webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · Teenager
Zu wenig Bewertungen
8 Chs

Indigo Love Story Part 8 (End)

Author Pov

Sudah lama Ana tidak bekerja di perusahaan Kevin karena para pegawai disana mendadak baik kepada Ana. Penyebab lainnya juga di akibatkan karena Ana yang sedang mengandung anak dari salah satu CEO di Indonesia, siapa lagi kalau bukan Kevin. Kevin dan Ana sedang tertidur diatas kasur yang sama. Tiba-tiba Ana terbangun dari tidurnya, dia mengucek-ngucek kedua matanya dengan gelisah. Ana memandang sekeliling kamarnya, dia juga menatap Kevin yang sedang tertidur sangat pulas. Dengan pelan Ana mengoyangkan tubuh Kevin.

"Apa hoamm?" tanya Kevin dengan nada yang sangat mengantuk. "Vin, Aku ingin makan rujak" ucap Ana "yang pedas" tambahnya. Mata Kevin dengan perlahan terbuka "coba sebutkan sekali lagi, aku tidak salah dengar kan?" tanya Kevin sambil menatap kedua mata Ana. Ana menatap manja Kevin "aku ingin rujak pedas Vin, Ayo bangun dan belikan untukku" pinta Ana sambil merengek seperti anak kecil, bahkan kini Ana tidak segan-segan memukul tubuh Kevin.

"Eh eh.. jangan memukulku" ucap Kevin lalu mengubah posisinya jadi duduk. Dia menatap Ana dengan tatapan yang masih mengantuk "kau yakin ingin memakan rujak jam segini?" tanya Kevin saat melihat jam yang ternyata pukul '02.30' malam. Ana menganggukkan kepalanya "hum, aku ingin makan itu" ucap Ana. Kevin menghela nafasnya lalu beranjak dari tidurnya "akan aku carikan" ucap Kevin lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah tampannya. Setelah itu, dia mengambil jaket dan kunci mobilnya "semangat!" teriak Ana, Kevin terkekeh melihat sikap Ana yang kini cenderung seperti anak-anak yang ingin di belikan ice cream. Kevin keluar dari rumahnya lalu mencari rujak untuk Ana "memangnya jam segini masih ada yang jualan rujak apa?" dengus Kevin. Semenjak Kevin keluar dari rumah untuk mencari rujak. Ana membuka ipadnya lalu memainkan beberapa game disana, tepatnya game perang-perangan.

"Mati kau.. Mati kau..." teriak Ana saat memainkan game itu. Setelah lelah dengan game, Ana beranjak turun dari kasurnya lalu membasuh wajahnya. Dia memakai mukenanya dan shalat tahazud, Ana juga menyempatkan untuk mengaji. Hal yang tidak pernah ingin Ana lihat selama hamil adalah melihat hantu yang selalu bergentanyangan di rumahnya. Untungnya, para hantu mengerti dan pergi dari rumah itu.

Beralih kepada Kevin, Kevin masih berkeliling mencari tukang rujak "dimana sih?" tanyanya pada diri sendiri. Kevin menghentikan mobilnya didekat danau, dia menelpon orangtuanya.

Kevin : Halo Mah.

Ibu Kevin : hum, ada apa Kevin, malam-malam begini kamu telpon Mamah (menguap). Kevin memijit-mijit keningnya.

Kevin : Mah, aku mau tanya. Kalau tukang rujak jam segini masih ada gak?

Terdengar ibu Kevin tertawa disebrang.

Kevin : Ish.. Mah kenapa malah tertawa, bantuin Kevin mah.

Ibu Kevin : datang saja Ke rumah Vin, Mamah akan membuatkanmu rujak buat Ana.

Senyum terukir diwajah tampannya.

Kevin : makasih Mah.

Ibu Kevin : hum, iya.

Kevin segera memutuskan sambungan teleponnya. Dia mulai menjalankan mobilnya menuju ke rumah orangtuanya. Hanya satu jam, Kevin sudah berada di rumah lamanya itu "Assalamu'alaikum" ucap Kevin lalu masuk ke dalam rumah. Ibu Kevin langsung memberikan semangkuk besar pada Kevin "bawa ini dan langsung berikan" ucap Ibu Kevin. Kevin langsung memeluk ibunya "I Love You Mom" ucap Kevin lalu mengambil rujak itu. "Hati-hati di jalan ya" ucap ibunya sambil tersenyum, Kevin menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobilnya lagi dan dia melajukan mobilnya itu.

