webnovel

Infinite dendrogram

Di tahun 2043, Infinite Dendrogram, full-dive VRMMO sukses pertama di dunia dirilis. Selain kemampuannya untuk menyimulasikan kelima indera dengan sempurna, bersama dengan banyak fitur menakjubkan lainnya, game itu berjanji akan memberikan sebuah dunia yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas kepada para player. Hampir dua tahun kemudian, calon mahasiswa baru, Reiji Mukudori, akhirnya bisa membeli game itu dan mulai bermain. Dengan sedikit bantuan dari kakaknya yang sudah berpengalaman, Shu, dan rekan Embryo-nya, Reiji memulai petualangan di dunia Infinite Dendrogram. Apa yang akan dia temukan dan hadapi di dunia game yang terkenal akan kerealistisan dan kemungkinan tak terbatasnya itu?

Tang · Spiele
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

Bab 4 – DUA PEMIMPIN (Bagian 1)

High Pilot Hugo Lesseps.

Klan tempatku bergabung mengumpulkan para player yang sebagian besar berfokus pada crafting.

Engineer, Mechanic, Pharmacist, Smith… Dunia ini memiliki banyak Job seperti itu yang memproduksi berbagai macam hal, tapi saat hasil karya para tian dan player dibandingkan, player lebih sering keluar sebagai juara.

Sama seperti job petarung, hal itu dikarenakan kemampuan dan bonus pertumbuhan stats yang diberikan oleh Embryo mereka. kualitas item dan tingkat kesuksesan produksi tergantung pada level skill dan DEX — sama sekali tidak bergantung pada kemampuan dunia nyata. Karena hal itu, bahkan seorang player yang merupakan pemula dalam hal crafting dapat memproduksi hasil karya yang menakjubkan.

Seperti yang sering dikatakan oleh pemimpin kami: "Tidak seperti pertarungan — yang sekarang melibatkan pergerakan tubuh — produksi di game ini tidak terlalu berbeda dengan yang biasa kalian lakukan di MMORPG non-VR. Itulah sebabnya bahkan seorang yang benar-benar pemula pun dapat melakukannya."

Bukan hanya itu, sih.

"Tapi perlu diingat, hal itu hanya berlaku ketika mereka membuat sesuatu yang sudah pernah dibuat sebelumnya," lanjutnya. "Untuk menciptakan sesuatu yang baru, kalian membutuhkan kekuatan untuk membayangkannya. Saat membuat sesuatu tanpa petunjuk, material dan daya temu yang dibutuhkan berada pada level yang benar-benar berbeda."

Crafting di dalam Infinite Dendrogram terbagi menjadi dua jenis — produksi dari item yang sudah dikenal dan penciptaan item baru.

Kedua metode tersebut mengharuskan seseorang memiliki material, skill dan stats yang cukup.

Namun, jika item yang sudah dikenal dapat dengan mudah dibuat hanya dengan mengikuti petunjuk yang ditampilkan pada Recipes, penciptaan item baru membutuhkan penciptaan dari petunjuk itu sendiri.

Tentu saja, mereka tidak mudah untuk dibuat, karena mereka membutuhkan pemahaman mendalam dari proses yang terlibat, pengetahuan rinci tentang sihir dan ilmu pengetahuan di dunia ini, dan pemahaman yang tepat dari material yang dibutuhkan.

Sederhananya, menciptakan item baru itu terlalu berat. Oleh karena itu, bahkan setelah setengah tahun berlalu sejak game ini dirilis, Master masih hanya membuat item yang dikenal atau item yang sedikit dimodifikasi.

Hal itu telah berubah karena klan kami.

Pemimpin klan kami telah membuat terobosan dalam bidang crafting di game ini. Jika dilihat ke belakang, itu sebenarnya cukup sederhana, karena dia hanya mulai mengumpulkan orang yang memang terampil dan berpengetahuan di dunia nyata.

Kekaisaran Dryfe adalah sebuah negara yang memiliki teknologi mesin. Meskipun ada banyak perbedaan — seperti bahan bakar mesin yang merupakan sihir — teknologi Kekaisaran memiliki kemiripan dengan apa yang kita miliki di dunia nyata. Pemimpin klan telah memanfaatkan hal itu dengan baik.

Dia telah mengumpulkan berbagai macam orang yang telah memiliki pengetahuan tentang mesin, yang terdiri dari lulusan sekolah yang mengambil jurusan teknik mesin, pekerja terampil dari pabrik mobil, designer alat berat, dan bahkan mereka yang hanya merupakan penggila mobil, kereta, atau senjata. Dan semua itu demi tujuan untuk menciptakan item baru.

Tentu saja, orang-orang tidak bergabung dengannya hanya karena dia mengajak mereka. Pemimpin klan mulai menerima jumlah rekrutan yang signifikan ketika dia mengungkapkan project tertentu yang dia miliki.

Tujuan dari project itu adalah untuk menciptakan sebuah robot tempur humanoid.

Pada saat itu, Dryfe belum memiliki satupun Magingear type senjata humanoid yang dapat bergerak. Ketika game baru saja dimulai, Magingear yang dimiliki oleh Dryfe di dalam persenjataan mereka hanyalah powered suits bernama "Marshall" dan sebuah tank yang disebut "Geist". Sementara robot bipedal humanoid bahkan belum dirancang. Oleh karena itu, pemimpin klan telah menjadikan hal itu sebagai tujuannya.

Banyak orang yang tertarik dengan ide itu, jadi pada saat klan sudah dibuat, sudah ada banyak orang terampil dan berpengetahuan yang bergabung. Mereka segera mulai bekerja sama dan bekerja untuk tujuan yang sama.

"Apa yang kalian butuhkan adalah pengetahuan, perlengkapan, tenaga kerja, uang, imajinasi, level skill, keberuntungan, dan kelinci percobaan!" pemimpin telah mengumumkan hal itu ketika dia memulai project-nya.

Sudah jelas, itu adalah tugas yang berat. Namun, mereka berhasil mempersiapkan semua yang mereka butuhkan.

Mereka mencampur dan mencocokkan pengetahuan mereka dalam bidang mesin, membandingkan dan meningkatkan teknologi sihir mereka, dan melakukan banyak percobaan sambil mencoba untuk membuat semuanya pas. Ada banyak kegagalan, biaya yang besar, dan anggota yang pergi satu per satu. Namun, mereka terus melanjutkannya meskipun menemui banyak masalah.

Salah satu member senior telah membandingkan semuanya dengan sesuatu yang disebut "Project X", dan ada banyak orang yang setuju dengan perkataannya, aku sama sekali tidak mengetahui rincian kejadian itu, tapi sepertinya hal itu cocok dengan para anggota dari generasinya — khususnya orang-orang Jepang.

Dan dengan begitu, setelah dua bulan di dunia nyata — setengah tahun di Infinite Dendrogram — semua kesulitan itu akhirnya terbayar saat mereka menyelesaikan sebuah item baru.

Nama yang diberikan pada item itu adalah "Marshall II". Itu adalah sebuah senjata produksi massal dengan kekuatan setara Demi-Dragon. Robot petarung humanoid yang merupakan upgrade langsung dari powered suit — Marshall.

Setelah Marshall II selesai dan Recipe-nya disebarkan ke publik, klan kami segera tumbuh menjadi klan terbesar di Kekaisaran Dryfe.

***

Pertempuran yang terjadi di depan benteng sudah mendekati akhir.

"Hugo, arah jam lima, seorang Gunner," kata Cyco.

"Oui."

Saat Cyco mengintai dari balik asap dan memberikan arahan kepadaku, aku bertindak sesuai arahannya dengan berbalik badan dan melakukan tembakan menggunakan Hand Cannon yang ada di tangan kiriku.

Gunner yang sedang mengincarku dengan senapan sihir gagal menghindari seranganku, dan tembakan peledak dari MRW03 Hand Cannon milikku membuatnya hancur berkeping-keping, hanya meninggalkan tangan yang sedang memegang senjata.

Senapan itu merupakan salah satu model lama milik Kekaisaran, pikirku. Sepertinya teknologi kami bocor melalui pasar gelap itu lagi.

"Arah jam enam, dua Fighter," kata Cyco.

"Ok."

Aku membuat tubuh bagian atasku berbalik dan menggunakan kekuatan sentrifugal untuk menebas mereka menggunakan SRW02 Battle Knife.

Orang pertama tidak dapat berkutik saat pisau itu menembus armor, daging, tulang, daging, armor — dengan urutan seperti itu — dan membelah tubuhnya menjadi dua. Orang kedua bereaksi dan menghentikan Battle Knife-ku menggunakan perisai besarnya.

Tidak seperti di dunia nyata, Fighter di Infinite Dendrogram sangat tangguh. Meskipun Marshall II memiliki kekuatan yang membuat sebagian besar alat berat terlihat tidak ada apa-apanya, ada banyak Fighter yang dapat — dengan jelas — menangkis seranganku dan bahkan melukaiku.

Orang kali ini memiliki kecepatan dan kekuatan.

Namun…

"Kakimu terbuka lebar," kataku.

Memastikan agar dia tidak dapat bergerak dengan membuatnya kelabakan melawan kekuatan dari Battle Knife-ku, aku menggunakan kaki Marshall II untuk menginjak kakinya. Berat total robot ini — yang mencapai sepuluh ton — terlalu besar untuk ditahan oleh sepatu bajanya, dan kakinya pun hancur.

"HHHH?!"

Pada saat dia mengeluarkan teriakan tak bersuara dan menurunkan kekuatan pada perisainya, aku menggunakan pisauku — yang sekarang dapat bergerak bebas — untuk membelah kepalanya menjadi dua.

"Tidak ada musuh di dekat sini," kata Cyco.

"Baik," jawabku. "Terus lakukan pengamatan. Dan berikan perhatian ekstra ke arah benteng."

"Oui."

Kelihatannya, aku telah menangani semua yang mereka kirim sampai sejauh ini. Aku menghela nafas panjang setelah menyadari bahwa aku telah menang.

Marshall II-ku berdiri di tengah medan pertempuran, dikelilingi oleh mayat para bandit yang tak terhitung jumlahnya. Aku melihat sekelilingku dalam diam. Orang yang bertanggung jawab atas pemandangan yang mengerikan ini adalah aku.

Aku sepenuhnya sadar bahwa ada yang harus dikatakan tentang diriku yang telah membunuh begitu banyak orang, tapi tindakanku tidak membuat hatiku merasa sakit, maupun membuatku menyesalinya.

Aku sudah tau tentang keberadaan Gouz-Maise Gang bahkan sebelum Rebecca memberitahuku tentang mereka. Faktanya, aku sudah mengetahui mereka bahkan sebelum datang ke Gideon. Selama penelitian yang kami lakukan demi rencana itu, aku menyadari bahwa mereka ada diantara faksi-faksi yang mengelilingi kota ini dan mengukir mereka ke dalam ingatanku.

Mereka telah membunuh terlalu banyak anak-anak dan terlalu banyak jiwa pemberani yang mencoba menyelamatkan anak-anak tersebut. Sudah sewajarnya bagi seseorang yang mengambil nyawa orang lain — dan sebagai balasannya — dibunuh oleh mereka. Aku benar-benar percaya bahwa itu adalah kebenaran.

