yang Jabberwock desain atau akui ada sangat banyak. Namun, hal yang sama tidak dapat dikatakan pada MVP.

Terlebih lagi bahwa yang terkuat diantara yang terkuat—Superior—juga aktif memburu UBM. Sebagai hasilnya, hanya ada beberapa orang yang cukup beruntung bisa bertemu dan berhasil mengalahkan mereka yang dapat menjadi MVP.

Oleh karena itu, Jabberwock cukup tertarik dengan entitas yang menghadapi UBM dua hari berturut-turut dan—meskipun dengan usaha keras—berhasil mencapai kemenangan di kedua pertarungan itu.

"Menarik," katanya. "Jika saja sebagian besar orang mengalahkan UBM seperti dirinya. Aku cukup tidak puas dengan para Superior yang memburu mereka seolah-olah itu adalah sebuah pekerjaan sehari-hari. Memang benar, harta karun akan menjadi hal yang terbaik jika didapatkan melalui perjuangan keras dan drama yang intens. Bagaimanapun, tidak ada cerita bagus yang selesai tanpa hal-hal itu." Jabberwock terus mengangguk pada perkataannya sendiri sebelum mulai merenung. "Kurasa aku perlu membuat desain-ku menjadi lebih tangguh."

Mengatakan hal itu, dia menutup matanya untuk berpikir…

"Ayo mulai dengan memberikan semburan nuklir. Seperti Godzilla."

Pada saat Jabberwock mengatakan sesuatu yang benar-benar ngawur, ada sesuatu yang menanggapinya. "Tidak ada polusi radioaktif, pliiis!" Tanpa dia sadari, seekor kucing mirip maskot sudah duduk di belakangnya.

Dia adalah Cheshire—control AI no. 13. Menggelengkan kepalanya melihat seberapa merepotkannya rekan yang dia miliki, dia mulai mengomentari apa yang hendak Jabberwock lakukan.

"Berikan kekuatan tidak masuk akal hanya kepada SUBM. Mereka bisa menciptakan sebuah malapetaka sama seperti namanyaaa. Kita tidak memerlukan hal lain yang dapat menyebabkan evolusi irregular. Apakah kau tau seberapa besar masalah yang kita miliki dengan dua irregular terakhiiir? Bahkan favorit milik Humpty dan Superior Granvaloa hampir saja tidak dapat menghentikan Corpse Stronghold, sementara Disaster Bioweapon masih tersegel di 'gaol' milik Red King, kau tauuu? Orang yang melakukan semua pekerjaan untuk menangani UBM buatanmu adalah para tian, dan player, kau tauuu?"

"Aku tau," kata Jabberwock. "Lalu, ada urusan apa kau datang kemari, tiga belas?"

"Oh iya, aku hampir lupaaa," kata Cheshire. "Control AI yang bertanggung jawab pada monster, Queen, memiliki pesan untukmuuu."

"Apa itu…?"

"Jelaskan pengakuanmu yang sebelumnya."

"Bagaimana aku harus mengartikan hal itu?" tanya Jabberwock.

"Dia memberiku sebuah surat, tapi—sama seperti yang kau duga dari dirinya—surat itu terlalu emosional dan bertele-tele, jadi aku akan menyingkatnyaaa," kata Cheshire. "Dan juga, ini tentang Gouz-Maise—monster terakhir yang kau akui sebagai UBM."

"Begitu." Itu sudah cukup bagi Jabberwock untuk memahami masalah Queen.

"Jika aku harus menambahkan sedikit detail, maka, 'dia tidak lahir secara alami, maupun diciptakan dan disusun oleh kita. Kenapa kau memberikan status UBM kepada seekor undead yang terlahir dari sihir manusiaaa?'"

"Gouz-Maise memiliki kemampuan unik yang menarik," kata Jabberwock. "Stats dan alasan di balik kelahirannya sudah lebih dari cukup untuk memberikan status Epic kepadanya. Dan juga, dengan melihat urutan kejadian yang menuntun pada penciptaannya, bisa dibilang bahwa tidak akan ada lagi Gouz-Maise yang lain."

Oleh karena itu, Jabberwock percaya bahwa mengakuinya sebagai seekor UBM adalah hal yang sangat masuk akal.

"Itu benaaar," kata Cheshire. "Queen mungkin hanya mengeluh karena dia kesal bahwa tidak banyak boss monster yang dia buat dan tingkatkan diakui sebagai UBM."

"Aku hanya melakukan pekerjaanku," jawab Jabberwock. "Juga, apakah itu urusan kita, mau aku mengakui sesuatu sebagai UBM atau tidak?"

"… Kupikir dia hanya kesal karena merasa dirinya tidak dihargai," kata Cheshire. "Tapi terseraaah."

Sambil memikirkan hubungan antara rekan AI-nya yang bodoh dan Queen, Cheshire menghela nafas panjang.

"Dan juga, desain no. 3 terkesan tidak berkualitas dalam kasus terbaik, dan terlalu mudah diprediksi, dalam kasus terburuk. Terlalu kekurangan kreativitas dan potensial," tambah Jabberwock. "Dalam hal itu, Gouz-Maise dan beberapa monster buatan player akan menjadi UBM yang jauh lebih bagus."

"Bagaimanapun, Queen adalah gadis yang sederhana dan suka berterus-teraaang… Tunggu, apa?" Cheshire baru menyadari bahwa Jabberwock baru saja mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia abaikan. "Buatan player? Apa maksudmu?"

"Sama seperti yang aku katakan," kata Jabberwock. "Yang kumaksud adalah Superior dari Dryfe itu."

"… Ohh." Penyebutan satu orang itu sudah cukup bagi Cheshire. Superior yang dimaksud sangat ahli dalam membuat monster sampai bisa menarik perhatian Jabberwock.

"Sebagian dari diriku merasa bahwa Ray akan terlibat dalam hal ituuu," kata Cheshire.

Tidak ada dasar yang memperkuat asumsi kucing itu. Orang dapat menganggapnya sebagai intuisi biasa, tapi karena control AI memiliki kemampuan perhitungan yang tidak dapat dibandingkan dengan manusia normal, sulit untuk mengatakan hal itu sebagai "biasa".