Beralih ke kegiatan Ana, Ana sekarang sedang menonton Video 'BTS – Stay Gold' sambil teriak-teriak kegirangan. "Oh.. Kim Taehyung kenapa kau sangat tampan!!" teriak Ana sambil mengelus kandungannya "ku harap anakku mirip denganmu" ucap Ana penuh harap. Seseorang masuk ke dalam rumah, Ana menoleh lalu menampilkan senyum manisnya pada orang itu. "Kau harus..." ucapan Kevin terhenti saat Ana sudah mengambil rujak itu dari tangannya. Ana langsung pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin terdiam sesaat sebelum menghembuskan nafas kesal "Aku di abaikannya" runtuknya. Kevin berjalan ke tempat dimana Ana berada, Ana sedang duduk di kursi meja makan sambil mengunyah rujak itu "kau jangan minta" ucap Ana dengan nada yang takut di minta. Kevin terkekeh "aku tidak akan mau, meskipun kau memberikannya secara gratis" ucap Kevin lalu duduk di hadapan Ana.

"Memangnya siapa yang mau memberikan ini secara gratis padamu?" ucap Ana yang mendadak jutek. Lagi dan lagi, Kevin menghela nafasnya 'jika saja dokter tidak bilang mood orang yang hamil akan berubah-rubah, mungkin sekarang aku akan menerkamnya' pikir Kevin. Kevin berdiri dari duduknya, dengan cepat Ana menggenggam tangannya. Kevin menoleh kearah Ana "apa?" ucapnya malas "temani aku, makan sendirian rasanya tidak enak" ucap Ana yang kembali seperti anak kecil. Kevin menghela nafasnya lalu duduk kembali ditempatnya. Dia memandang Ana, sesekali membenarkan rambut yang menghalanginya untuk makan.

"Makannya pelan-pelan, sayang" ucap Kevin, Ana mengangukkan kepalanya. Kevin mengambilkan air minum untuk Ana "Nih.. minum dulu" ucapnya, Ana mengambil gelas yang ada di tangan Kevin lalu meminumnya dalam sekali teguk. Kevin hanya bisa diam melihat itu "Vin" panggil Ana, Kevin berdehem tanda mendengar panggilan itu. Ana tiba-tiba menarik kerah baju Kevin, wajah mereka sangat dekat sekarang. Ana tersenyum lalu Cup, sentuhan lembut di bibir Kevin, seketika membuat tubuh Kevin benar-benar membeku "terimakasih" bisik Ana lalu pergi dari hadapan Kevin. Ana kembali ke kamarnya lalu kembali tidur.

Kevin menggaruk lehernya yang tidak gatal, senyum tercetak di bibirnya. Dia segera membereskan piring yang kotor ada di meja makan. Setelah selesai, Kevin kembali ke kamar. Dia menidurkan tubuhnya disamping Ana. Ana sudah tertidur, Kevin menatapnya. Sesekali menyingkirkan helaian rambut Ana "ku harap selama hamil, permintaanmu jangan yang aneh-aneh seperti tadi" ucap Kevin sembali mengusap pipi Ana pelan. Kevin memeluk istrinya, dia mencoba untuk tidur. Baru saja menutup mata, suara adzan shubuh terdengar. Kevin menghela nafas pasrah "padahal aku mengantuk sekali" dengusnya. Kevin bangun dari tidurnya lalu mengambil air wudhu dan pergi ke masjid untuk shalat berjamaah bersama tetangga-tetangganya. Ana terbangun, dia langsung shalat. Setelah shalat Ana memasak untuk sang suami. Kevin pulang setelah masakan Ana tertata dengan rapi diatas meja "makan dulu, terus mandi dan berangkat kerja" ucap Ana. Kevin menganggukkan kepalanya lemas. Dia langsung makan dengan lahap, Ana pergi ke kamar lalu menyiapkan pakaian kerja Kevin. Kevin menatap Ana yang baru saja duduk di hadapannya 'dia selalu berubah jika sudah pagi, dia kembali ke mode dewasanya' pikir Kevin. "Kau tidak makan, kenapa menatapku?" tanya Ana, Kevin menggelengkan kepalanya lalu kembali makan.