Meskipun, mengingat bahwa aku adalah seorang Master yang abadi, kepercayaan itu mungkin terkesan kurang ajar dan bertentangan.

"Baiklah, sekarang…" gumamku.

Meskipun hasil pertempuran ini membuatnya terlihat seperti aku dapat menang dengan mudah, tapi hal itu jauh dari kenyataannya. HP-ku memang sama sekali tidak berkurang, tetapi damage yang diterima oleh Marshall II benar-benar parah. Karena serangan yang dia terima, hampir sepertiga armor-nya telah hancur, yang telah membuat tubuh bagian dalamnya menerima damage yang cukup besar. Pergerakan tangan kirinya juga sudah melambat.

Equipment spesial seperti mobil, kapal, dan Magingear tidak memiliki satupun tampilan HP, tapi jika mereka memilikinya, bar HP Marshall II-ku mungkin sudah berada pada kisaran 30% dari total HP-nya. Itu adalah bukti dari betapa sulitnya pertempuran barusan.

Meskipun Marshall II adalah robot humanoid yang terlahir dari Sci-Fi, lawanku adalah penduduk asli di dunia fantasi ini. Kapak yang mereka ayunkan dapat menghancurkan baja, dan anak panah yang mereka tembakkan dapat dengan mudah menembus armor milik robot ini. Jika rekan-rekan klan-ku tidak meningkatkan stats Marshall II dengan menyesuaikannya agar dapat digunakan oleh para Master, dan jika aku tidak memberikan bonus stats kepadanya dari Job High Pilot yang mengendarainya, robot ini pasti sudah kewalahan dengan jumlah mereka dan kalah.

Aku kembali menghela nafas, merogoh inventory-ku dan mengeluarkan sebuah MP Recovery Potion.

Menggerakkan dan bertarung di dalam Magingear membutuhkan MP. Selama pertempuran tadi, MP-ku hanya tersisa 20%, dan jika aku tidak memulihkannya, damage yang ada pada Marshall II akan menjadi kekhawatiran terakhirku pada pertempuran selanjutnya.

"Hugo," Cyco memanggilku.

Aku meminum cairan yang ada di dalam botol dan menjawabnya. "Ada apa Cyco?"

"Ini seharusnya tidak akan terlalu sulit jika kau menggunakan skill Embryo-mu," kata Cyco.

"Memang." Anggukku. Dia memang benar. Jika aku menggunakan skill Embryo-ku, aku dapat menang tanpa menerima satu goresan-pun. Bagaimanapun, pada dasarnya itu adalah musuh alami bagi orang-orang semacam ini.

Namun…

"Aku tidak bisa melakukannya," kataku. "Aku hanya akan mengizinkan diriku menggunakan skill itu setelah rencana itu dimulai. Aku tidak akan menyentuhnya sebelum itu. Itu adalah perintah dari pemimpin klan, dan aku berjanji untuk mematuhinya."

"Tapi tidak ada seorangpun yang melihatnya — begitu juga Ray."

"Meski begitu," kataku. "Jika aku menggunakan skill itu sebelum rencana dimulai, itu akan menjadi situasi dimana aku memang harus melakukannya." Dan syukurlah, hal itu tidak terjadi.

"Sungguh keras kepala," kata Cyco.

"Aku tau," anggukku. "Sekarang, aku penasaran apakah ada anak-anak yang diculik di dalam kereta-kereta itu."

Saat ini aku dapat dengan mudah menolong mereka, tapi dengan melakukan hal itu akan memberi petunjuk kepada para bandit bahwa menggunakan mereka sebagai sandera adalah cara yang efektif terhadapku. Jika pertempuran lain dimulai setelah mereka mengetahui hal itu, para bajingan itu akan menggunakan mereka untuk mengancamku.

Semuanya akan baik-baik saja jika tidak ada lagi bandit yang tersisa atau jika Ray telah mengalahkan semua bandit yang masih berada di benteng, tapi jika ada beberapa yang masih hidup, mencoba menolong anak-anak yang ada di dalam kereta akan menjadi hal yang berbahaya. Aku harus membiarkan mereka untuk saat ini.

Saat pemikiran seperti itu sedang memasuki kepalaku…

"… Heh," aku menyeringai.

"Hugo," kata Cyco.

"Aku tau."

Aku sedikit menghela nafas dan menggerakkan tuas untuk membuat Magingear mengganti magazine Hand Cannon-nya yang sudah kosong dengan magazine baru yang tergantung di pinggangnya. Bahkan saat melakukan gerakan sesimpel itu, aku hanya bisa kembali menyadari bahwa pergerakan tangan kirinya sudah benar-benar tumpul.

"Aku bisa saja memasukkan Marshall II kedalam Garasi dan memperbaikinya, tapi sepertinya aku harus menyerah pada hal itu," kataku. Bagaimanapun — aku sudah kehabisan waktu.

Membidik ke arah pintu masuk benteng, aku mengeluarkan sebuah tembakan dari Hand Cannon. Tembakan itu masuk melalui gerbang yang terbuka dan meledak setelah mengenai sesuatu yang berdiri tepat di belakangnya.

Setiap manusia biasa yang terkena serangan seperti itu pasti akan hancur berantakan. Namun, hal itu tidak terjadi pada makhluk yang berdiri disana.

"Sialan, itu sakit!" kata makhluk itu. "Itu juga agak panas."

Sambil mengatakan hal itu, makhluk itu menunjukkan diri tanpa tanda-tanda terluka atau kesakitan sedikitpun.

Itu adalah sesosok iblis bertubuh besar. Meskipun memiliki kepala sapi, tetapi gigi yang berbaris di mulutnya berbentuk seperti taring anjing.

Tingginya hampir sama dengan Marshall II-ku. Dia bahkan harus sedikit membungkuk untuk bisa keluar dari gerbang benteng, yang memiliki tinggi dua kali orang dewasa. Sekali lirik saja sudah cukup untuk mengetahui bahwa dia berada pada level yang benar-benar berbeda dari para bandit yang kulawan sampai saat ini.

Pemandangan itu membuatku gemetar.

"… Aku menduga bahwa kau adalah salah satu pemimpin dari Gouz-Maise Gang?" tanyaku.

"Yap," katanya. "Kau sedang ngomong dengan salah satu bos tertinggi di Gouz-Maise Gang — Strong Gladiator Gouz."

***

"Hugo, apakah kau tau tentang analisis kepribadian berbasis kategori?" Pemimpin klan menanyakan hal itu sesaat setelah aku bergabung dengan klan. Itu terjadi sekitar satu bulan yang lalu dalam waktu dunia nyata.

Klan sudah menjadi yang terbesar di Dryfe. Klan itu terkenal karena sudah memainkan peran besar dalam perang dan memiliki perkembangan yang baik dalam segi dana dan sumber daya manusia. Jumlah Master yang ingin bergabung hampir tidak ada habisnya, dan total jumlah anggotanya dengan cepat hampir mencapai 1000 orang.

Pada saat itu, aku masih merupakan seorang pemula dengan total waktu yang kuhabiskan untuk bermain infinite Dendrogram masih kurang dari satu bulan — seorang Master yang kebetulan mulai bermain pada saat itu. Namun, karena beberapa hal di dunia nyata, pemimpin menjadi tertarik padaku dan mengundangku untuk bergabung dengan klan-nya. Karena hal tersebut, aku dan dirinya sering melakukan percakapan seperti itu.

"Apakah itu sama seperti analisis kepribadian berbasis golongan darah?" tanyaku. "Itu memang terdengar mirip."

Aku tidak terlalu menyukai pemikiran dibalik analisis kepribadian berbasis golongan darah. Daripada mencoba meneliti karakterku dengan memeriksa ciri-ciri yang sudah ada sejak aku lahir, aku lebih suka berusaha untuk menjadi seseorang yang kuinginkan. Seseorang sebaiknya dibiarkan untuk memutuskan karakter seperti apa yang dia inginkan. Baik itu disini ataupun di dunia nyata. Aku benar-benar mempercayai hal itu.

"Golongan darah, eh?" kata pemimpin. "Aku tidak menyukai analisis kepribadian berbasis pada hal itu karena dasarnya terlalu lemah. Aku masih berpikir bahwa otak — bukan darah — seharusnya menjadi hal pertama yang dilihat jika kau ingin mengetahui kepribadian seseorang. Yah, kesampingkan itu…"

Dia merogoh inventory-nya dan mengeluarkan sebuah papan tulis putih. Dan kemudian dia mulai menulis sesuatu di atasnya menggunakan spidol. Dia senang menjelaskan sesuatu, jadi dia selalu membawa benda seperti itu bersamanya.

Dia juga senang membuat rencana, jadi dia sering menggunakan mereka untuk menggambarkan rencana yang masuk kedalam pikirannya. Itu tidak akan terlalu buruk jika itu adalah rencana yang bisa ditertawakan, tapi dia sering membuat rencana yang — meskipun terkesan lucu bagi kami — memberikan akhir tragis bagi mereka yang terkena dampaknya.

Sebagian dari diriku sering terganggu dengan rencana seperti itu, tapi tidak ada sama sekali bagian dari diriku yang ingin menghentikannya.

… Kembali ke masalah sebelumnya.

Di papan tulis itu, pemimpin menggambar sebuah bentuk humanoid yang mewakili seorang Master dan menulis beberapa kategori Embryo di sampingnya.

"Kau tau bahwa dalam bentuk ke-nol, sebuah Embryo akan mengamati tindakan, karakter, dan hal-hal pribadi lainnya milik Master-nya sebelum menggunakan hasilnya untuk berubah ke bentuk pertama, kan? Nah, beberapa orang memutuskan untuk menelitinya, dan menciptakan ide ini agar kau dapat mengetahui kepribadian seperti apa yang dimiliki oleh seorang Master hanya dengan melihat tipe Embryo mereka."

Itu masuk akal. Karena Embryo lahir dari hati seorang Master, mereka jauh lebih bisa diandalkan dari pada golongan darah.

"Ide ini terkenal sekitar satu tahun yang lalu dalam waktu dunia nyata," kata pemimpin. "Aku juga mencoba meneliti hal itu. High-Rank Embryo dan di atasnya memiliki begitu banyak keanehan sampai-sampai aku tidak bisa memahami mereka semua. Bahkan ada beberapa Embryo seperti milikku — benar-benar unik dalam hal tipe-nya. Pada akhirnya, satu-satunya hasil yang agak bisa diandalkan adalah yang kudapatkan dari empat tipe dasar Embryo dan sebuah Embryo extra."

Kategori yang dia tulis adalah Arms, Guardian, Castle, Territory, dan "extra".

"Boss,' kataku. "Aku tidak melihat Chariot di antara kelima kategori dasar."

"Chariot, eh?" Ulangnya. "Aku sebenarnya tidak menyadari hal-hal khusus di antara Master yang memiliki Embryo itu. Itulah sebabnya tipe itu tidak masuk kedalam hasilku."

Sayang sekali, pikirku. Aku sebenarnya sangat penasaran dengan kategori itu.

"Sekarang, biarkan aku menjelaskan mereka kepadamu," kata pemimpin. "Arms sering dimiliki oleh mereka yang pemberani dan tidak takut terluka. Ceroboh, bodoh, emosional, berdarah panas. Ada banyak hal untuk mendeskripsikan mereka. Master Guardian adalah kebalikannya — mereka pengecut, takut terluka, penyendiri, atau hanya ingin seseorang melindungi mereka. Keduanya cocok dengan gambaran umumnya, bukan?"