Jabberwock bertanya-tanya kenapa Cheshire menggumamkan nama player yang membuatnya tertarik beberapa saat yang lalu, tapi memilih untuk tetap diam tentang hal itu.

Kucing yang dimaksud, di sisi lain, menjadi penasaran tentang sesuatu yang berhubungan dengan gumamannya sendiri dan memutuskan untuk menanyakannya. "Oh, iya. Memikirkan Ray membuatku mengingat sesuatu. Hei, Jabberwock."

"Ya?"

"Ingat 'Great Miasmic Demon, Gardranda' yang dia kalahkan baru-baru ini?" kata Cheshire. "Apa yang akan terjadi jika dia mencapai bentuk sempurna? Dia mati saat baru mencapai bentuk kedua, jadi aku agak penasaran."

Aku tau bahwa salahku sendiri sudah memberitahu kelemahannya kepada Ray, tapi tetap saja, pikirnya.

Sebagai tanggapan…

"Dia akan terlahir."

… Jabberwock mengatakan sesuatu yang terlalu samar.

"… Maaf, tapi aku tidak memahaminya," kata Cheshire.

Faktanya, begitu samar sampai-sampai seorang AI yang memiliki kemampuan perhitungan luar biasa tidak dapat memahaminya.

"Bentuk akhirnya adalah sebuah makhluk yang seharusnya terlahir berdasarkan pengalaman bertarung yang dikumpulkan oleh iblis itu," jelas Jabberwock.

"Sebuah unit terpisah?" tanya Cheshire.

"Tidak," control AI yang bertanggung jawab pada UBM itu menggelengkan kepalanya. "Akan lebih baik untuk melihatnya dengan cara seperti ini: 'ibu' itu hanyalah sebuah sampul, dan anak yang seharusnya terlahir darinya adalah Gardranda yang sebenarnya. Sayangnya, dia tidak mendapat kesempatan untuk menunjukkan dirinya."

Kekuatan yang tidak sempat digunakan—sebuah kehidupan dan pikiran yang gagal untuk dilahirkan. Itu sama dengan yang siluet dalam mimpi Ray—Gardranda yang sebenarnya—katakan kepadanya.

Jadi itu sebabnya kelemahan iblis itu ada di perutnya, pikir Cheshire dan mengangguk pada dirinya sendiri. "Ngomong-ngomong, makhluk seperti apa yang akan terlahir nantinyaaa?"

"Jika ingatanku benar, sang ibu kebanyakan bertarung dan memakan manusia," kata Jabberwock. "Oleh karena itu, bisa diasumsikan bahwa dia akan berbentuk humanoid."

"Bisa juga diasumsikan bahwa dia akan kembali mendapatkan kesempatan untuk terlahir, kaaan?" tanya Cheshire.

"Ya, benar."

Tapi, pikir Jabberwock dalam hati, hal itu mungkin akan tergantung pada skill terakhir yang diterimanya saat berubah menjadi item.

Ada kesempatan bahwa efek dari skill yang saat ini belum Ray buka dapat memberikan kesempatan lain bagi makhluk yang gagal dilahirkan. Namun, karena belum ada kasus seperti itu sebelumnya, Jabberwock menyimpulkan bahwa kemungkinannya sangat kecil.

"Kalau begitu, aku minta maaf, masih ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan," kata Jabberwock.

"Tentu, aku juga memiliki beberapa tugas yang harus dilakukan."

Jabberwock mengakhiri percakapan itu dan menghadap ke sebuah window yang menampilkan sebuah aliran informasi.

Cheshire meninggalkan tempat kerja milik rekannya dan pergi untuk melakukan pekerjaannya sendiri.

*

Paladin Ray Starling

[UBM, "Revenant Ox-Horse, Gouz-Maise" telah dikalahkan]

[Memilih MVP]

[Ray Starling terpilih sebagai MVP]

[Ray Starling menerima MVP special reward—"Grudge-soaked Greaves, Gouz-Maise"]

"Jadi sudah selesai, huh…?" gumamku.

Dengan tubuh Gouz-Maise yang berubah menjadi partikel cahaya dan diriku yang menerima pesan windows yang mirip dengan yang kudapat setelah mengalahkan Gardranda, aku akhirnya yakin bahwa aku sudah mengalahkan monster itu. Namun, situasiku saat ini tidak mengizinkanku merayakan hal itu. Bagaimanapun, karena Gouz-Maise memiliki tinggi hampir 40 meter, mengalahkannya dari atas kepalanya telah membuatku terjatuh langsung dari ketinggian itu.

Terlebih lagi tubuhku juga tidak bisa digerakkan.

Untuk memenangkan pertarungan ini, aku menggunakan sebuah metode pengaktifan Like a Flag Flying Reversal yang gila. Berkat debuff yang kuterima diubah menjadi buff, aku menjadi lebih kuat dari pada diriku saat tidak terluka, dan dapat meraih kemenangan melawan monster itu. Namun, sama seperti yang terjadi saat melawan Gardranda, pergantian bentuk Embryo atau kalahnya musuh, Gouz-Maise, telah membuat skill itu dibatalkan. Oleh karenanya, sekarang aku sedang menerima banyak debuff, Status window-ku menampilkan Poison, Weakness, dan Intoxication—ketiga efek yang disebabkan oleh Hellish Miasma—bersama dengan Curse dan Food Poisoning, yang kemungkinan besar kudapat karena memakan daging milik Gouz-Maise.

Yah, aku memakan bagian dari tubuh undead sialan itu, jadi aku tidak terkejut, pikirku.

Sesaat setelah aku membatalkan Reversal dengan mengubah Nemesis ke bentuk pedangnya, aku bisa cukup lama menggerakkan tubuhku untuk mengaktifkan Vengeance is Mine, tapi debuff ini menjadi semakin memburuk sejak saat itu. Saat ini aku bahkan tidak dapat menggerakkan satu ototpun.

Karena itu, saat ini aku sedang dalam perjalanan menghantam tanah, dan aku tidak dapat melakukan apapun untuk memperlambat jatuhku. Dengan jumlah HP-ku saat ini dan kondisi tubuhku secara umum, aku sangat tidak yakin apakah aku bisah bertahan hidup dari hal ini.