"Kevin" panggil Ana, Kevin menatapnya "pulang kau harus bawa makanan khas jepang ya, aku ingin memakan sushi" ucap Ana. Kevin terbatuk mendengar itu "kau tidak salah? Kau kan tidak suka makanan mentah" ucap Kevin, Ana mengerucutkan bibirnya. "Yasudah kalau tidak mau beli. Aku tidak mau melihatmu kalau begitu" ucap Ana lalu pergi dari hadapan Kevin, Ana menghentak-hentakkan kakinya, dia terlihat seperti anak kecil yang sedang marah. "Kalau sudah begini, apa boleh buat, aku harus membelikannya" ucap Kevin sambil menghembuskan nafasnya pelan. Kevin melanjutkan makannya. Kevin cukup menikmati makanannya karena masakan isterinya sangat enak.

"Kau tidak mau makan? Jika kau tidak sarapan. Maka aku tidak akan menciummu pagi ini!" teriak Kevin.

"SIAPA JUGA YANG MAU DI CIUM OLEHMU!!!" teriak Ana dari dalam kamarnya. "Haha.. aku ditolak" dengus Kevin lalu memakan daging ayamnya. "Kalau begitu, aku tidak akan membelikanmu makanan khas jepang itu" ucap Kevin, Kevin hanya ingin istrinya itu sarapan.

"KALAU BEGITU KAU JANGAN PULANG KE RUMAH SAJA SEKALIAN!!" teriak Ana dari dalam kamarnya. Kevin menghembuskan nafasnya pasrah. Dia berdiri dari duduknya lalu berjalan ke kamarnya. Dia mengetuk pintunya pelan "ayolah sayang, kau harus sarapan dulu. Nanti bayi kita kelaparan" ucap Kevin dengan nada yang terdengar memohon. "Tapi janji, kau harus membelikanku sushi" ucap Ana yang terdengar merengek "apapun yang kau mau, aku akan memberikannya" ucap Kevin mencoba merayu sang isteri. Ana membuka pelan pintu kamarnya, Kevin menatapnya "apapun?" tanyanya, Kevin menganggukkan kepalanya "apapun yang kau mau" ucap Kevin. Senyum senang tercetak jelas di wajah Ana "aku akan makan kalau begitu" ucapnya. Kevin tersenyum mendengar itu 'mengapa isteri hamil itu banyak maunya?' pikir Kevin. Bahkan tanpa Ana minta pun, Kevin akan dengan senang hati memberikan apapun yang Ana minta. Asalkan permintaannya yang masih bisa ia jangkau.

Ana memeluk suaminya itu "aku sayang padamu" ucap Ana dengan nada yang terdengar lucu di telinga Kevin "cium aku kalau begitu" ucap Kevin. Chu.. Ana mencium Kevin, Kevin terdiam. Ana melepaskan pelukannya lalu pergi ke dapur untuk makan. 'Dia meninggalkanku lagi' keluh Kevin. Kevin mengekor istrinya menuju dapur. Ana duduk di hadapan Kevin, dia mengambil piringnya lalu berdiri "kau mau kemana?" tanya Kevin. "kenapa tidak makan disini?" tanyanya lagi. Ana berjalan kearahnya lalu duduk di paha Kevin "aku ingin duduk disini"

"Dipahamu" tambahnya, Ana lalu menyimpan piringnya di meja. Kevin tercengang mendengar ucapan Ana 'Ibu hamil memang luar biasa' pikirnya. Kevin memeluk pinggang istrinya agar tidak jatuh "aku berat tidak?" tanya Ana, Kevin menggeleng "tidak" jawab Kevin singkat. Kevin kembali makan, sesekali dia menyuapi Ana. "Nanti kalau aku gendut bagaimana?" tanya Ana disela makannya. Kevin menghembuskan nafasnya pelan "aku akan tetap menyukaimu, sayang" ucap Kevin malas. "Aku ingin diet" sahut Ana. Kevin kembali menghembuskan nafasnya "sayang, kau tidak perlu diet, karena itu akan menyiksa bayi kita di dalam" ucap Kevin resah. Ana menoleh lalu menatap Kevin "kau tidak mencintaiku?" ucapnya. Sumpah. Sekarang Kevin sudah di ujung kesabarannya "Aku mencintaimu"