Senjata dan pertahanan. Saat sifat dari kedua Embryo itu diperhitungkan, penilaian itu kelihatannya cukup tepat. Meskipun aku hanya bisa bertanya-tanya dimana letak Arms yang tidak berbentuk senjata dalam hal ini.

"Master Castle adalah introvert, lembut, hati-hati, mau bekerja sama, dan memiliki temperamen seorang seniman. Terdengar tepat, bukan?" katanya. "Master Territory memiliki nafsu untuk mengendalikan, ingin melampiaskan stress mereka, membuat peraturan untuk dirinya sendiri, dan merupakan orang yang merasa benar sendiri dan solo player. Ngomong-ngomong, kategori Embryo pertamaku adalah Castle."

Begitu, pikirku. Jadi, tergantung pada masing-masing orang, masih tetap ada pengecualian. Terutama ketika kau mempertimbangkan kepribadian pemimpin dan mencocokkannya dengan deskripsi tentang Master Castle.

"Ada juga beberapa hybrid yang mencampurkan beberapa kategori sekaligus, jadi sulit untuk benar-benar memastikannya," tambahnya. "Tapi bagaimanapun, itulah penjelasan tentang keempat kategori dasar."

"Jadi, boss," kataku. "Bagaimana dengan kategori extra?"

"Maiden."

Jawabannya membuat mataku terbuka lebar, meskipun hanya sedikit.

"Type Maiden," kata pemimpin. "Sebuah kategori langka yang akan kau temui dari waktu ke waktu. Embryo ini memiliki dua ciri khas. Pertama, mereka selalu hybrid yang diikuti oleh kategori lain. Dan kedua, mereka selalu memiliki bentuk dasar manusia. Tentu saja, ada beberapa Guardian yang berbentuk monster humanoid, tapi Maiden selalu berbentuk manusia, dari dulu sampai sekarang."

Aku sepenuhnya sadar dengan ciri itu.

"Perlu diketahui, istilah 'Maiden' hanya digunakan jika bentuk manusia mereka berjenis kelamin perempuan," lanjutnya. "Beda ceritanya jika mereka laki-laki, tapi hal itu benar-benar sangat langka."

"Jadi, boss… seperti apa Master Maiden itu?" tanyaku.

"Mereka tidak menganggap dunia ini hanya sebatas game. Bagi mereka, beratnya nilai kehidupan disini sama besarnya dengan di dunia nyata."

Jawabannya membuatku sedikit tercengang.

"Jadi, ada tanggapan tentang penjelasanku, Hugo?"

Aku kesulitan menemukan jawaban untuk pertanyaan itu.

***

Akhirnya, salah satu pemimpin kelompok bandit itu meninggalkan benteng dan memperkenalkan dirinya sebagai Strong Gladiator, Gouz.

"Strong Gladiator" adalah salah satu High-rank Job dari kelompok gladiator. Aku mendengar bahwa job itu berfokus pada pertarungan tangan kosong. Namun, yang lebih bermasalah dari job itu sendiri adalah fakta bahwa dia bahkan memiliki sebuah job, yang artinya — meskipun memiliki penampilan seperti monster — dia sebenarnya adalah seorang Demi-Human. Kenyataan itu juga didukung oleh fakta bahwa dia dapat melakukan percakapan.

"Hadeh, bukannya kau mengacaukan tempat ini," katanya. "Rekan-rekanku adalah sekelompok orang yang baik, dan kau membunuh mereka semua."

"Kau memang mengatakan hal itu," jawabku. "tapi aku tidak melihat sedikitpun kemarahan ataupun kesedihan dimatamu."

"Well, yah, itu artinya aku mendapatkan banyak daging gratis, kan?"

… Bajingan ini, pikirku.

"Daging anak-anak memang manis dan lembut," lanjutnya. "Tapi dari waktu ke waktu, aku merasa ingin menenggelamkan gigiku kedalam daging orang dewasa yang pahit. Apakah kau tau bahwa sebenarnya daging orang dewasa menjadi semakin pahir dan enak semakin kau mengunyahnya?"

"Maaf, aku seorang vegetarian." Bentakku.

"Benarkah?" Aku terkejut karena kau bisa tetap sehat seperti itu. Kurasa keabadian yang para Master sepertimu memiliki datang bersama tubuh yang kuat, eh?"

Jadi dia tau kalau aku adalah seorang Master.

"Aku melihat seluruh pertarungan dari dalam benteng." Dia kembali berbicara. "Pergerakanmu terlalu bagus. Tidak perlu menjadi orang pintar untuk mengetahui bahwa kau bukan prajurit biasa."

"Heh," aku tersenyum. "Kalau begitu, kau seharusnya datang sebelum aku membunuh semua bawahanmu."

"Oh, tapi mendapati dirimu menangani mereka semua benar-benar menghemat waktu kami," katanya.

"… Apa?"

"Yah, sebenarnya kami berencana untuk pindah dari sini," jelasnya. "Tentu saja, yang kumaksud dengan 'kami' adalah aku dan pemimpin satunya. Para bawahan dan bocah itu hanya akan menghalangi, kau tau? Kami berencana untuk membunuh dan memakan mereka semua."

Para pemimpin meninggalkan tempat persembunyiannya dan menyingkirkan para bawahannya? Pikirku. Apa yang membuat mereka melakukan hal itu?

"Jadi apa alasan dari hal itu?" tanyaku.

"Tidak tau," katanya. "Yah, sebenarnya aku tidak memerlukan satupun alasan. Dia bilang kami akan melakukannya, jadi aku hanya mengikutinya."

Jadi pemimpin satunya memiliki posisi yang lebih tinggi, sementara yang satunya hanya bertindak sebagai tangan kanan.

… Hubungan itu mengingatkanku dengan orang tertentu.

"Berkat dirimu yang membunuh semua bawahan kami, kami hanya tinggal memakan mereka," tambahnya. "Kemudian kami tinggal menangani para bocah yang ada di ruang bawah tanah… dan yang baru saja orang-orang itu bawa."

Dia mengalihkan pandangannya ke arah kereta yang ada di belakangku… lebih tepatnya, ke arah anak-anak yang ada di dalamnya.

"Aku tidak akan membiarkan hal itu," kataku dengan dingin. Aku membuat Marshall II-ku mengacungkan Battle Knife dan mengarahkan Hand Cannon ke arahnya.

"Ha ha ha!" dia tertawa. "Kau cukup sombong. Tapi…"

Gouz merendahkan pusat gravitasinya, dan…

"KAU TIDAK AKAN BISA MENGALAHKANKU DENGAN TUMPUKAN SAMPANG YANG RUSAK ITU, DASAR BODOH!"

… dengan sebuah raungan yang tampak mengguncang benteng — tidak, seluruh tanah yang ada di sekitarnya — dia menyerbu ke arahku sambil merendahkan bahunya.

Menanggapi serangan ceroboh — yang hampir seperti bunuh diri — itu, aku mengayunkan Battle Knife ke arahnya. Karena tembakan peledak dari Hand Cannon tidak mempan, aku memilih untuk menggunakan senjata jarak dekat — yang ditujukan untuk serangan yang lebih berfokus pada tipe damage — untuk menyerang titik lemahnya. Aku mengarahkan Battle Knife ke arteri karotis-nya, yang sudah pasti akan memberikan luka parah jika berhasil.

Namun, hasilnya jauh dari yang kubayangkan.

"TIDAK AKAN MEMPAN!"

Battle Knife-ku benar-benar hancur — bukan karena tanduk atau cakarnya, tapi karena kulit yang menutupi arteri karotis-nya.

"Huh?!" seruku.

Sesaat kemudian, tubuh besar milik Gouz menghantam Marshall II-ku dan mengakibatkan guncangan hebat di dalam kokpit.

"MGHHHOOOO!"

Meskipun robot ini beberapa kali lebih berat dari dirinya, kekuatannya cukup besar untuk menutupi perbedaan berat itu. Setelah mendorong Marshall II sejauh lebih dari 10 meter, Gouz memegang tubuh Marshall II dan melemparkannya ke sembarang arah. Setelah sensasi mengambang untuk sesaat, Marshall II menabrak tanah dengan keras.

"Ghh! Ahhh!" Meskipun sabuk yang menghubungkanku dengan mesin ini sama sekali tidak menunjukkan kerusakan, kekuatan dari dampak yang ada membuat udara keluar dari paru-paru-ku. Aku segera berusaha mengambil nafas, tapi sistem pernafasanku sepertinya tidak bekerja dengan benar.

Aku kemudian mencoba menggerakkan tuas untuk membuat Magingear kembali ke posisi yang benar, tapi itu tidak berjalan baik. Marshall II atau diriku sendiri — aku tidak bisa mengatakan mana yang sudah rusak.

"Hugo!" kata Cyco.

"Heh… ha ha ha," aku tertawa. "aku meremehkannya. Monster berkepala sapi ini tangguh. Sudah jelas dia berada diantara pemegang high-rank job terbaik. Dia bahkan dapat mengincar sebuah Superior Job jika kondisinya terpenuhi."

Namun, itu tidak akan pernah terjadi karena Superior Job dari kelompok gladiator — Over Gladiator — telah diambil oleh "Figaro".

Tapi, masih tidak bisa disangkal bahwa Gouz itu kuat. Dia dapat dengan mudah mengalahkan high-rank Master seperti diriku. Sejujurnya, aku tidak yakin apakah bisa menang melawannya bahkan jika Marshall II berada dalam keadaan sempurna.

Kemampuan robot ini setara dengan Demi-Dragon. Skill Piloting milikku berada pada level 7 dan meningkatkan kekuatannya sampai 140%, tapi itu masih tidak cukup untuk menandingi pria ini.

"Hugo." Cyco kembali berbicara.

"Ya, Aku dapat mendengarmu, Cyco," jawabku.

"Apakah kau akan menggunakan skill itu?" tanyanya.

Aku terdiam, aku masih tidak tau apakah itu adalah ide yang bagus.

Kekuatanku berada dibawah Gouz. Jarak diantara kami semakin besar karena damage yang sudah kuterima sejak pertempuran sebelumnya.

Aku dan Marshall II tidak memiliki harapan menang melawan pemakan manusia yang tangguh ini, pikirku. Namun, jika aku menggunakan skill itu — skill milik Embryo-ku — hasilnya akan berubah drastis. Kemenanganku akan menjadi pasti karena fakta bahwa dia adalah pemakan manusia.

Namun, aku sudah menyebutkan bahwa aku tidak akan menggunakan Embryo-ku sampai rencana itu berjalan, dan…

"Hadeh, aku benar-benar menjadi lapar disini," dia memotong pikiran singkatku dengan perkataannya.

Mendengar Gouz mengatakan hal itu, aku melihatnya melalui mata kamera milik Marshall II yang sudah retak. Meskipun sedang bertarung denganku, dia menghadap ke arah lain. Mempertimbangkan kondisiku saat ini, dia mungkin berpikir bahwa pertarungan sudah berakhir.

Gouz sedang membersihkan salah satu mayat bawahannya. Dia membuang armor, melepaskan bajunya… dan menenggelamkan taringnya pada daging mayat tersebut.