"Kalau begitu, lebih baik aku mulai berdoa…" gumamku.

Sesaat setelah aku menutup mataku dan bersiap menerima dampak tabrakan, aku merasakan sebuah sentuhan yang anehnya terasa lembut.

Sensasi itu berulang beberapa kali. Setelah sebuah goyangan lembut, aku merasa tubuhku mendarat di atas tanah.

Aku benar-benar bingung dengan hal itu.

Dengan takut, aku membuka mataku dan melihat seekor kuda buatan yang bercahaya, Silver, berdiri di sampingku. Sama seperti saat pertama kali aku jatuh dari atasnya, dia menatapku dan terlihat khawatir.

Kelihatannya Silver menangkapku dengan lembut saat aku terjatuh dan dengan lembut menjatuhkanku ke atas tanah. Aku tidak tau bagaimana dia melakukannya dengan tubuh kudanya itu, tapi tidak ada penjelasan lain tentang hal yang baru saja terjadi.

"Ha ha," aku tertawa. "Terima kasih, Silver."

Karena bukan seekor binatang, dia tidak memiliki mulut sehingga dia tidak dapat mengeluarkan satupun suara alami, jadi dia menanggapi rasa terima kasihku dengan mengusapkan ujung "hidung"nya ke pipiku. Tindakan itu membuatnya semakin terlihat seperti kuda sungguhan.

Dengan bagaimana dia membantuku mengejar Lich itu, bisa disimpulkan bahwa Silver adalah aset tak ternilai dalam kejadian ini. Dan jika aku tidak memiliki Miasmaflame Bracer dan tidak melihat mimpi itu, ada kemungkinan besar bahwa aku akan kalah dalam pertarungan ini. Namun, ada seseorang yang lebih banyak membantuku dibanding yang lainnya.

"Terima kasih, Nemesis," kataku. "Jika kau tidak menahan monster itu, maka itu akan menjadi akhir bagi kita."

Jika aku tidak memiliki Nemesis dan dia tidak mengulur waktu sampai aku terbangun, aku pasti sudah menerima death penalty, dan tumpukan mayat itu akan bisa menyerang orang lain dengan bebas. Nemesis adalah alasan satu-satunya kenapa hal itu tidak terjadi, jadi aku mengekspresikan rasa terima kasihku.

Namun, apa yang kudapat adalah suara nafas yang damai dan sistematis. Tanpa kusadari, dia sudah menghilang dari slot senjataku, kembali ke bentuk humanoid-nya, dan langsung tertidur. Hal ini mengingatkanku dengan kejadian yang sama saat di dalam kereta setelah pertarungan melawan Gardranda.

Kedamaian yang ada pada ekspresinya terasa seperti bukti nyata dari kerja keras yang sudah dia lakukan hari ini.

"Kerja bagus… Nemesis." Aku menyentuhnya menggunakan tangan kiriku, dan membuatnya kembali ke dalam tato dalam sekejap.

Ditinggal sendirian dan tidak dapat bergerak, aku terus mempertahankan sisa HP-ku dengan mengaktifkan sihir penyembuh pada diriku sendiri, dan memeriksa item yang ada di inventory-ku untuk mencari cara menetralisir status effect ini. Kecelakaan yang terjadi tadi pagi telah membuatku belajar dari pengalaman, jadi aku telah melakukan persiapan untuk ketiga debuff yang disebabkan oleh Hellish Miasma dengan membeli item-item tertentu ketika berbelanja.

Setelah mengonsumsi item itu, aku meringankan efek dari Food Poisoning dengan muntah beberapa kali, dan membuatnya benar-benar hilang dengan meminum obat yang tepat.

Status effect terakhir—Curse—hilang dengan sendirinya saat aku sedang sibuk menangani yang lain.

Karena aku tidak menerima serangan saat sedang melakukan hal itu, aku menduga bahwa amukan Gouz-Maise mungkin telah membuat semua monster yang ada di sekitar sini melarikan diri, dan membuatku bisa menyembuhkan diriku sepenuhnya dan menghilangkan semua debuff tanpa halangan.

Meskipun status screen-ku saat ini mengatakan bahwa aku sedang berada dalam keadaan sempurna, aku benar-benar tidak merasa demikian. Seluruh waktu yang kuhabiskan sejak menyusup ke benteng itu sampai mengakhiri pertarungan dengan Gouz-Maise telah menguras kekuatan mental dan fisikku. HP-ku memang sudah penuh, tapi aku tidak yakin apakah aku bisa menampilkan 60% dari performa-ku yang biasa. Terlebih lagi Nemesis juga sedang tidak berada dalam kondisi siap tempur.

Bagaimanapun, ini adalah saat yang bagus untuk memeriksa MVP special reward yang kudapat dari Gouz-Maise.

Sama seperti namanya, "Grudge-soaked Greaves" adalah sepasang sepatu boot yang terbuat dari logam berwarna ungu yang terlihat jahat dan sedikit kulit—kuharap itu bukan kulit manusia—dan inilah deskripsi yang ada padanya:

[Grudge-soaked Greaves, Gouz-Maise]

[Epic Item]

Sebuah epic item yang merupakan perwujudan dari konsep horse-man berkepala sapi yang terselimuti dendam

Selain mengubah emosi negatif yang ada di sekitarnya menjadi kekuatan murni, item ini juga memberikan sebuah pemahaman tentang kesatuan antara manusia dan kuda kepada pemakainya.

[Item ini tidak dapat ditransfer atau dijual.]

"Epic Item?" itulah perkataan pertama yang keluar dari mulutku setelah melihat status screen milik item ini.

Mengingat bahwa Miasmaflame Bracers, Gardranda adalah sebuah "Legendary Item," sekarang aku penasaran tentang apa perbedaan dari deskripsi itu.

Aku membuka help window dan menemukan sebuah bagian tentang "MVP special reward ranks." Aku tidak ingat menu ini ada disini saat terakhir kali aku memeriksa keseluruhan help window, jadi aku hanya bisa berasumsi bahwa bagian ini baru saja muncul. Jika aku harus menduga, bagian ini mungkin muncul setelah aku mendapatkan Miasmaflame Bracers.