"Buktikan!" ucapnya yang masih merengek "aku harus membuktikannya seperti apa, kau kan tidak mau ku cium" ucap Kevin. "Berikan aku uang, aku ingin belanja" ucap Ana simple. Kevin menggeretakkan giginya 'mengapa hari ini, Ana begitu menyebalkan' pikirnya. "Aku akan memberikannya padamu, sayang" jawab Kevin. Ana berdiri dari duduknya "makanku sudah selesai" ucapnya. Kevin menganggukkan kepalanya "kau masih lama tidak makannya?" tanyanya. "Sebentar lagi" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya. Kevin kembali melanjutkan makannya, Ana menatap wajah Kevin "kau tampan" ucap Ana sembari tersenyum. Mendengar itu Kevin tersedak "uhuk.." dengan segera Ana memberikan minum padanya "kalau makan pelan-pelan" ucap Ana.

Kevin menatap Ana "kenapa kau selalu mengejutkanku dengan kata-katamu itu?" tanya Kevin, Ana menggelengkan kepalanya "aku tidak tau, itu keluar dari mulutku begitu saja" ucap Ana dengan tampang tanpa dosa. "Aku sudah selesai makan" ucap Kevin, Ana berdiri lalu membereskan piring-piring diatas meja makan dan membawanya ke tempat pencucian piring. Kevin berdiri dan ikut merapihkan piring-piring kotor itu. Kevin mencuci tangan dan mulutnya. "Bisa kau bantu aku memakai celemek, tanganku masih kotor" ucap Ana. Kevin menganggukkan kepalanya lalu memakaikan celemek itu pada tubuh isterinya. Saat memasangkan tali, Kevin sengaja berdiri di depan Ana, agar dia bisa memeluk tubuh istrinya itu.

"Cepetlah, punggungku pegal" sahut Ana, Kevin mendengus mendengar itu. Dia segera melepaskan pelukannya dari Ana "mandi!" suruh Ana, Kevin menganggukkan kepalanya.

Selama Kevin mandi, Ana menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu. Mencuci piring, menyapu lantai, membersihkan debu. Setelah itu selesai, dia masuk ke dalam kamarnya. Kevin sedang memakai pakaiannya. Tapi, Ana tidak peduli dan masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobil. "Kau tidak takut padaku?" tanya Kevin. "untuk apa aku takut, toh kau suamiku" ucap Ana lalu pergi meninggalkan Kevin di dalam kamar sendirian. "Kenapa hanya aku yang takut padanya?" keluh Kevin. Kevin segera memakai kemeja yang tadi Ana siapkan di atas kasur. Ana kembali ke kamar mereka, Kevin terdiam saat Ana mulai memperhatikannya "apa?" tanya Kevin cepat. Ana berjalan kearah Kevin, Kevin masih di posisi sama "apa?" tanyanya lagi. "Aku hanya ingin mengancingkan pakaianmu, apakah tidak boleh?" tanyanya. Kevin menghembuskan nafasnya.

"Ku kira ada apa?" ucap Kevin. Ana mengancingkan pakaian Kevin dengan rapi. Sedangkan Kevin, dia hanya memperhatikan wajah istrinya yang serius mengancingkan pakaiannya. "Kau itu kadang dewasa, manja dan seperti anak kecil" ucap Kevin, Ana menatap Kevin. "Terus?" tanya Ana yang terdengar seperti menuntut lebih pada suaminya itu. Kevin memeluk pinggang Ana "kau cantik dan aku bahagia karena membangun rumah tangga bersamamu" ucap Kevin serius.

"Benarkah, terus kenapa kau masih berhubungan dengan klien wanita yang waktu itu ku siram dengan air?" tanya Ana, Kevin menghela nafasnya "dia hanya klien dan bukan siapa-siapa di kehidupan pribadiku. Jadi berhentilah untuk cemburu padanya" ucap Kevin malas. Ana mengerucutkan bibirnya. "Ah.. aku tau, kau sedang membelanya kan?" tanya Ana. Kevin menggaruk kepalanya dengan kasar, dia melepaskan kancing kemeja yang Ana kancingkan. Dia juga melepaskan celana hitamnya "hoho kau mau apa?" tanya Ana yang merasa kikuk saat melihat suaminya hanya tinggal memakai boxer. Smirk muncul di bibir Kevin "kau pikir, jika aku sudah begini. Aku akan melakukan apa padamu?" tanyanya. Ana menelan air ludahnya sendiri, Kevin terus melangkah maju padanya. Ana berjalan mundur untuk menjahui suaminya itu. Tapi.. Brukk... Ana jatuh diatas kasur 'astaga... kenapa aku malah berbaring diatas kasur?' pikir Ana.