"Mm, ini lumayan juga," kata sambil memakan mayat itu, tanpa memperdulikan kesopanan. "Ini hanya begitu… lengkap. Seperti yang diharapkan dari bawahanku."

Dengan perkataan itu, segigit demi segigit, dia melahap seluruh bawahannya. Saat pemandangan itu membuatku ingin muntah, aku melihat ke arah equipment window-ku dan mengetes tuas untuk memastikan kondisi Marshall II.

Lebih dari 70% armornya telah hancur, sementara damage yang diterima armor yang masih tersisa benar-benar parah. Tangan kirinya tidak dapat digerakkan sama sekali. Pergerakan tangan kanan sudah menumpul. Namun, kakinya masih bisa digerakkan.

Sementara untuk senjata… Hand Cannon sudah rusak bersama dengan tangan kiri. Battle Knife sudah benar-benar hancur. Marshall II sudah benar-benar tidak bisa bertempur lagi.

"Pilihanku adalah…"

… menggunakan skill itu atau mundur tanpa menggunakannya, pikirku.

Aku tidak dapat menggunakan skill itu karena rencana yang ada.

Aku tidak bisa membiarkan diriku menerima death penalty disini karena rencana itu akan dimulai besok.

Oleh karenanya, aku harus melarikan diri…

Tapi jika aku melarikan diri, Ray masih disini. Ada kemungkinan bahwa dia bisa mengalahkan Gouz. Oleh karena itu, bahkan jika aku mundur…

"Tugas utama selesai — kurasa sekarang waktunya hidangan penutup!" Gouz kembali memotong pikiran singkatku dan mengeluarkan sesuatu dari tas yang tergantung di pinggangnya.

Setelah aku menyadari apa itu… pikiranku hampir benar-benar blank.

Benda yang ada di tangan Gouz berukuran sebesar bola. Mata kecil — terbuka lebar dan dipenuhi ketakutan — rambut panjang yang tergerai dan bersimbah darah… Tidak salah lagi itu adalah kepala manusia. Kepala seorang gadis kecil.

Gouz melemparkannya begitu saja kedalam mulutnya seolah-olah dia sedang memakan permen. Taring iblis yang berjajar di mulutnya menutup, dan menghancurkan tengkorak anak itu dengan mudah.

"Ahh, ini benar-benar enak," katanya. "Daging anak kecil terasa lebih enak ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan mati, kau tau? Tapi rasa laparku belum terpuaskan saat ini."

Setelah mengatakan hal itu, Gouz mulai berjalan mendekati kereta, dan niatannya segera menjadi jelas.

"Gh…" Hal yang baru saja kulihat dan hal apa yang akan dia lakukan membuat semua keraguan di dalam pikiranku menghilang dalam sekejap seolah-olah itu tidak pernah ada sebelumnya. Apa yang menggantikannya adalah kemarahan murni yang tidak bisa ditahan lagi.

"Hugo!" Cyco kembali memanggilku.

"Cyco," jawabku.

"Apakah kau akan menggunakan skill itu?"

"Kau sudah tau jawabannya."

Meskipun masih menderita kerusakan parah, aku membuat Marshall II berdiri tegak.

"Gouz!" teriakku.

Monster berkepala sapi itu berbalik saat mendengar namanya dipanggil.

"Huhh? Kau masih bangun, dasar Master bodoh?" tanyanya.

Bangun? Aku mengulangi perkataan itu di kepalaku. Tepat sekali.

Benar — aku sedang setengah tertidur sampai beberapa saat yang lalu. Aku tidak menggunakan skill itu karena rencana itu. Dan karena rencana itu juga, aku memutuskan untuk menghindari death penalty dan melarikan diri.

Sungguh tidak masuk akal. Itu benar-benar tidak seperti diriku.

Hugo Lesseps yang kuinginkan bukanlah orang yang seperti ini.

Jadi, aku menunjukkan kemarahanku.

"Aku menyatakan bahwa aku tidak akan lagi mentolerir perbuatanmu!"

Perkataanku membuat Gouz tertawa. "Ha ha ha! Bacot, datang dari seorang Master yang memperlakukan seluruh duniaku seperti sebuah game kecil! Kau bukanlah orang pertama yang datang kemari, dan biar kuberitahu kepadamu — tidak ada dari mereka yang benar-benar serius dengan apapun yang mereka lakukan. Kalian para sialan tidak bisa mati di dunia ini, jadi apa masalahnya bagimu? Kau tidak akan pernah mengetahui rasa takut akan kematian seperti yang kami ketahui!"

"Memang benar," kataku. "Kami para Master masuk ke dunia ini dengan tujuan untuk bermain. Namun, ada beberapa yang mendengarkan perkataan dari mereka yang memanggil dunia ini sebagai rumah mereka. Beberapa yang berduka ketika mendengarkan teriakan sekarat milik orang lemah. Dan beberapa yang menggunakan hal itu untuk menentukan siapa mereka sebenarnya."

Dengan demikian, aku sudah memutuskan peranku di dunia ini.

Aku adalah duri mawar. Duri yang bertujuan untuk menusuk setiap dan semua bajingan yang mencoba merusak bunga yang indah dan kehidupan yang berharga.

Itulah Hugo Lesseps yang sebenarnya. Peran yang ingin kuberikan kepada diriku sendiri.

"Bersiaplah," kataku. "Untuk dosa karena sudah mengakhiri hidup begitu banyak orang, aku akan mengirimmu ke dalam perut neraka."

Mengikuti peran yang kumainkan, aku menatap bajingan itu — Gouz — dan menyatakan. "Neraka-ku akan menghancurkanmu." Dia akan membayar semua dosa yang telah dia lakukan.

"COBA SAJA, DASAR SIALAN!" Gouz berteriak dengan marah, dan kembali menyerbu ke arahku.

Satu serangan lagi dari dirinya akan benar-benar menghancurkan Marshall II dan membunuhku secara bersamaan. Namun, saat ini hal itu tidak mungkin terjadi.

"Cyco!"

Cyco berdiri di bahu Marshall II.

"Crest Disguise… Disable," kata Cyco. Melalui mata kamera, aku dapat melihat wajah Gouz yang dipenuhi keterkejutan. Itu sudah wajar, mengingat apa yang baru saja dia lihat.

Cyco tiba-tiba muncul di bahu Marshall II dan membuat tato yang ada di tangan kirinya — bukti bahwa dia adalah seorang Master — menghilang.

Benar — Cyco bukanlah seorang Master.

Master dengan nama seperti itu tidak pernah ada.

Identitas Cyco yang sebenarnya adalah…

"Cocytus, inilah saatnya."

"Baik, Master."

Cyco — Cocytus — tersebar menjadi partikel berwarna putih dan biru yang menghujani Marshall II, menyatu dengannya, dan mengubah penampilannya secara drastis.

Wilayah sekitarnya dilanda badai salju untuk sementara, diikuti oleh munculnya sinar putih yang membutakan untuk sesaat.

Di tengah itu semua berdiri Aku dan Cocytus — mengambil bentuk Marshall II yang sudah benar-benar dibangun ulang.

Robot itu saat ini dilengkapi oleh armor baru yang mengingatkanmu pada es berwarna putih transparan. Di tangan dan kepalanya terdapat pedang mirip salip yang terbuat dari es berwarna biru.

Karena sihirnya telah diperbarui, output Marshall II sekarang jauh lebih besar dari pada ketika dia masih dalam keadaan sempurna. Penampilannya mengingatkanmu pada gereja antropomorpis yang terbuat dari es.

Ini adalah Embryo-ku.

Bentuk sebenarnya dari Cocytus — sebuah Type Maiden with Chariot.

"GRRROOAAAAGGHHHHH!"

Meskipun melihat apa yang baru saja terjadi, Gouz tidak menghentikan serbuannya.

Itu adalah reaksi yang tepat. Tidak mengenal keraguan atau ketakutan, Gouz adalah contoh pejuang sejati.

Dia memang kuat.

Tapi ini adalah akhir baginya. Pada saat aku memutuskan untuk menggunakan kekuatan Cocytus, Gouz telah kehilangan seluruh kesempatan untuk menggapai kemenangan. Tidak peduli seberapa kuat dirinya sebagai pemakan manusia.

Panggungnya sudah diatur.

Gerbang neraka telah dibuka untuk menyambut pendosa lainnya.

"Omnes relinquite spes, o vos intrantes."

Setelah merapalkan kalimat yang terukir pada pintu masuk neraka — "Buanglah semua harapan, wahai engkau yang masuk kemari" — Aku mengaktifkan skill itu.

"La porte de l'Enfer." (Pintu Neraka)

Sesaat kemudian, hidup Gouz mencapai akhir yang pahit.

-

Paladin Ray Starling

Dunia Infinite Dendrogram memiliki sistem job.

Sama seperti job "Paladin" milikku, para Master dan tian lainnya juga memiliki job mereka masing-masing. Satu-satunya orang yang tidak memiliki job adalah Master yang baru saja mulai memainkan Infinite Dendrogram dan tian yang masih anak-anak.

Job memiliki jumlah dan variasi yang sangat banyak. Job vanguard saja memiliki banyak kelompok seperti Knight—Paladin termasuk kedalam kelompok ini—Swordsman, Warrior, Gladiator, Pugilist, Samurai, dan banyak lagi.

Lalu ada juga kelompok job yang bertugas sebagai rearguard, support, crafting, dan sebagainya… Jika disimpulkan, mereka memiliki jumlah yang terlalu banyak untuk diingat.

Katalog yang diberikan kakak kepadaku memiliki daftar kondisi untuk mendapatkan setiap low-rank job dan high-rank job. Daftar yang ada di dalamnya berjumlah beberapa ribu, dan—tentu saja—aku masih kesulitan untuk mengingat mereka semua. Master yang masih aktif bermain berjumlah beberapa ratus ribu, dan aku menduga bahwa—jika job-job itu dibagi rata kepada semua player—maka akan ada kurang dari seribu orang untuk setiap job. Tentu saja, pembagian job yang sebenarnya sama sekali tidak mendekati kata "rata". Contohnya, Job Pimp milik Rook tidak populer diantara para Master.

Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah job yang tersedia bagi player di MMORPG lain tidak dapat dibandingkan dengan kebebasan yang ada di Dendro. Tapi meskipun memiliki jumlah yang begitu banyak, ada sebuah job yang tertanam di pikiranku. Itu adalah job yang tidak akan pernah bisa kulupakan.

Itu adalah sebuah job yang bernama "Necromancer."

Kelebihan job itu adalah memiliki banyak skill debuff, skill serangan dark magic…

… dan tentu saja, Necromancy—skill yang memungkinkan seseorang untuk mengubah mayat menjadi tamed monster dengan biaya MP.

Skill itu dapat digunakan pada manusia maupun makhluk lainnya.

Tentu saja, tingkat kesulitan dalam mengubah mayat menjadi tamed monster tergantung pada seberapa kuat makhluk itu ketika masih hidup.

Disisi lain, itu berarti bahwa anak-anak—yang hampir tidak memiliki kekuatan—dapat diubah menjadi undead tanpa banyak kesulitan.