Sementara untuk isi dari bagian ini, dikatakan bahwa UBM dan MVP special reward yang di dapat setelah mengalahkan mereka memiliki beberapa rank. Rank itu ditentukan berdasarkan kekuatan dan level ancaman yang dimiliki seekor UBM, dan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi, rank-rank itu adalah: Epic, Legendary, Ancient Legendary, Mythical, dan Superior.

Meskipun aku sudah menjadi lebih kuat sejak pertarungan melawan iblis itu, aku masih merasa bahwa Gouz-Maise jauh lebih menantang dari pada Gardranda. Namun, rank yang dimiliki Miasmaflame Bracers berada di atas special reward yang baru saja kuterima.

Bonus stats yang diberikan juga mencerminkan hal itu. Sementara Grudge-soaked Greaves meningkatkan AGI-ku sebanyak 30%, Miasmaflame Bracers meningkatkan STR-ku sebanyak 100%. Sudah jelas, Gardranda berada di atas Gouz-Maise.

Aku merasa bahwa dirinya mungkin mengetahui sesuatu tentang hal ini. Bagaimanapun, dia memanggil dirinya sebagai "kekuatan yang tak sempat digunakan" dan "kehidupan dan pikiran yang gagal dilahirkan oleh iblis itu."

Dengan pemikiran itu, aku mencoba berbicara kepada Miasmaflame Bracers yang ada di tanganku, tapi aku sama sekali tidak mendapat respon.

Mimpi itu sudah lebih dari cukup bagiku untuk mengonfirmasi bahwa pikirannya masih ada di item ini, tapi kelihatannya, dia tidak memiliki cara untuk berbicara denganku di luar mimpi itu.

Tiba-tiba, aku memikirkan sebuah ide mengerikan bahwa Gouz-Maise, juga, masih memiliki pemikirannya. Namun, setelah mempertimbangkannya beberapa saat, aku menyimpulkan bahwa boot ini sama sekali tidak memiliki kesadaran. Meskipun dugaan itu hanya didasarkan pada intuisiku, karena suatu alasan, aku yakin bahwa itu benar,

Jika aku harus menambahkan alasan untuk hal itu, aku hanya bisa mengatakan bahwa sepatu ini tidak memiliki dendam yang telah meresap kedalam setiap inci dari segala hal yang berhubungan dengan makhluk yang disebut Gouz-Maise.

Setelah yakin akan hal itu, aku mulai memeriksa dua buah skill yang ada pada Greaves of Grudge ini.

Yang pertama adalah Grudge Conversion, yang merupakan versi downgrade dari kekuatan dendam yang menggerakkan Gouz-Maise. Skill ini menyerap dendam dari sekelilingnya, menyimpannya, dan mengubahnya menjadi SP atau MP. Meskipun aku menduga bahwa skill ini merupakan bagian dari ciri-ciri monster itu, tapi skill ini tidak dilengkapi dengan kemampuan Automatic Restoration.

… Setelah dipikir-pikir, aku menyadari bahwa mendapati lengan atau kaki-ku yang hilang dapat kembali tumbuh dengan sendirinya akan menjadi hal yang sangat menakutkan, jadi aku sedikit lega karena kemampuan itu tidak ada disana.

Skill kedua—Rider dan Horse, As One—sudah jelas didasarkan pada fakta bahwa Gouz-Maise merupakan seorang horse-man. Skill ini menaikkan skill Horse Riding milik pemakainya sebanyak satu level.

Tunggu…

Menaikkan skill Horse Riding sebanyak satu level.

"Aku akhirnya bisa menunggangi Silver!" Aku meneriakkan kegembiraanku.

Ini sempurna, pikirku.

Ini adalah apa yang kubutuhkan agar aku tidak lagi harus menaiki Silver seperti sedang melakukan aksi sirkus.

Skill ini juga meningkatkan AGI saat mengendarai kuda sebanyak 10% untuk setiap level skill Horse Riding. Itu juga sangat bagus… faktanya, itu mungkin adalah efek utama pada skill ini. Namun, karena sejak awal aku tidak bisa menunggangi Silver, aku jauh lebih mensyukuri bonus effect-nya.

Dengan begitu, aku baik ke punggung Silver dan mulai mengikuti jalan yang telah dilalui Hugo dan Cyco untuk kembali ke Gideon. Aku menunggangi kuda mekanik ini saat kaki-kakinya menginjak tanah dengan berirama, dan aku hanya bisa tergerak karena fakta bahwa aku tidak terjatuh.

Merasa benar-benar nyaman, aku menyantaikan diri dan pergi menuju Gideon sambil membiarkan Silver bergerak sesuka hatinya.

Kuharap aku bisa bertemu dengan Hugo di perjalanan, pikirku.

Lebih dari satu jam setelah memakai Grudge-soaked Greaves, aku dan Silver masih berada di jalan pegunungan.

"Apakah kita masih belum sampai…?" Tanyaku pada diri sendiri.

Selama ini, skill Horse Riding-ku telah naik satu level, dan aku menerima sebuah pesan yang mengatakan bahwa quest "Selamatkan Roddie Lancarse" telah selesai. Sepertinya aku bisa menyimpulkan bahwa Hugo telah sampai di Gideon dan menyerahkan anak-anak itu kepada gadis pemberi quest dan para orang tuanya. Aku, juga, berharap aku berada di Gideon bersama mereka.

"Sejujurnya aku merasa bahwa kita seharusnya sudah dekat sekarang," kataku. Keraguan dalam nada suaraku disebabkan oleh fakta bahwa aku tidak yakin apakah jalan yang kuikuti adalah rute yang benar.

Saat pergi dari Gideon menuju tempat persembunyian Gouz-Maise, kami menggunakan Magingear, dan—agar tidak ketahuan—kami melewati jalur yang tidak akan dilalui oleh orang lain. Tapi saat ini, aku mengikuti jalan pegunungan yang sangat terawat sampai-sampai tidak ada satupun rumput yang tumbuh di atasnya. Jika mempertimbangkan kenyamanan yang aku dan Silver rasakan, jalur ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya, tapi itu juga bukan tanpa masalah.