"Kevin, aku akan marah jika kau terus mendekat kearahku" ancam Ana, Kevin tidak mendengarkannya "aku sedang hamil dan itu akan mengganggu kanduanganku" ucap Ana. Kevin mulai membelai pipi Ana pelan "kita hanya melakukannya sekali saat itu, tidak bisakah kita melakukannya saat kau mulai cemburu lagi padaku?" tanyanya. Ana kembali menelan air ludahnya "kau harus bekerja pagi ini" ucap Ana, Kevin berdiri tegak. Dia mengunci pintunya dan menyimpan kuncinya ditempat yang tidak akan terjangkau oleh Ana. Ana mendudukkan tubuhnya "hey, kenapa kau menyimpan kuncinya di atas, aku tidak akan bisa..."

"Keluar" ucap Kevin cepat. Kevin menghubungi sekertarisnya "hari ini, aku ambil cuti. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama istriku hari ini" ucap Kevin sambil menatap Ana. Ana memalingkan wajahnya dari Kevin. "Hum ku tutup teleponnya, istriku hari ini sangat rewel padaku" ucapnya lagi, Ana semakin memalingkan wajahnya dari Kevin.

"Vin~" panggil Ana. Kevin masih di posisi sama, dia menutup teleponnya "Apa?" tanyanya. Ana menatapnya "kau yakin ingin melakukan itu?"

Kevin menganggukkan kepalanya.

"Tanyakan dulu pada dokter, apakah itu baik bagi kesehatan anakku. Jika iya, maka aku mau. Tapi jika tidak, aku tidak mau!" ucap Ana. Kevin mengambil ponselnya lalu menelpon dokter pribadi mereka. Setelah tersambung, Kevin menekan tombol loudspeaker "dengarkan!" ucap Kevin. Ana menganggukkan kepalanya.

"Halo Pak Kevin, ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter perempuan, Rina.

"Halo, Dok. Saya ingin konsultasi" ucap Kevin.

"Konsultasi soal apa ya Pak?"

"Istriku sedang hamil dan usia kandungannya baru satu bulan"

"Iya"

"Bisakah kami melakukan hubungan intim?" tanya Kevin, dia menatap Ana. Ana masih setia mendengarkan ucapan Dokter itu.

"Bisa Pak, asalkan jangan terlalu sering. Karena itu akan membahayakan rahim dari istri bapak. Terlebih usia ibu Ana sangat matang untuk mengandung" ucap dokter Rina. Senyum manis Kevin keluar begitu saja, wajah Ana masih datar tanpa ekspresi. "Oh.. kalau begitu terimakasih, Bu" ucap Kevin.

"Iya, sama-sama Pak" ucap dokter Rina. Kevin memutuskan sambungan telepon, dia menyimpan teleponnya di meja rias Ana.

"Kau dengarkan apa kata dokter?"

"Aku malu" ucap Ana pelan. "Malu karena apa?"

"Kita seperti melakukan hubungan itu dan anak kita tau" ucap Ana polos. Kevin tertawa sangat keras mendegar itu "sayang, dia masih berusia satu bulan dan belum berbentuk" ucap Kevin. Ana menatap Kevin "benarkah?" tanya Ana, Kevin menganggukkan kepalanya. "Mau ya?" pinta Kevin, Kevin memeluk tubuh Ana. Ana terkekeh melihat sikap Kevin yang mendadak seperti anak kecil. Dengan pelan Ana membalas pelukan Kevin lalu menganggukkan kepalanya.

***

Ana dan Kevin tertidur pagi itu, selimut menyembunyikan tubuh mereka yang tidak memakai apa-apa. Kevin tidak pernah melepaskan tangannya untuk memeluk istrinya, Ana hanya tertidur dalam pelukan Kevin. Mereka sangat pulas, mungkin karena semalam mereka kurang tidur.