Katalog itu mengatakan bahwa salah satu kondisi untuk mendapatkan high-rank job dari kelompok Necromancer berhubungan dengan jumlah keberhasilan menggunakan skill Necromancy. Aku juga membaca di wiki bahwa beberapa tian kriminal adalah Necromancer yang menggunakan anak-anak dan orang sakit untuk tujuan tersebut. Beberapa orang juga menduga bahwa mendapatkan Superior Job dari kelompok tersebut juga berhubungan dengan kondisi yang sama.

Implikasi dari ide tersebut membuatku merasa muak, jadi aku mengukir keberadaan Necromancer kedalam ingatanku. Dan sekarang, semua itu datang kepadaku.

Mencoba untuk menyimpulkan kenapa Gouz-Maise Gang menculik anak-anak, aku terus berlari menuju ujung lorong bawah tanah ini.

*

Lorong ini adalah sebuah jalan lurus tanpa cabang, jadi aku hanya perlu terus maju ke depan.

Meskipun aku tidak menemui satupun bandit, aku harus menghadapi beberapa undead—kali ini orang dewasa—yang menghadang jalanku.

Mereka mungkin dibuat dari mayat-mayat yang terkumpul disini ketika benteng ini masih ditempati oleh tentara. Tapi disisi lain, bisa saja mereka adalah sisa-sisa para petualang yang dikalahkan oleh para bandit ini.

Aku menghancurkan setiap undead yang menghalangi jalanku. Bahkan jika sebelumnya mereka adalah manusia, aku tidak boleh membiarkan mereka menghentikanku. Jika aku melakukannya, jumlah kematian yang ada hanya akan semakin bertambah.

Akhirnya, aku sampai di ujung lorong, dimana aku disambut oleh sebuah pintu. Pintu ini tersusun dari kayu-kayu berat dan dikunci menggunakan gembok baja. Pintu itu memisahkanku dengan ruang yang ada dibelakangnya, dimana aku bisa merasakan keberadaan makhluk hidup disana.

"Hhgh!"

Aku mengayunkan Nemesis langsung ke arah pintu tersebut, bukan ke arah gemboknya. Saat potongan kayu bertebaran keberbagai arah, aku melompat kedalam ruangan dan mengamati sekelilingku.

Aku sudah benar-benar siap menebas setiap bandit yang menungguku, tapi satu-satunya makhluk hidup yang ada disini hanyalah anak-anak yang dikurung.

Mereka berjumlah tujuh anak.

Dilihat dari mata mereka yang tertutup, aku bisa mengetahui bahwa mereka sudah tertidur pulas. Aku tidak tau yang mana, tapi aku cukup yakin bahwa salah satu dari mereka adalah Roddie—anak yang harus kami selamatkan. Tentu saja, aku berniat untuk menyelamatkan mereka semua, tidak peduli jika mereka tidak ada hubungannya dengan quest.

Aku merasa curiga karena kelihatannya hanya ada anak-anak ini disini.

"Tidak ada satupun bandit?" kataku kebingungan.

"Bagaimanapun, ruangan ini terkunci menggunakan gembok," kata Nemesis. "Dapat disimpulkan bahwa mereka menyerahkan tugas untuk mengawasi anak-anak ini kepada para undead."

"Kurasa itu masuk akal." Aku memeriksa keadaan anak-anak itu dengan hati-hati. Aku menjulurkan tanganku melalui celah kurungan dan mengguncang mereka dengan lembut, tetapi mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbangun.

"Kurasa mereka diberi obat atau sedang berada dibawah efek debuff spell," komentar Nemesis.

"Mungkin saja," anggukku. Ini hanya intuisi-ku, tapi aku yakin bahwa itu adalah sihir. Bagaimanapun, orang yang melakukan hal ini kemungkinan besar adalah orang yang menciptakan undead menggunakan anak-anak di lorong tadi.

Baginya, mereka hanyalah kartu yang dapat digunakan untuk mendapatkan uang tebusan. Dan jika aku tidak datang, dia pasti sudah siap untuk membunuh mereka dan menggunakan Necromancy-nya untuk menyiksa mayat mereka. Aku benar-benar tidak tahan lagi.

"Master, lihat ke sebelah kanan," kata Nemesis.

Aku melihat ke arah itu dan melihat sebuah pintu lain—kali ini terbuat dari besi. Setelah mendekatinya, aku memutar gagang-nya dengan pelan. Karena gagangnya dapat diputar, sudah jelas bahwa pintu ini tidak dikunci dan oleh karenanya aku tidak memiliki kesulitan untuk membukanya.

"Apakah kau akan masuk kedalam?" tanya Nemesis.

'Tentu saja," jawabku.

Aku memutar gagang pintu itu dan segera menendang terbuka pintu itu. Aku sudah merusak sebuah pintu. Jika memang ada orang di dalam ruangan ini, maka tidak ada gunanya bagiku untuk bertindak secara diam-diam.

"Bukankah itu…?" Aku mulai berbicara.

Hal pertama yang kulihat setelah masuk kedalam ruangan adalah seseorang. Seorang anak laki-laki, tepatnya. Dia sedang tertidur—sama seperti anak-anak lain yang ada di dalam kurungan. Di tengah ruangan, di atas lantai yang terletak di bawah anak itu, terdapat sebuah lingkaran sihir yang dibuat dengan sangat detail.

"Ada banyak hal yang dapat dikatakan tentang selera pemilik ruangan ini." Nemesis mengatakan hal itu dengan nada marah.

Lingkaran sihir yang ada dilantai bukanlah satu-satunya hal yang dia maksud. Faktanya, lingkaran itu tampak biasa saja jika dibandingkan dengan pemandangan lainnya.

Sisa-sisa darah menutupi dinding dan langit-langit. Sesuatu yang mirip dengan kulit ditumpuk di sudut ruangan. Drum yang ada di dekatnya dipenuhi oleh tulang-tulang berwarna putih. Meja yang ada di dekat dinding dipenuhi oleh peralatan dan material, tapi tidak ada yang benar-benar mencolok sampai aku melihat sebuah tangan kanan dengan dua belas jari yang sudah diawetkan, yang membuatku mengalihkan pandanganku secara refleks.

Aku menakan kemarahanku dalam diam. Tidak diragukan lagi bahwa kami sedang berdiri di laboratorium milik Necromancer yang telah menciptakan undead itu.

Namun, Necromancer itu sendiri tidak ada di tempat ini. Dapat disimpulkan bahwa dia pergi untuk menghadapi Hugo.

Anak yang ada di tengah lingkaran sihir itu mungkin akan menjadi kelinci percobaannya selanjutnya. Kami telah menyelamatkannya dengan datang kemari.

"Sekarang bagaimana?" tanya Nemesis. "Apakah kita harus memastikan keselamatan anak-anak ini atau pergi membantu Hugo menghabisi para bandit?"

Itu adalah sebuah pilihan yang sulit. Menyelamatkan anak-anak adalah tujuan utama kami, tapi membawa mereka bertujuh ke suatu tempat yang aman akan terlalu sulit untuk kulakukan sendirian. Namun, jika aku meninggalkan mereka disini dan pergi keluar untuk bertarung, itu akan meningkatkan kemungkinan mereka akan dijadikan sandera.

Pilihanku yang lain adalah tetap disini dan melindungi anak-anak sementara Hugo menangani para bandit itu, tapi itu semua akan berakhir jika Hugo terbunuh.

"Wew, ini pilihan yang sulit…" kataku sambil menghela nafas.

"Untuk saat ini, kupikir kita harus memindahkan anak itu ke ruangan lain," kata Nemesis. "Aku tidak tau lingkaran sihir macam apa itu, tapi aku yakin bahwa itu tidak aman digunakan sebagai tempat tidur."

Aku mengangguk dan berjalan ke arah anak yang berada di tengah lingkaran itu.

Setelah beberapa langkah, aku menginjak sesuatu yang terlihat aneh. Itu adalah sepotong kain tebal. Sekilas, itu terlihat seperti kasur tipis yang terbuat dari bulu, tapi kemudian aku menyadari bahwa kain itu memiliki dua lengan baju yang terjahit padanya, yang memastikan bahwa itu adalah sepotong pakaian—sebuah jubah, tepatnya. Apa yang tampak aneh bukanlah fakta bahwa pakaian itu tergeletak di lantai, tapi fakta bahwa aku dapat merasakan sesuatu yang keras di bawahnya.

Aku menendang jubah itu dan menemukan apa itu.

"Ini adalah…"

… tulang—itulah benda keras yang ada dibawah jubah tadi.

Hal itu sama sekali tidak membuatku terkejut. Bagaimanapun, drum yang ada di dekat sini dipenuhi oleh tulang. Namun, itu aneh karena separuh tulang itu adalah tulang manusia, sementara sisanya milik makhluk yang berbeda. Tulang itu terlihat lebih tebal dan mengingatkanku pada tulang kuda yang pernah kulihat di museum.

"Bagaimana bisa tulang manusia dan tulang kuda tergeletak di tempat yang sama?" tanyaku.

"Aku menduga bahwa ini adalah tulang horse-man," kata Nemesis. "Sejauh yang kutahu, ini mirip seperti sisa-sisa kerangka mereka."

Hal itu mengingatkanku bahwa, saat di Gideon, aku telah melihat beberapa anggota ras yang terlihat seperti centaur dari mitologi Yunani.

Aku kembali melirik ke arah kakiku. Tubuh bagian atas dan juga tengkoraknya sudah jelas adalah milik manusia, sementara tulang tubuh bagian bawah terlihat mirip dengan kerangka kuda. Memang, hampir dapat dipastikan bahwa kerangka ini milik seorang horse-man.

Namun, ada satu hal yang perlu dikatakan tentang ukurannya. Aku tidak tau ukuran tubuh rata-rata milik ras itu, tapi setidaknya, sudah jelas bahwa ini bukan milik seorang anak-anak.

Bagaimana bisa tulang milik seorang horse-man dewasa berada disini? Pikirku.

"Necromancer itu mungkin entah bagaimana mendapatkan salah satu mayat mereka dan menggunakannya untuk eksperimen-nya," kata Nemesis.

"Kalau begitu, seharusnya dia sudah membersihkan hal ini," sanggahku. "Bagaimanapun, dia sudah mempersiapkan kelinci percobaannya selanjutnya."

Aku melihat ke arah anak yang ada di tengah lingkaran sihir. Tidak perlu menjadi jenius untuk mengetahui bahwa Necromancer yang bersangkutan telah benar-benar siap memulai eksperimen selanjutnya. Dia tidak akan membiarkan tulang dari eksperimen sebelumnya tergeletak dilantai begitu saja seperti ini.

Maksudku, madman itu cukup rajin untuk meletakkan semua tulang lain di dalam drum sebelah sana, pikirku.

"Mencoba memahami proses berpikir milik seorang madman adalah usaha yang bodoh, menurutku," kata Nemesis.

"…. Tidak ada gunanya memikirkan hal itu, ya?" gumamku.

Dia benar. Tujuan utamaku adalah untuk memindahkan anak itu dari sini.

Setelah menggunakan Nemesis untuk beberapa kali menggores lingkaran sihir itu dan memastikan bahwa aku tidak akan memicu aktifnya beberapa sihir aneh, aku melangkah kedalam lingkaran itu dan mengambil anak laki-laki itu.

Tertidur di lantai yang dingin telah membuat suhu tubuhnya menurun. Tapi, dia masih bernafas dengan baik dan memiliki denyut nadi yang stabil. Merasa sedikit lega, aku mulai menggendong anak itu di punggungku dan berjalan keluar ruangan.