Cruella Mountain Belt adalah kumpulan dari banyak jalan dengan berbagai ukuran. Berdasarkan deskripsi wilayah yang ada pada help window, sementara sebagian dari jalan-jalan itu dibuat atas perintah kerajaan atau Gideon, ada banyak jalan yang dibuat secara acak oleh kelompok bandit lokal.

Dengan segala macam sihir yang ada di dunia ini, pekerjaan umum yang berhubungan dengan pembuatan jalan bukanlah tugas yang berat. Di dunia ini bahkan ada sihir yang memungkinkan caster-nya membuat tumbuh-tumbuhan pindah dengan sendirinya, jadi itu mungkin bahkan lebih mudah dari pada menggunakan alat berat.

Karena hal itu, ada terlalu banyak jalan di wilayah ini, yang tentu saja menyulitkanku—orang yang tidak mengetahui struktur wilayah ini—untuk menemukan jalan pulang. Karena aku tidak pergi ke tempat persembunyian ini melalui jalur pegunungan ini, map-ku tidak menampilkan jalan mana yang mengarah ke Gideon, dan oleh karenanya tidak terlalu banyak membantu pencarian jalur yang benar.

Namun, karena aku tau perkiraan lokasi kota itu, aku dapat memanfaatkan arah mata angin yang ada pada map window. Dengan menggunakan itu sebagai pengganti kompas, aku dapat mencari jalan yang menurutku akan membawaku ke Gideon.

Mempertimbangkan kecepatan dan waktu yang telah berlalu, kota itu seharusnya—setidaknya—hampir sudah terlihat sekarang…

"Oh." Baru saja aku memikirkan hal itu, aku melihat bentang yang mengelilingi Gideon mengintip dari sela-sela pepohonan.

Karena kami masih berada di pegunungan, aku melihat ke bawah ke arahnya dari tempat yang cukup tinggi. Meskipun sekarang sudah senja, kota itu memancarkan banyak cahaya, sehingga jelas bahwa orang-orang yang ada disana masih dipenuhi semangat.

"Hm?" gumamku.

Sebuah suara tertentu mencapai telingaku. Itu adalah suara kaki kuda yang menginjak tanah di bawahnya—sesuatu yang sudah akrab denganku mengingat apa yang terjadi hari ini. Kecuali kali ini, suara itu ada banyak, dan kelihatannya sumber semua suara itu berasal dari satu kelompok. Bukan hanya itu—mereka kelihatannya semakin mendekat ke arahku.

"Apa?"

Saat aku sedang membayangkan skenario yang mustahil dan jujur, terdengar konyol dimana aku dikejar oleh sekelompok Lich horse-man, suara itu tiba-tiba bercampur dengan suara armor logam yang saling bergesekan satu sama lain. Sesaat kemudian, aku melihat sekelompok kuda yang sedang ditunggangi oleh orang-orang yang memakai armor penuh.

Itu adalah kelompok yang sangat familiar—Ksatria dari Royal Guard yang dipimpin oleh Liliana.

"Halo, Liliana," kataku. "Kita benar-benar sering bertemu hari i—"

"Ray!" dia berteriak sebelum aku dapat menyelesaikan perkataanku. "Apakah kau baik-baik saja?!"

"…ni?" Ok baiklah, kenapa dia melihatku dengan begitu intens? Pikirku. Dan kenapa ksatria yang ikut bersamanya langsung bersikap waspada dan siap tempur? Bisakah aku mendapatkan penjelasan?

"Dimana undead raksasa itu?!" lanjut Liliana. "Apakah kau berhasil melarikan diri darinya?! Atau dia masih ada di dekat sini?!"

Oh, ok, aku paham sekarang.

Pertama aku menjelaskan kepada Liliana bahwa dia tidak perlu khawatir, dan kemudian bertukar informasi dengannya. Dia memberikan penjelasan rinci dari apa yang terjadi di sisinya.

Setelah kami berpisah di kafe itu, Liliana pergi untuk melanjutkan pencarian tuan putri kedua, tapi saat sore tiba, dia menerima sebuah informasi yang suram. Salah satu ksatria-nya telah mengatakan bahwa "Tuan putri kedua kelihatannya telah di culik oleh seseorang yang misterius."

Liliana telah mengetahui kekejian yang dilakukan oleh Gouz-Maise Gang, dan telah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar tuan putri kedua telah menjadi salah satu korban mereka.

Namun, tempat persembunyian Gouz-Maise Gang terletak di barisan pegunungan yang bertindak sebagai perbatasan antara kerajaan dan Caldina. Bergerak dengan mengerahkan prajurit dalam jumlah besar bisa dianggap sebagai tantang perang oleh Caldina.

Itulah sebabnya Liliana membentuk sebuah party yang terdiri dari ksatria terbaik yang dimiliki Royal Guard, dan merencanakan sebuah misi penyelamatan ke tempat persembunyian Gouz-Maise Gang.

Pada saat mereka mempersiapkan diri dan mulai berangkat, ada dua buah kereta yang memasuki Gideon.

Karena sudah senja, kecepatan mereka saat memasuki Gideon telah membuat mereka tampak mencolok. Setelah Liliana menanyakan identitas dan urusan mereka, sang kusir, seorang Master, mengatakan sesuatu yang mengejutkan kepada mereka.

Dia mengatakan, "Aku adalah seorang Master yang menerima permintaan dari salah satu warga di kota ini untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki yang di culik. Kami berhasil menghabisi para bandit itu dan menyelamatkan semua anak-anak yang masih hidup. Namun, saat kami melakukan itu, sebuah sihir aneh membuat kumpulan mayat para bandit itu bergabung menjadi seekor UBM undead raksasa. Kami berhasil melarikan diri menggunakan kereta, tapi rekan sesama Master-ku masih menahan monster itu di suatu tempat di Cruella Mountain Belt."

Cerita itu begitu tidak masuk akal sampai beberapa orang ksatria tidak mempercayainya. Namun, seorang ksatria yang memiliki skill Truth Discernment telah menyimpulkan bahwa Master itu tidak berbohong. Terlebih lagi orang yang memberikan permintaan kepada Master itu—yang telah menunggu mereka di gerbang masuk—telah mengonfirmasi bahwa itu semua benar.