Kevin bangun lebih awal karena mendengar adzan dzuhur. Mereka sudah tertidur selama empat jam lebih, Kevin memandang wajah istrinya yang masih tertidur pulas. "Aku tau, semalam kau kurang tidur karena merasa tidak nyaman kan?" tanya Kevin pelan. Kevin mulai meraba pipi halus istrinya itu "jangan cemburu dengan seseorang yang bahkan aku tidak ingin melihatnya"

"Itu benar-benar menyakiti perasaanku. Karena seolah-olah kau tidak percaya padaku" ucap Kevin sendu. Kevin mencium kening Ana lalu bangun dari tidurnya. Kevin mandi lalu shalat dzuhur duluan. Dia pergi dari rumah untuk membeli makanan yang Ana pesan tadi. Yaitu, makanan khas jepang 'sushi'.

Ana terbangun dari tidurnya, dia meraba sebelah kasurnya sudah kosong. Ana melihat jam dinding yang terpasang di kamarnya. Jam 12.32 pm, dia mengucek kedua matanya sambil menguap. Dia mengubah posisinya menjadi duduk lalu berdiri sembari menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya. Dia berjalan kearah handuk dan mengambilnya. Handuknya langsung Ana pakai, dia berjalan ke kamar mandi lalu mandi wajib.

Setelah selesai, Ana segera shalat dan mengaji.

Ana membereskan kamarnya yang terlihat acak-acakkan. Membereskan pakaian yang berserakan dilantai, membereskan kasur yang kusut. Setelah rapi, Ana menidurkan tubuhnya lagi di atas kasur "aduh padahal ini bukan pertama kalinya, kenapa rasanya sakit sekali" ucap Ana. Terdengar bunyi mobil yang berhenti di depan rumah. Dengan perlahan Ana bangun dari tidurnya dan melihat siapa yang datang ke rumahnya. Matanya membulat saat melihat wanita yang pernah ia siram di kantor.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Ana sinis. Wanita itu terkekeh "oh jadi benar kau istrinya, ku kira kau hanya pembantunya" ucapnya, emosi Ana kali ini tidak bisa tertahan. Dia menjambak rambut wanita itu "MAU APA KAU KESINI HAH??" teriak Ana "DASAR PENGGODA SUAMI ORANG!!" teriak Ana.

Sebuah mobil datang ke dalam pekarangan rumah Ana. Matanya membulat saat melihat Ana yang berkelahi dengan kliennya itu 'aish kenapa dia datang kerumah?' pikir Kevin. Kevin segera berlari dan melepaskan tangan Ana dari rambut kliennya itu. "Maafkan istriku" ucap Kevin.

"Iya tidak apa-apa kok, pak" ucap klien itu ramah.

"Lepaskan aku! Aku harus membuatnya botak" ucap Ana kesal.

"Kenapa kau se-emosi ini hah?" tanya Kevin.

"Dia bilang aku pembantumu" ucap Ana kesal. "Ana diamlah, kau sedang mengan.." ucapan Kevin terhenti saat Ana merintih kesakitan di bagian selangkangannya "Aw.." rintihnya. "Kau baik-baik saja?" tanya Kevin yang panik. Kevin segera memangku tubuh Ana lalu membawanya ke dalam rumah.

"Kau masuk lah" ucap Kevin kepada kliennya. Kliennya menganggukkan kepalanya. "Sakit, Vin" ucap Ana dengan manja, Kevin mengelus punggungnya pelan "tidak apa, sakitnya hanya sebentar kok, sayang" ucap Kevin, Ana memeluk leher Kevin lalu mengintip klien itu lewat bahu Kevin. Ana menjulurkan lidahnya kepada klien itu dan Ana mengisyaratkan ucapannya lewat tatapannya 'kau tidak akan pernah di manja oleh Kevin sepertiku'.

Wajah klien itu sangat kesal karena mengerti arti tatapan yang di berikan Ana kepadanya. Kevin membawa Ana ke dalam kamarnya lalu menidurkan tubuhnya diatas kasur. "Kau itu bagaimana sih, katanya sakit tapi berkelahi" ucap Kevin. "Habisnya aku kesal karena dia selalu ada di hadapanku dan selalu mengganggumu" ucap Ana. Kevin mengelus kepala Ana pelan "kata orang, kalau orang hamil sedang benci sama seseorang. Katanya, anaknya nanti mirip orang yang kamu benci" ucap Kevin. Ana membelalakkan matanya "yang benar?" tanya Ana, Kevin menganggukkan kepalanya "hum"

Dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya "aku tidak ingin anakku memiliki wajah yang sama dengannya" ucap Ana kesal, Kevin mengusap kepala Ana dengan penuh sayang. "Terus kau ingin anak itu mirip siapa?" tanya Kevin. "Mirip akulah dan mirip Kim Taehyung atau mirip Yoona SNSD"

Mendengar itu, Kevin menekukkan wajahnya "bagaimana denganku?" tanya Kevin yang sedikit kesal pada istrinya itu. Ana memeluk leher Kevin "aku tidak ingin ada seseorang yang mirip denganmu, meskipun anakku. Karena apa?"