Tiba-tiba, aku merasakan nafasnya di belakangku.

Itu adalah hal yang normal—mengingat dimana dia berada—tapi karena suatu alasan, keringat dingin menuruni punggungku seperti kilat…

"Mati."

Aku tidak yakin dari mana perkataan itu berasal. Tapi itu sudah terlalu terlambat. Aku mendengar suara pisau mengiris leherku.

Entah bagaimana aku tidak melihatnya, tapi anak yang ada di punggungku membawa sebuah dagger ditangannya.

Saat darah mulai mengalir dari arteri karotis-ku, aku roboh ke lantai batu yang dingin.

-

Salah satu dari Dua Pemimpin Gouz-Maise Gang, Lich Maise.

Dunia ini memiliki kekuatan yang sering disebut sebagai "Superior Job".

Dari ribuan job yang tersedia bagi makhluk humanoid, itu adalah job tertinggi — hanya dimiliki oleh beberapa orang terpilih.

Superior Job memungkinkan seseorang melewati batas-batas bentuk jasmani mereka.

Salah satu orang yang memiliki Superior Job adalah Arch Wiseman — orang yang disebut sebagai dewa penjaga kerajaan. Dia memiliki kekuatan sihir sekelas dewa. Dia dapat membelah daratan dan bahkan menjatuhkan langit.

Namun, dalam peperangan melawan Dryfe, Arch Wiseman dikalahkan oleh King of Beast — seorang Master dan juga merupakan pemilik Superior Job.

Meskipun itu bisa dikatakan sebagai tragedi bagi Kerajaan Alter, ada beberapa orang yang lega karena kematiannya. Bagaimanapun — takhta Superior Job hanya bisa dipegang oleh satu orang. Dengan kematian Arch Wiseman milik Kerajaan, peran Arch Wiseman kembali terbuka untuk siapa saja yang ingin mendapatkannya.

Aku juga sedang mengincar sebuah Superior Job. Namun, itu adalah job yang benar-benar berkebalikan dengan milik Wiseman.

Superior Job yang ku incar berada di puncak kelompok Necromancer. Itu adalah sebuah Job yang disebut King of Corpses.

Kekuatannya jauh berada di atas sihir milik Necromancer biasa… dan bahkan melebihi Necromancy milik para Lich — orang-orang yang telah mengubah diri mereka menjadi Undead.

Siapa saja yang menduduki takhta King of Corpses akan menjadi abadi, tidak akan mati, dan memiliki kekuatan komando melebihi semua job yang berada di bawahnya. Itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keabadian seperti yang dimiliki oleh para Master.

Itulah King of Corpses.

Aku mulai memimpin Gouz-Maise gang demi memperkeras usahaku untuk mendapatkan Superior Job itu. Aku melakukan penculikan anak-anak untuk membantu melatih skill Necromancy-ku. Uangnya tebusannya kubutuhkan untuk mendapatkan item sihir tertentu dan untuk menyogok Caldina,

Di negara itu, uang adalah awal dan akhir sebuah pembicaraan. Semua yang ada di Caldina memiliki harga. Bahkan sebuah kelompok penjahat yang memiliki banyak uang bisa menggerakkan tentara milik Caldina untuk merespon pergerakan prajurit Gideon.

Karena tempat ini terletak di dekat perbatasan, hal itu membuat kerajaan ragu untuk menyerang kami karena hal itu dapat memprovokasi Caldina.

Dan juga, dengan semua item sihir Conceal dan Presence Manipulation yang kubeli dari mereka, menculik anak-anak menjadi lebih mudah bagi kami. Diberkahi oleh bahan yang melimpah dan tempat yang strategis, aku mampu mempelajari jalan Necromancy dengan sepenuh hati dan secara perlahan menapaki jalan menuju takhta King of Corpses.

Untuk mendapatkan Superior Job itu, aku harus memenuhi beberapa persyaratan sulit dan kemudian melewati sebuah tes tertentu. Aku telah mengetahui persyaratannya dengan mengartikan sebuah tulisan kuno yang mendeskripsikan proses-proses rahasia.

Persyaratan pertama adalah "Mengubah 5000 tahun kehidupan menjadi kematian*." yang dapat dengan mudah kucapai dengan menjadikan benteng ini sebagai tempat persembunyianku dan membuat para bandit bekerja untukku. Karena aku hanya berfokus pada anak-anak — yang mudah untuk diubah menjadi undead dan masih memiliki masa depan yang panjang — itu semua berjalan dengan sangat lancar. Aku hanya membutuhkan kurang dari 1000 anak-anak untuk memenuhi persyaratan ini, tapi karena undead adalah sebuah asset yang berharga, aku terus melakukan hal ini.

*TN: Kehidupan yang dimaksud disini adalah sisa umur milik seseorang.

Persyaratan kedua — yang juga sudah kucapai — adalah membuat sebuah Crystal of Resentment. Itu dibuat dengan cara memasukkan ketakutan — atau lebih tepatnya, dendam — dalam jumlah besar, kedalam sebuah Crystal of Purity — sebuah item yang bisa memurnikan undead.

Gouz berkontribusi banyak dalam hal ini. Ketakutan anak-anak yang dia makan hidup-hidup berubah menjadi dendam yang sedih dan indah.

Tentu saja, dendam yang kudapat dari mengubah mereka menjadi material untuk membuat undead menggunakan Anguish Circle, juga tidak terlalu buruk.

Hasilnya, kristal yang dulunya memancarkan cahaya suci saat ini sudah menjadi benar-benar hitam sampai ke intinya.

Dengan itu, aku sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi King of Corpses. Aku hanya tinggal pergi ke Legendaria — tempat dimana takhta job itu disegel — untuk menyelesaikan quest persyaratan dan membuat gelar itu menjadi milikku.

Benteng dan para bandit itu sudah tak berguna lagi. Sebentar lagi Gideon akan dipenuhi oleh para pengganggu. Sebelum hal itu terjadi, aku berencana untuk membawa Gouz — satu-satunya bawahanku yang berguna — bersamaku, kemudian menghancurkan semua pengetahuan yang mungkin kutinggalkan disini dan pergi untuk selamanya.

Pada saat itulah seorang penyusup menyelinap ke dalam benteng.

*

"Mati."

Sesaat setelah aku mengatakan hal itu. Aku mendengar suara seorang pria yang roboh ke lantai laboratorium. Aku tidak dapat melihat bagaimana raut wajahnya, tapi lantai di bawahnya sudah penuh dengan genangan darahnya.

Yang berdiri di sampingnya adalah seorang anak kecil yang kukendalikan menggunakan sihir untuk menggorok leher pria itu.

Seorang undead akan mudah dikenali hanya dengan melihat deskripsi yang ada di atas kepalanya, pikirku. Jika seperti itu, akan lebih baik jika aku menggunakan mereka hidup-hidup.

"Jadi seorang anak kecil membuatmu lengah, ya?" gumamku. "Betapa bodohnya dirimu."

Aku mulai membangun kembali tubuhku yang tersebar. Setelah kerangka horse-man-ku terkumpul, aku kembali memakai jubahku. Dan kemudian, kulit dan bulu mulai menutupi tulangku sebelum mulai menyebar untuk menyesuaikan diri dengan daging yang ada di dalamnya.

Sesaat sebelumnya, aku hanyalah tulang belulang, yang dapat kulakukan dengan menggunakan salah satu skill Lich milikku — Corpsification. Bagi pria yang saat ini tergeletak di lantai, aku mungkin terlihat seperti sisa-sisa kerangka biasa.

Aku adalah seorang undead dan memiliki Lich — sebuah high-rank Job dari kelompok Necromancer. Memiliki trik pura-pura mati seperti itu adalah sebuah hal yang wajar bagiku.

"Oh? Kau masih hidup?" kataku sambil menatap ke bawah ke arah pria itu. Meskipun dia telah kehilangan begitu banyak sampai-sampai aliran darah yang keluar dari lehernya sudah cukup melemah, kelihatannya denyut nadinya masih hidup. Di tangan kanannya, dia memegang sebuah halberd berwarna hitam dengan sebuah kibaran cahaya hitam muncul dari bagian belakangnya. Aku mencoba untuk mengidentifikasinya, tetapi sama sekali tidak mendapatkan hasil. Hal itu hanya bisa berarti satu hal: senjata itu adalah sebuah Embryo dan pria ini adalah seorang Master.

"Kau juga masih sadar?" Aku kembali berbicara. "Yah, itu tidak penting. Dagger itu dilumuri oleh cairan yang menyebabkan Paralysis dan Poison, yang dibuat khusus oleh-ku. Poison yang dibuat oleh Lich juga merupakan sesuatu yang sebaiknya tidak kau sentuh. Kau akan mati tanpa bisa melakukan apa-apa."

Bleeding dan Poison menguras hidupnya, sementara Paralysis mengunci setiap pergerakannya. Sayang sekali karena dia adalah seorang Master — jika tidak, aku bisa memanen dendam yang benar-benar bagus darinya.

Master adalah sumber dendam terburuk. Ketika dibunuh, mereka hanya akan kembali hidup tiga hari kemudian. Dibandingkan dengan tian, rasa takut mereka akan kematian dan dendam terhadap pembunuh mereka pada dasarnya… biasa saja. Bukan hanya itu — keabadian absolut yang mereka miliki juga membuat mereka menjalani hidup seolah-olah itu hanyalah sebuah game.

Seperti itulah party para Master yang pernah menyerang tempat ini. Sihirku dan kekuatan Gouz sudah lebih dari cukup untuk menangani mereka, tapi karena aku tidak dapat mengubah mayat mereka menjadi undead, mereka benar-benar tidak berguna untuk pekerjaan Necromancy-ku. Para Master benar-benar membuatku merasa kesal sampai saat ini. Mereka memperlakukan dunia ini seperti permainan, dan fakta bahwa mereka secara otomatis memperoleh keabadian… satu hal yang membuatku mendedikasikan seluruh hidupku padanya.

… Oh, itu mengingatkanku. Party pertama yang datang kemari sepenuhnya terdiri dari para tian, dan dendam yang kuperoleh setelah menyiksa mereka benar-benar banyak. Ah, aku benar-benar bersenang-senang pada saat itu. Mayat mereka juga menjadi beberapa material yang bagus.

Mengubah tian menjadi undead adalah hal yang sangat mudah. Aku juga agak tertarik dengan ide membuat undead dari para Master, tapi untuk saat ini, aku hanya bisa menyingkirkan mereka setiap kali mereka menggangguku.

Saat ini, Gouz mungkin sudah menangani rekan pria ini yang ada di permukaan. Apa yang tinggal kulakukan sekarang adalah meninggalkan benteng, pergi ke tempat tujuanku, menyelesaikan quest persyaratan, dan menjadi King of Corpses.

"Dengan begitu, inilah saatnya untuk keluar dan pergi menuju Legendaria," gumamku.

Saat aku sedang berjalan menuju pintu laboratorium, aku melihat material milikku… anak-anak yang kubuat tertidur di ruangan lain. Aku hampir melupakan mereka.

"Tindakan penculikan itu sudah berakhir," kataku. "Lebih baik aku membunuh semua anak-anak itu dan mengubah mereka menjadi material untuk undead-ku… hm?"