Perubahan dari kejadian penculikan ke serangan UBM telah membuat situasi mereka menjadi cukup kacau. Juga, Liliana telah menanyakan nama Master yang sedang menahan UBM itu, dan membuatnya mengetahui bahwa Master itu adalah seseorang yang sangat dia kenal—Aku.

Dia buru-buru berangkat setelah mengetahui hal itu. Para ksatria yang seharusnya bergabung dengannya dalam operasi penyelamatan juga ikut dengannya. Beberapa saat setelah itu, mereka berpapasan denganku, masih waspada dan siap untuk menghadapi UBM itu.

"Begitu," kataku. "Jadi Hugo berhasil membawa anak-anak itu kembali ke kota dengan selamat. Sungguh melegakan."

Aku telah mengetahui hal itu dari pesan yang kuterima, tapi sekarang setelah aku diberitahu rinciannya, aku bisa yakin bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Apa yang kau maksud dengan, 'Sungguh melegakan?!'" Seru Liliana. "Apa yang terjadi dengan UBM itu?!"

"Aku mengalahkannya," jawabku dengan singkat.

"Oh, begitu, jadi kau… kau mengalahkannya?!"

"Ini." Aku menunjukkan Grudge-soaked Greaves kepadanya dan membuka information window-nya.

"… Ray, jika aku tidak salah, kau menjadi seorang Paladin sekitar seminggu yang lalu dan sebelumnya baru level 0, kan?" tanya Liliana.

"Kelihatannya begitu," kataku. Bagaimanapun, waktu berjalan tiga kali lebih cepat di sini.

"Bagaimana kau bisa mengalahkan seekor UBM hanya dalam waktu seminggu setelah mulai?! Juga, aku baru menyadarinya, tapi bracers yang ada di tanganmu itu..!"

"Oh, Ya. Aku mendapatkan ini kemarin lusa…" Sambil mengatakan hal itu, aku menunjukkan Miasmaflame Bracers, Gardranda, kepadanya.

Liliana membeku ditempat.

"Skala dari apa yang mereka bicarakan terdengar konyol,' gumam salah satu ksatria kepada rekannya. "Satu-satunya orang yang kutahu bisa mengalahkan UBM seorang diri adalah komandan sebelumnya."

"Sejujurnya, kau bahkan harus sedikit gila untuk mencobanya," kata ksatria lainnya.

"Ini aneh. Wakil komandan kita dipaksa bertindak sebagai 'tukang tsukomi,'" kata ksatria ketiga. "Maksudku, biasanya dia bertindak sebagai 'otak otot', bukan?"

"Hhaahh…" Liliana menghela nafas. "Beneran, akal sehat sepertinya tidak berlaku bagi para Master seperti kalian."

"Yah, bukan berarti aku menang karena kemampuanku sendiri," kataku. "Aku memiliki rekan, gadis keberuntungan, kuda bernama Silver ini, dan Nemesis bersamaku."

"Bicara soal Nemesis, dimana dia sekarang?" tanya Liliana.

"Saat ini dia sedang beristirahat," kataku. "Hal yang harus dia lakukan membuatnya benar-benar kelelahan."

Aku melepaskan Miasmaflame Bracers dan dengan lembut mengusap tato di tangan kiriku, dimana Nemesis sedang tertidur.

"Ray… Nemesis…" Liliana kembali berbicara. "Aku tidak bisa mengungkapkan seberapa berartinya tindakan kalian. Karena kalian berdua, rentetan penculikan yang mengerikan di Gideon telah berakhir dan bencana yang disebabkan oleh UBM telah berhasil dicegah. Aku percaya bahwa aku sedang mewakili seluruh orang yang ada di kota saat mengucapkan hal ini kepadamu. Terima kasih banyak."

"Yah…" Aku kesulitan menanggapi hal itu. "Karena suatu alasan, kebetulan saja semuanya berubah menjadi seperti ini."

Aku menerima sebuah quest, pergi untuk menyelamatkan seorang anak kecil, menerima serangan mental setelah melihat pemandangan tragis yang ada di ruang bawah tanah, membiarkan kemarahanku mengendalikanku untuk membunuh Lich itu, dan berjuang keras melawan Revenant Ox-Horse. Serius, aku benar-benar bingung kenapa semuanya bisa berubah menjadi seperti ini.

Kalau diingat-ingat, ada sebuah kejadian yang membuatku benar-benar terpukul. Aku merasakan rasa takut dan jijik yang mematikan. Hatiku telah terbakar dengan api yang cukup kuat untuk membakar keberadaanku sendiri.

Tapi, setelah aku mengetahui bahwa anak-anak itu telah kembali ke kota dengan selamat, rasa pahit yang kurasakan selama kejadian ini menjadi sedikit lebih baik.

Setelah kami selesai melakukan pertukaran informasi, aku bergabung dengan Liliana dan kembali ke Gideon.

Karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang serangan UBM, Liliana dan para ksatria-nya memutuskan untuk menemaniku. Kelihatannya dia menyadari betapa lelahnya dirku dan memutuskan untuk mengantarku kembali ke Gideon dengan aman. Aku sangat menghargai hal itu.

"… Ah."

Tiba-tiba, sebuah pertanyaan masuk ke dalam pikiranku.

"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan pencarian Tuan Putri?" tanyaku. "Aku menghargaimu karena mau mengantarku, tapi bukankah kau seharusnya lebih fokus pada hal itu…?"

Pertanyaanku membuat ekspresi Liliana menjadi kaku. Di saat bersamaan, aku merasakan udara kegelisahan kuat menyelimuti ksatria lainnya.

A-Apakah aku mengatakan sesuatu yang buruk? Pikirku.

"Berdasarkan dari apa yang kau ceritakan kepadaku, Tuan Putri telah diculik oleh para bandit itu, kan?" lanjutku. "Aku tidak punya kesempatan untuk memeriksa wajah anak-anak yang ada di dalam kereta, jadi…"

"Tuan Putri tidak ada di dalam kereta itu." Suara Liliana saat mengatakan hal itu terdengar agak… datar.

"Apakah itu artinya…?" Tanyaku dengan perlahan.

Apakah sebenarnya ada kelompok bandit lainnya? Apakah mereka membawanya ke suatu tempat di pegunungan itu…?