"Karena wajahmu hanya satu-satunya untukku" ucap Ana dengan disertai senyuman manisnya. Kevin terkekeh lalu mencubit hidung Ana "cih... kau belajar menggombal dari siapa?"

"Darimu" ucap Ana lalu menidurkan tubuhnya diatas kasur. Kevin mendengus "mana sushi pesananku? Aku lapar" seru Ana. "Di mobil, aku akan mengambilnya dulu" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya. Kevin berdiri dengan cepat Ana menahan tangannya.

"Apa?" tanya Kevin.

"Usir wanita itu, aku tidak mau kau berduaan dengannya di ruang tamu" ucap Ana, Kevin menghembuskan nafasnya "iya iya" ucap Kevin. Ana tersenyum sangat manis lalu mencium pipi suaminya "cepat ambil sushi itu, aku sudah sangat lapar" ucap Ana, Kevin memutar bola matanya kesal.

"Iya sayang~" ucapnya lalu pergi dari kamar mereka. Kevin keluar dari kamar Ana, dia berjalan menuruni anak tangga. Seseorang tersenyum saat melihatnya "kau duduk dulu ya, aku harus mengambil barang dulu di dalam mobil" ucap Kevin, wanita itu tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kevin keluar dari rumah lalu berjalan kearah mobilnya. Dia mengambil sushi lalu kembali ke dalam rumah. "ANA MAU MAKAN DI KAMAR ATAU DI DAPUR?" teriak Kevin sembari menatap pintu kamar dari bawah. Klien wanita itu hanya menatap punggung Kevin sembari tersenyum manis. Pintu kamar terbuka, Ana sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur "aku akan makan di dapur" ucapnya, Kevin tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kevin berjalan ke dapur lalu menyimpan sushi diatas meja. Ana turun ke lantai bawah, tatapan sinis ia tunjukan kearah wanita itu. Wanita itu membalas tatapan Ana. Ana mendelik lalu berjalan ke dapur. Kevin mempersilahkannya untuk segera makan "makan dengan lahap tapi jangan terlalu cepat. Ah.. aku akan ke ruang tamu" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya.

Ana segera memakan sushi itu dengan lahap. Dia beberapa kali melihat kearah ruang tamu "dia mau apa coba ke rumahku, cari mati mungkin!" ucap Ana sembari menusuk ikan tuna dengan garpu. Lalu memasukannya ke dalam mulutnya. Ana kembali menatap ruang tamu yang tidak jauh dari dapur. Dia bisa mendengar samar-samar suara tertawa wanita itu "sebenarnya siapa sih dia?" ucap Ana sembari memakan ikan ke dalam mulutnya lagi.

"Maaf tadi istriku tidak bermaksud seperti itu" ucap Kevin dengan nada yang menyesal. "Tidak apa kok Vin, aku tau istrimu kan sedang mengandung" ucap klien itu. Kevin menganggukkan kepalanya "bagaimana kabar ibumu, ku dengar dia baru keluar dari rumah sakit" tanya Kevin, Wanita itu tersenyum "keadaannya sudah membaik kok, Vin. Eh.. kapan kamu mau main ke rumah lagi?" tanyanya. Ana menguping pembicaraan antara Kevin dan wanita itu.

"Entahlah.. aku tidak mau membuat ibumu salah sangka lagi" ucap Kevin. 'Salah sangka, maksudnya?' pikir Ana, Ana semakin mempertajam pendengarannya. "Salah sangka apa maksudnya?" tanya wanita itu. Kevin menggaruk belakang kepalanya "aku takut ibumu menyangka aku pacarmu lagi. Dulu saja, dia memperlakukanku sangat special" ucap Kevin.

Deg!