Pada saat aku mengatakan hal itu, aku melihat jari milik pria yang sedang tergeletak di lantai itu sedikit bergerak. Tindakan kecil itu — digabungkan dengan raut wajahnya — membuatku menyadari sesuatu.

"Apakah kau benar-benar datang jauh-jauh kemari hanya untuk menyelamatkan anak-anak itu?" tanyaku. "Kau bukan datang untuk mengambil harta-ku?"

Dia tidak mengatakan apapun. Bukan berarti dia dapat melakukannya sih, mengingat kondisinya saat ini, tetapi reaksi yang dia tunjukkan sudah lebih dari cukup.

"Hah… hah… HAHAHAHAHAHAHA!" Aku meletakkan tangan di perutku dan tertawa terbahak-bahak.

Tidak ada reaksi yang lebih tepat dari ini Bagaimana mungkin aku tidak tertawa?

"Hahahahahah! Seorang manusia abadi? Pergi jauh-jauh kemari untuk menyelamatkan beberapa anak kecil? Ghahahahahah! Aduh, kau benar-benar melakukan sesuatu yang heroik, Tuan Master."

Kau merasa seperti sedang berperan sebagai pembela keadilan, ya? Pikirku. Fakta bahwa itu lah yang membuatnya datang kemari membuatku dipenuhi kesenangan.

"Heheheh," aku terus tertawa. "Baiklah, inilah yang akan kulakukan. Aku akan membuat beberapa makhluk undead kecil yang manis, dan kau akan melihat hal itu terjadi sampai racun itu membunuhmu. Siapa tau? Kau mungkin akan mempelajari sesuatu. Bagaimanapun, aku cukup terampil dalam hal itu, jika aku harus mengatakannya sendiri. Tapi itu sudah wajar, mengingat aku sudah membuat ribuan undead seperti itu!"

Menanggapi perkataanku, pria yang tergeletak di lantai itu menunjukkan ekspresi traumatis yang mengerikan.

Bagus sekali, pikirku. Kelihatannya Master juga bisa menjadi bahan yang bagus jika di pancing dengan benar. Tapi bahkan lebih dari itu, sebagai seseorang yang sebentar lagi akan menjadi King of Corpses, sekarang aku tau bahwa aku akan benar-benar menikmati kebebasan untuk memandang rendah setiap dan semua Master abadi itu.

"Baiklah, sekarang…" kataku. "Anak dengan tulang yang terlihat tebal itu akan ku ubah menjadi Skeleton, sementara yang lainnya akan ku ubah menjadi Zombie saja. Oh, tapi mungkin sebaiknya aku mengubah anak yang terlihat di sana menjadi mayat yang diawetkan dan menjualnya di suatu tempat. Meskipun terlihat seperti ini, tanganku cukup lihai, lho, jadi sebenarnya aku cukup bagus dalam membuat detail yang bagus. Beberapa orang penggemar seni mungkin akan menghargai karya-ku dengan harga tinggi."

Sebagai tanggapan, aku menerima lebih banyak kemarahan sunyi.

Ah, senangnya, pikirku. Ini benar-benar sebuah kebahagiaan.

Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan kesenangan seperti ini dari seorang Master. Kesedihannya terasa seperti sebuah bumbu yang sempurna.

Namun, ini adalah saatnya untuk mengakhiri hal ini.

"Sekarang, mari kita mulai dari bocah yang menggorok lehermu!" seruku. "Pertama, aku akan membuatnya menggorok lehernya sendiri dan — "

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah hembusan angin…

… diikuti oleh suara sesuatu yang jatuh ke atas lantai.

"… Apa?" Kebingungan, aku melihat ke arah asal suara itu dan melihat sesuatu yang sangat familiar.

Itu adalah sebuah tangan kiri, yang dipenuhi oleh cincin sihir. Cincin sihir yang membuatku mengeluarkan banyak uang.

Bukankah itu… tangan kiriku? Pikirku, tertegun.

"Jika… kau…"

Pria yang kekalahannya sudah hampir dapat dipastikan mulai berbicara. Dia mengangkat tangan kanannya ke udara.

"Jika kau… bukanlah makhluk hidup…"

Bilah halberd yang dia pegang mengeluarkan kilau putih yang mulia. Aku mengenali hal itu. Bilah itu diselimuti oleh kutukan bagi para undead — Purifying Silverlight.

"Jika kau… kehilangan pandangan tentang arti menjadi seorang manusia…"

Dia berdiri dengan perlahan dan menghadap ke arahku. Luka yang ada di lehernya yang masih ada disana kurang dari satu menit yang lalu, sudah menghilang tanpa bekas.

"Jika kau… adalah orang yang bertanggung jawab atas pemandangan itu…"

Ekspresinya tidak menunjukkan kelemahan karena Poison, maupun kekakuan karena Paralysis.

"Jika kau… mengatakan bahwa kau akan tetap melakukan hal itu…"

Satu-satunya ekspresi murni yang ada diwajahnya tercermin melalui cahaya matanya — sebuah kobaran kemarahan murni,

"… maka aku akan membunuhmu."

Ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang Master — salah satu mayat hidup abadi — menunjukkan ekspresi seperti itu.

Aku tidak bisa sepenuhnya mencerna hal itu, tapi apa yang kurasakan adalah ketakutan. Sebuah ketakutan luar biasa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Instingku mulai berteriak, dan menyuruhku untuk melakukan satu hal:

Lari! Dia akan memusnahkanmu.

Insert4

"■■■■ — Abyssal Delusion!"

Dead Man's Bind!

Aku segera menggunakan kutukan terkuat yang kumiliki. Keduanya adalah debuff-spell tingkat tinggi — satunya adalah vocal dan diikuti oleh mantra, sementara yang lainnya berasal dari item sihir di tangan kananku dan tidak membutuhkan satupun mantra.

Abyssal Delusion adalah sebuah kutukan kuat yang memberikan Death Sentence, Weakness, dan Deterioration kepada penerimanya, membuat mereka membusuk dan menjadi mayat hidup-hidup. Dead Man's Bind adalah spell lain dengan tiga buah debuff — Binding, Curse, dan Lethargy. Jika digabungkan, mereka memberikan enam debuff yang kuat.

Kombinasi itu telah mengirim banyak musuhku menuju kematian. Setiap orang yang cukup malang untuk menerimanya benar-benar tidak akan bisa bergerak.

"Ghaah!"

Tapi dia tidak berhenti. Seolah-olah dia membalikkan semua efek dari kutukanku, dia menjadi lebih mengintimidasi dan mengayunkan halberd-nya — yang bersinar dengan Purifying Silverlight — secara horizontal ke arahku.

"Guh?!" aku berseru. Jika aku selangkah saja lebih dekat, serangannya akan membelah tubuhku.

Aku tidak boleh membiarkan itu terjadi. Menerima damage fatal dari-nya adalah sesuatu yang harus kuhindari dengan segala cara.

Aku adalah seorang Lich — seorang undead master of magic. Sebagian besar luka ku akan sembuh dengan sendirinya sesaat setelah mereka terjadi. Aku bisa saja kehilangan sebuah tangan atau mendapati tubuhku terbelah dua — damage seperti itu bukanlah hal yang mematikan bagiku.

Namun, dalam hal ini, penyembuhan itu sama sekali tidak akan bekerja. Faktanya, tangan yang baru saja dia potong telah berubah menjadi debu.

Itu sudah wajar. Bagaimanapun — dia sedang menggunakan Purifying Silverlight. Itu adalah sebuah cahaya yang hanya dapat digunakan oleh sebagian kecil Paladin dan Temple Knight — cahaya yang ditujukan untuk memusnahkan undead. Tidak peduli sehebat apa aku sebagai seorang Lich, Aku tidak bisa kembali sembuh setelah menerima serangan fatal dari senjata yang diselimuti oleh cahaya menjijikkan itu.

Rasa takut akan kematian menyelimutiku. Itu adalah perasaan yang sejak lama telah menjadi alien bagiku. Itu adalah perasaan yang tidak akan pernah lagi menyerangku setelah aku menjadi King of Corpses. Tapi disini dan saat ini, perasaan itu benar-benar menderaku. Perasaan itu benar-benar mengguncang keberadaanku.

"Awaken Undead!" Menggunakan Necromancy-ku, aku mengaktifkan monster undead yang telah kusimpan di dalam drum di ruangan ini.

Skeleton Soldier yang tak terhitung jumlahnya memenuhi panggilanku.

Namun, mereka tidak berarti banyak.

Tidak mungkin mereka bisa menang melawan aberasi ini, tapi itu tidak penting. Mereka hanya perlu memberikan waktu yang dapat kugunakan untuk kabur.

Saat para undead itu mulai menyerbu ke arahnya, aku berbalik dan meninggalkan laboratorium itu. Jika aku berada disana lebih lama lagi, aku tau bahwa tempat itu akan menjadi kuburanku.

Kemudian — saat nafasku menjadi berat — aku berlari menuju permukaan melalui lorong bawah tanah. Setelah kami para Lich berubah menjadi Undead, jantung dan paru-paru kami kehilangan fungsinya dan digantikan oleh sihir yang terkristalisasi. Oleh karena itu, kelelahan dan kehabisan nafas seharusnya adalah sesuatu yang tidak akan pernah kualami lagi. Akan tetapi, saat ini aku merasa seperti sedang tercekik.

"Kenapa seorang Master…?!" Melalui nafasku yang tersengal-sengal, aku menyuarakan ketakutanku. "Kenapa salah satu dari kekejian abadi itu… benar-benar marah?"

Perasaan takut ini adalah sesuatu yang tidak kuketahui. Rasa takut akan emosi makhluk itu. Teror yang kurasakan terhadap aberasi itu.

Teror — hanya itulah yang dapat kuungkapkan. Mendapati salah satu kekejian abadi itu mengarahkan niat membunuh murni dan kemarahan kepadaku bukan hanya sekedar ketakutan. Bagaimanapun, itu artinya bahwa seorang manusia yang abadi dan tidak dapat dihancurkan akan terus memburuku selamanya.

Aku harus meloloskan diri. Setiap tempat di dekat aberasi itu adalah kematian, jadi aku harus meninggalkan benteng ini dan lari ke tempat dimana dia tidak akan pernah bisa menemukanku.

Aku harus melakukannya — dan aku bisa melakukannya.

Meskipun aku adalah Lich, Agility-ku jauh lebih besar dari dirinya, jadi aku pasti dapat menjauhkan dari dirinya.

Mencapai permukaan akan berarti bertemu dengan Gouz. Lalu, aku hanya tinggal membuatnya bertarung melawan aberasi itu sementara aku melarikan diri.

"Aku bisa melakukannya…!" Membayangkan masa depan itu membuatku merasa lega.

Karena merupakan seorang horse-man, lorong bawah tanah itu dipenuhi oleh suara kaki kuda yang menginjak lantai.

Namun, suara itu segera membaur dengan suara lain.

"… Apa?" Aku berteriak.

Sumber suara itu mendekat dari belakang. Sebuah suara sistematis, namun memberikan dampak yang kasar di atas lantai — suara yang mirip dengan suara yang berasal dari bawah kakiku. Itu adalah suara kuda yang sedang berpacu.

"Gh…!"

Tidak dapat menahan ketegangan yang disebabkan oleh suara yang makin mendekat itu, aku melihat ke belakang.