"Informasi penculikan itu sendiri adalah sebuah kesalahan," kata Liliana. "Beberapa saat yang lalu, salah satu ksatria-ku menghubungiku melalui sihir komunikasi dan mengatakan bahwa dia telah kembali ke rumah, sehat wal afiat."

"Itu bagu—"

"Aku juga diberitahu bahwa dia membawa sebuah topeng yang dijual di toko-toko, permen, ikan mas, dan sebuah lukisan. Dia terlihat benar-benar puas."

"Aku… uh…"

"Satu hal yang dia katakan kepada orang-orang yang ada di tempat dia menginap adalah, 'Itu adalah pengalaman paling memuaskan!'"

Aku tercengang.

… Tuan Putri, bisakah kau sedikit membaca suasana? Pikirku. Orang-orang ini menghabiskan waktu seharian untuk mencarimu.

Meskipun caranya menjelaskan situasi itu benar-benar lancar dan sesuai fakta, aku bisa melihat dahi Liliana berkedut dalam kemarahan.

"Eheheheheheheheh…." Dia tertawa dengan mengerikan.

"A-Ahahahahahah…" aku ikut tertawa dengan enggan.

"Eheheheheheheheh… mari kita ganti topik pembicaraan."

"Ide bagus."

Suasana, situasi, dan instingku mengatakan bahwa menggali masalah ini lebih dalam lagi adalah sebuah ide yang buruk.

Kami berganti melakukan percakapan santai dan terus mengikuti jalan menuju Gideon.

-

Ketika akhirnya aku sampai di kota, aku hanya bisa menyadari bahwa suasananya persis sama dengan saat kami pertama kali memasukinya. Salah seorang rekan ksatria Liliana menggunakan skill komunikasi sihir untuk memberitahu para penjaga tentang kekalahan Epic-rank UBM—Revenant Ox-Horse, Gouz-Maise—dan membuat mereka tidak lagi penuh waspada.

Setelah kami melewati gerbang, aku melihat sekeliling, tapi aku sama sekali tidak melihat Hugo dan Cyco.

"Liliana, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu," kataku. "Apakah kau melihat Hugo…? Dia adalah rekanku. Pria yang membawa kereta berisi anak-anak itu kemari."

"Maafkan aku," kata Liliana. "Aku langsung berangkat sesaat setelah dia memberitahu situasinya kepadaku. Sebentar aku akan coba menanyakannya kepada para penjaga."

Setelah mengatakan itu, Liliana mulai berbicara kepada para penjaga yang ditempatkan di sekitar gerbang.

Sesaat kemudian, salah satu dari mereka maju ke depan. "Setelah menjelaskan situasinya dan menyerahkan anak-anak itu kepada kami, orang yang kau maksud berkata, 'Aku harus kembali ke sisi lain' dan menghilang."

Menghilang? Tanyaku dalam hati. Apa yang dia maksud dengan "sisi lain"? Dryfe? Tidak…

"Jadi dia log out, huh?" Kataku. Dia mungkin melakukannya untuk menghindari pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Dia tidak sedang diborgol atau sejenisnya, jadi dia bisa langsung offline tanpa masalah.

Aku penasaran apakah besok kami akan bertemu lagi, pikirku.

"Dan juga, dia memberiku ini," kata penjaga itu dan menyerahkan sebuah surat kepadaku.

"Terima kasih." Aku membukanya dan segera menyadari bahwa itu adalah sebuah pesan yang ditinggalkan untukku.

"Kepada Ray Starling. Aku memberikan pesan ini untukmu jika saja kau memilih untuk tetap bertahan di dunia ini dan kembali kemari dengan selamat ataupun masa death penalty-mu telah habis.

Pertama, aku ingin berterima kasih. Tanpa dirimu, aku tidak mungkin bisa membawa anak-anak itu kembali kepada orang tuanya atau nona yang kite temui di gang belakang.

Kau mungkin akan mendapatkan banyak hadiah karena telah mengalahkan Gouz-Maise Gang dan sejenisnya, dan kau bisa merasa santai karena itu semua adalah milikmu. Aku tidak membutuhkan hal itu. Faktanya, aku tidak bisa menerima hadiah dari institusi publik milik kerajaan.

Kita memang belum lama bertemu, tapi aku percaya sudah memahami orang seperti apa dirimu itu. Kau kemungkinan besar akan ragu untuk menerima apa yang sudah kutawarkan. Namun, karena hanya kaulah yang dapat melakukannya, kau harus menerima hadiah itu.

Dan juga, kau bisa merasa tenang karena aku sudah menerima hadiahku. Hadiahku adalah senyum Nona Rebecca dan air mata kebahagiaan yang dia keluarkan ketika aku mengembalikan adik kecilnya kepadanya.

Itu sudah lebih dari cukup bagiku.

Jika kau masih enggan dengan hal itu, kau bisa mentraktirku makan siang saat kita bertemu lagi.

Tolong maafkan fakta bahwa ucapan ini berada dalam bentuk tulisan, tapi ini adalah ucapan selamat tinggalku untukmu.

Sampai jumpa. Kuharap kita bisa bertemu kembali. Au revoir. À bientôt.

Ksatria robot es dan mawar, Hugo Lesseps."

Aku kehabisan kata-kata.

Jika saja aku memilih untuk bertahan di dunia ini, huh? Pikirku, Aku…

"Umm… Ray?" Saat aku sedang melamun, Liliana menatapku dengan mata khawatir.

"Apakah kau yakin kau baik-baik saja?" tanyanya.

"Oh, maaf," kataku. "Aku cukup baik, terima kasih.'

"Baiklah, jika kau berkata demikian… Bagaimanapun, karena kau telah mengalahkan Gouz-Maise Gang, tolong luangkan sedikit waktu beberapa hari kedepan untuk melaporkan hal itu ke Adventurer Guild dan kantor ksatria. Adventurer Guild untuk mendapatkan bounty, sementara para ksatria harus mengetahui tentang pemusnahan sebuah organisasi kriminal."

"Aku paham. Terima kasih."

"Hari sudah gelap sekarang, dan aku yakin bahwa kau sangat kelelahan, jadi silahkan beristirahat dengan tenang," katanya.