Apa yang kulihat benar-benar berada di luar imajinasiku. Itu adalah seekor kuda mekanik berwarna perak, yang sedang berlari di sepanjang lorong bawah tanah. Dan di sampingnya terdapat sang aberasi.

Karena suatu alasan, dia tidak menunggangi kuda itu. Aberasi itu memegang tali kekang milik kuda perak itu menggunakan tangan kanannya, dan menyeret kakinya di atas lantai. Itu mengingatkanku dengan olahraga air yang ada di Granvaloa.

Di tangan kirinya, dia masih memegang halberd dengan sinar hitam yang muncul dari bagian belakang bilahnya berkibar seperti bendera

Kenapa dia tidak menggunakan skill Riding miliknya? Pikirku.

Cara dia mengendarainya seharusnya akan segera menghancurkan kakinya dan membuat mereka menjadi tidak berguna, kan? Tapi kenapa dia terlihat seperti tidak menerima damage sedikitpun?

Pemandangan aneh itu memunculkan beberapa pertanyaan di kepalaku, tapi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu bukanlah hal yang penting.

Hal terpenting saat ini adalah fakta bahwa dia masih mengejarku… dan kuda itu juga lebih cepat dariku, yang artinya dia akan segera menyusulku.

"AAAAUUUGHHHHH!"

Mengabaikan rasa malu dan reputasiku, aku berteriak dalam ketakutan sambil terus berlari secepat mungkin menuju permukaan.

"Awaken… AWAKEN UNDEAAAAD!" Tanpa melambat sedikitpun, aku mengaktifkan monster undead yang telah kukubur di dinding untuk keadaan darurat seperti ini.

Mereka disebut sebagai "High-End Skeleton Warrior." Aku telah membuat high-rank undead ini dengan menggunakan mayat dari para tian yang kuat. Mereka adalah sisa-sisa party yang telah aku dan Gouz tangani.

Enam High-End Skeleton Warrior berdiri diantara diriku dan dirinya. Meskipun telah berubah menjadi undead, mereka semua pernah menjadi pemegang high-rank job, jadi ada kesempatan bahwa…

"Menyingkir dari jalan kami!" dua buah suara — miliknya dan sebuah suara feminim lain — mengatakan hal itu di saat bersamaan. Sesaat kemudian, massa berwarna perak itu menerobos para Skeleton dan mengubah mereka semua menjadi abu.

Halberd yang ada di tangan kirinya dan kaki milik kuda buatan itu mengakhiri semua undead-ku dalam sekejap mata. Aku kemudian menyadari bahwa bukan hanya halberd, tetapi seluruh tubuh milik kuda itu bersinar dengan Silverlight.

"Aaagh?!"

Itu bukan kuda hidup — itu adalah sebuah equipment. Mengeluarkan Silverlight dan berpacu dengan kecepatan tinggi, kuda itu memusnahkan semua dan setiap undead yang menyentuhnya.

Tidak peduli apakah itu adalah high-rank undead atau bukan. Hal itu adalah kutukan bagi semua undead. Itu adalah sebuah peluru perak yang membawa akhir yang pasti.

"GGGHAAAHHHHH!"

Benar-benar putus asa, aku menggunakan waktu yang diberikan oleh para monster undead-ku untuk menaiki tangga menuju permukaan. Karena Master itu diseret oleh kuda, dia tidak dapat menaiki tangga dengan mudah. Seharusnya hal itu akan mempengaruhi kecepatannya.

Sesaat sebelum dia dapat mengejarku, aku berlari menaiki tangga dan meloloskan diri menuju permukaan.

"GOUZ! GOOUUUZ!" Aku berteriak sambil berlari di dalam benteng.

Setelah aku berlari di lorong lantai pertama dan dapat melihat pintu gerbang benteng, aku diselimuti oleh rasa lega. Itu karena aku melihat wajah Gouz.

Sesaat kemudian, rasa lega itu berubah menjadi keputusasaan.

Hal itu karena wajah Gouz… adalah satu-satunya hal yang ada disana.

Aku tidak dapat memahami apa yang terjadi, tetapi kepala Gouz yang terpenggal — membeku sepenuhnya — tertusuk di pintu gerbang.

Ke-Kemana perginya tubuh kekar miliknya? Tanyaku pada diriku sendiri. Aku tidak dapat melihatnya dimanapun. Apa yang dapat kulihat hanyalah daging beku, yang bertebaran di seluruh area luar pintu gerbang. Dua dari potongan daging itu — ditempatkan saling berdampingan — terlihat mirip dengan kaki Gouz.

Tepat disebelah mereka berdiri sebuah anomaly yang terlihat mirip seperti gereja antromorfis yang terbuat dari es — musuh dari jenisku jika sebelumnya aku pernah melihatnya.

"Pilihlah takdirmu, wahai pendosa," kata anomali itu. "Akhir mana yang engkau inginkan? Neraka, atau Hukuman Ilahi?"

Aku langsung memahami apa yang dia bicarakan.

Dia menyuruhku untuk memilih akhir diriku, apakah di tangan anomali es itu atau aberasi perak itu.

"Tidak!" teriakku. "Ini tidak mungkin terjadi!"

Aku tidak boleh mati disini! Aku sudah sampai sejauh ini! Dan sekarang, saat takhta King of Corpses sudah berada di dalam jangkauanku, Aku…

"Kenapa…?!" Aku kembali menyuarakan keputusasaanku. "Apa…?!"

Apa yang harus kulakukan untuk menghindari hal ini?!

"Baiklah," anomali itu kembali berbicara. "Hukuman ilahi kalau begitu."

Dia kemudian mengarahkan pedang es miliknya ke arah sesuatu yang ada di belakangku.

Aku berbalik dan melihat aberasi perak itu.

Aberasi itu telah menyusulku.

Sebuah suara yang dipenuhi ketakutan keluar dari mulutku. Aku tidak bisa lari atau bersembunyi lagi.

Pa-Pasti ada sesuatu yang dapat kulakukan! Pikirku. Bukankah aku memiliki sebuah item teleportasi? Tidak?! Aku pasti memiliki sesuatu! Aku…!

"Huh…?" Saat aku menggali kedalam inventory di dalam jubahku, jariku menyentuh sesuatu yang membuatku tercengang. Aku mengeluarkannya dengan perlahan. Itu adalah sebuah objek kristal berwarna hitam legam yang sama sekali tidak mengeluarkan cahaya — Crystal of Resentment.

"Tidak…" Aku berkata dengan putus asa. Aku menggenggam objek mirip batu obsidian itu di tanganku. Itu adalah sebuah item yang tanpanya aku tidak akan pernah bisa menjadi King of Corpses. Untuk membuatnya aku harus memimpin Gouz-Maise Gang dan menghabiskan waktu selama hampir satu tahun mengorbankan anak-anak dalam jumlah besar.

Namun, selain merupakan persyaratan untuk menjadi King of Corpses, kristal ini juga merupakan medium ultimate bagi sihir milik kelompok Necromancer. Menggunakannya disini memang menyakitkan, tapi…

"Jika aku mati… semuanya akan sia-sia!" teriakku.

Aku harus memilih antara mati dan menggunakan Crystal ini untuk bertahan hidup, jadi aku dengan senang hati memilih pilihan terakhir. Jika aku tidak melakukannya, waktu dan usaha yang telah kuhabiskan untuk tujuanku akan menjadi sia-sia. Aku hanya harus bertahan hidup dan melakukannya dari awal lagi di kota lain. Bagaimanapun — waktu, pekerjaan yang ingin kujalani dan pengorbanannya tidak akan ada habisnya.

Selama aku tetap hidup, Aku bisa mengulanginya sebanyak mungkin! Pikirku. Tentu saja — aku tidak boleh membiarkan diriku mati disini! Mati karena pertemuan yang kebetulan seperti ini adalah hal yang tidak dapat kuterima!

"DASAR MONSTER MENJIJIKKAN!" Aku meraung sambil mengisi Crystal of Resentment — harta karun terbesarku — dengan sihir dalam jumlah besar. "KALIAN PARA MONSTER TIDAK AKAN BISA MENGAKHIRI HIDUPKU!"

Setelah mengubah perasaan jahat di dalam kristal itu menjadi energi penghancur murni, aku melepaskan itu semua ke arah aberasi perak itu, aku juga sepenuhnya sadar bahwa hal itu bisa akan menghancurkan benteng ini. Bagaimanapun, itu adalah skill sihir serangan terkuat yang dapat dimiliki oleh setiap Lich.

"DEADLY MIXEEERRRR!"

Dengan ketakutan dan kemarahan besar yang menyelimutiku, aku melepaskan serangan terkuat yang pernah kulakukan. Itu cukup kuat untuk memusnahkan seekor Pure-Dragon dalam sekejap. Dia tidak mungkin bisa bertahan dari hal itu.

"Counter Absorption."

Namun…

"Ah…? Ugh…? Eahhh…?" kebingungan keluar dari mulutku dalam bentuk suara yang aneh. Sihir yang membuatku mendedikasikan seluruh keberadaanku berhasil ditahan oleh sebuah dinding cahaya yang dia ciptakan di depannya. "It-Itu tidak mungkin!"

Kejutan itu membuatku kehilangan pijakan dan jatuh ke atas tanah. Sesaat kemudian, aberasi perak itu sudah berada tepat di depanku.

"Ghah?! T-Tidak!"

Pada saat aku mencoba untuk berdiri dan melarikan diri dalam ketakutan, halberd-nya — masih memancarkan cahaya perak — menembus tubuhku dan membuatku tertancap di tanah.

"GYYAAAHH!"

Aku tidak dapat bergerak — karena halberd yang menembus tubuhku dan rasa sakit yang disebabkan oleh Silverlight — dan aberasi itu berdiri di depanku.

"Berhenti… melarikan diri," dia mendesis melalui nafasnya yang tersengal-sengal.

"T-Tunggu!" kataku. "Aku tidak akan lari! Kau menangkapku!"

Aku tidak bisa melarikan diri lagi saat ini, tapi aku masih tetap harus bertahan hidup, bahkan jika aku harus memohon ampun padanya.

"M-Mari buat kesepakatan!" kataku dengan panik. "U-Uang! Aku akan memberimu uang! Aku masih punya banyak! 70,000,000 lir, lebih tepatnya! Itu milikmu! Ambil itu semua, tapi tolong, ampuni aku!"

Aberasi itu tidak mengatakan apapun.

Ya! Pikirku. Dia bereaksi terhadap tawaranku! Aku tidak peduli jika aku harus memberinya seluruh koin-ku! Aku sudah mengorbankan Crystal of Resentment! Uang adalah harga yang murah untuk bertahan hidup!

"Hhaaahh…" Dia menghela nafas dan mengulurkan tangan kanannya ke arahku.

Bagus! Itu berhasil!

"Khah! Hahahah!" Aku tertawa. "T-Tunggu sebentar. Aku akan mengeluarkannya dari inventory-ku, jadi — "

"Nyawamu sudah cukup sebagai bayaran," katanya, memotong perkataanku.

"Eh?"

Saat kebingungan melandaku, telapak tangannya yang terbuka berbuah menjadi sebuah tinju, dan bracer yang dia pakai mulai memancarkan cahaya perak yang menyakitkan.

Aku mendengar tengkorakku retak dan hancur. Dan kemudian aku berakhir.