"Kurasa aku harus benar-benar melakukannya," setujuku. "Bagaimanapun, ini adalah hari yang sangat panjang. Apa yang akan kau lakukan, Liliana?"

"Aku akan kembali untuk melindungi Tuan Putri."

"… Sepertinya, aku bukan satu-satunya orang disini yang pantas menerima ucapan terima kasih atas kerja keras mereka."

"Oh, itu tidak perlu, eheheh…"

"Baiklah. Aku akan permisi sekarang," kataku.

"Silahkan," katanya. "Ayo bertemu lagi di lain kesempatan."

Dengan itu, Aku dan Liliana berpisah.

Masih dalam keadaan log in, aku pergi tidur disalah satu penginapan Gideon. Setelah aku membiarkan diriku jatuh ke atas kasur, semua kejadian yang terjadi hari ini mulai terbayang di pikiranku. Namun, karena kelelahan yang kumiliki, dewi tidur sudah membawaku pergi sebelum aku dapat memikirkan tentang hal itu.

Kali ini, aku sama sekali tidak bermimpi.

*

Keesokan harinya, entah kenapa aku bangun pagi-pagi sekali.

Tidak ada cahaya matahari yang masuk melalui jendela dan langit yang ada di luar masih belum terlalu terang, jadi mungkin sekarang masih fajar. Aku meletakkan tanganku di kepalaku dan segera menemukan bahwa telinga anjing yang telah menyiksaku sepanjang hari kemarin telah hilang. Karena aku menghabiskan waktu semalaman di dalam game, sepertinya mereka menghilang karena sudah mencapai batas waktu yang ada.

"Apakah kau sudah bangun, Ray?" tanya sebuah suara.

Aku menoleh ke arah asal suara itu—sisi seberang jendela. Disana, aku melihat Nemesis, yang sedang duduk di kursi dan menatapku.

"Pagi, Nemesis," aku menyapanya.

"Selamat pagi, Ray," jawabnya.

Setelah itu, kami berdua saling menatap satu sama lain dalam diam.

Pada akhirnya, aku memecah kesunyian itu dan mengajak Nemesis jalan-jalan. Aku membawanya ke tanah lapang tepat di luar gerbang utara Gideon. Karena ini adalah ketiga kalinya aku kemari, area ini sudah menjadi akrab untukku.

Aku dan Nemesis berlari disana sambil menunggangi Silver. Aku memegang kekang dan mengendalikan kuda itu sementara Nemesis duduk di belakangku dan merangkul pinggangku.

"Ini benar-benar nyaman," kata Nemesis.

"Benar," kataku.

Saat aku melakukan percakapan santai seperti itu dengan Nemesis, aku terus membuat Silver berpacu di tanah lapang ini. Setelah berlalu sekitar 30 menit, aku melihat matahari mulai menampakkan dirinya dari balik pegunungan sebelah timur.

"Apakah kau akan meninggalkan dunia ini?" Pada saat itulah Nemesis menanyakan hal itu kepadaku.

Aku tidak mengatakan apapun. Dia mengacu pada apa yang telah kupertimbangkan pada saat berada di ruang bawah tanah benteng itu.

Jika aku menganggap Infinite Dendrogram sama dengan dunia nyata, aku ragu apakah terus berada di dunia yang dipenuhi dengan kematian akan menjadi hal yang bagus bagiku. Pemandangan mayat anak-anak yang bahkan tidak kukenal sudah cukup membuat hatiku terasa ditusuk-tusuk. Jika mereka adalah orang yang kukenal, seperti Liliana atau Miliane, maka itu mungkin akan membuatku merasa sakit seperti kehilangan teman sendiri di dunia nyata.

Namun…

"Di dunia ini ada lebih banyak hal selain kehilangan," kataku.

Jika aku tidak mulai bermain Infinite Dendrogram, aku tidak akan pernah bertemu dengan dua saudara itu, Rook, Marie, Hugo, Cyco dan—tentu saja—kau, Nemesis. Pada dasarnya aku tidak akan pernah mengenal mereka jika tidak berada disini, dan Nemesis juga tidak akan pernah terlahir.

"Kau sadar bahwa kau mungkin akan melalui sesuatu yang menyakitkan lagi, kan?" kata Nemesis.

Tentu saja, pikirku. Kau sepenuhnya benar tentang hal itu. Kejadian seperti yang kita alami kemarin mungkin adalah hal yang terjadi sehari-hari disini. Tapi tetap saja…

"Jika sesuatu yang akan meninggalkan rasa pahit seperti itu terjadi di depanku… aku hanya harus menghentikannya," kataku.

Pada saat itu, aku sudah terlambat saat tiba disana. Namun, jika saja aku berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat, aku akan melakukan apapun yang kubisa untuk mencegah tragedi seperti itu. Bagaimanapun, kemungkinan yang akan menuntun menuju masa depan yang diinginkan akan terus ada, selama kau tidak menyerah.

"Aku akan memberikan semua yang kumiliki untuk menggenggam kemungkinan itu," kataku.

"Begitu," kata Nemesis dari belakangku. "Kurasa kau memikul terlalu banyak hal jauh melebihi batasmu, tapi aku tidak bisa mengatakan kalau itu tidak seperti dirimu. Ya—kau harus bertarung untuk melindungi sesuatu. Dan saat kau melakukan itu…"

Masih di belakangku, Nemesis dengan lembut menepuk kepalaku.

Kelembutan tangannya membuatku berbalik.

"… Aku akan menjadi orang yang melindungimu."

Nemesis, bermandikan sinar mentari pagi, menunjukkan senyum paling lembutnya kepadaku.

Ekspresi itu membuatku kembali menatap ke depan dan mengayunkan kekang milik Silver untuk membuatnya berpacu ke depan. Karena suatu alasan, aku merasa cukup malu sampai tidak bisa menatap wajahnya lagi. Tapi, aku merasa bahwa aku harus membalas perkataannya.

"Terima kasih… Nemesis…" Hanya itulah yang bisa kukatakan.

Saat dia sedang merangkulku, aku merasa seolah-olah dia kembali tersenyum kepadaku.

Masih berada di punggung Silver, kami berpacu melewati tanah lapang ini saat sinar mentari pagi dengan tersenyum menyelimuti kami.