Hati Ana berdenyut sakit mendengar itu. Tapi, dengan sekuat hati Ana masih bertahan untuk mendengar percakapan diantara mereka. "Hahaha ibuku bahkan sampai menganggapmu sampai segitunya?" tanya wanita itu, Kevin ikut tertawa pelan sembari menganggukkan kepalanya.

'A.. Ah.. jadi dia sudah pernah ke rumah wanita itu. Pantas saja wanita itu sangat tidak sopan padaku!' batin Ana. Ana berjalan lesu ke kamarnya, dia mengunci diri di dalam kamarnya. Ana menangis. Entah karena apa, yang pasti hatinya sangat sakit. "Dasar suami tidak tau diri!" pekik Ana kesal, Ana melemparkan bantal ke segala arah. Salah satunya mengenai pas bunga dan..

PRANKK... Pas bunga itu pecah, air mata terus membasahi wajah Ana. Dia teramat sangat kesal. Kevin yang sedang mengobrol dengan wanita itu terhenti karena mendengar suara pas bunga pecah. "Uhm aku mau memeriksa sesuatu dulu, Nisa. Tidak apa kan jika aku tinggal?" tanya Kevin, wanita yang bernama Nisa itu menganggukkan kepalanya. Kevin berlari kecil kearah kamarnya. Saat dia akan membuka pintu, pintunya terkunci "Ana, kau baik-baik saja?" tanya Kevin sembari mengetuk-ngetuk pintu.Ana masih menangis sembari memeluk kedua lututnya diatas kasur.

"Ana, jawab aku!" ucap Kevin.

"Buka pintunya!"

Ana semakin merekatkan pelukannya. "ANA, JAWAB AKU! KAU BAIK-BAIK SAJA??" teriak Kevin. Kevin berlari ke ruang kerjanya untuk mengambil kunci cadangan. Ana menidurkan tubuhnya, dia menutup wajahnya menggunakan bantalnya, ia masih menangis 'Kevin Jahat!' itulah ucapnya dalam hati. Pintu perlahan terbuka, Kevin segera berlari kearah Ana. Kevin menggoyangkan tubuh Ana "kau baik-baik saja, kenapa kau menutup kepalamu menggunakan bantal?" tanya Kevin. Kevin akan mengangkat bantal itu dari wajah Ana. Tapi dengan sigap Ana menahannya "pergi!" teriak Ana di balik bantalnya.

"Kau kenapa?" tanya Kevin yang masih khawatir.

"Pergi!" ucap Ana ulang.

"Aku tidak mau melihat wajahmu!" tambahnya, Kevin terdiam. "Kau mulai lagi, jelaskan kenapa kau tidak mau melihatku?" tanya Kevin. "Pergi sana dan jangan kembali lagi! Karena kau mengkhianatiku!!" teriak Ana sembari menendang-nendang kakinya keatas. Kevin terdiam "aku mengkhianatimu, kapan?" tanya Kevin penasaran. Ana membuka bantalnya lalu menatap Kevin yang sedang menatapnya khawatir "karena kau pergi dengan wanita lain dan juga, kau bahkan dianggap pacarnya oleh ibunya hiks..." air mata terus mengalir dari matanya.

"Kenapa kau tidak jelaskan bahwa kau sudah punya istri hah!" teriak Ana kesal.

"Kau bahkan tidak seperti itu dulu saat mengobrol dengan ibuku hiks.. Kau juga tidak pernah bilang main ke rumah wanita lain. Kenapa kau sepeduli itu pada wanita lain? Kau berjanji padaku tidak akan berhubungan dengan wanita lain. Kau berbohong padaku! Apa kau juga berbohong saat kau bilang di klienmu!"

"TIDAK!" bentak Kevin.

"Hiks..." Ana terus menangis tersedu-sedu. Kevin menatapnya dengan tatapan bersalah pada Ana "maafkan aku" ucap Kevin, Ana memukul tangannya Kevin yang akan mengusap air mata Ana.

"Jauhi aku!"

"Aku ingin sendiri" pinta Ana, Ana membelakangi tubuh Kevin. Bahu Ana terus bergetar dan dia menangis tak henti-henti. Kevin mengirimkan pesan kepada kliennya itu.

Kevin : pulanglah, istriku kembali mengamuk. Maaf tidak mengantarmu sampai depan.

Nisa : Hum iya, salam pada istrimu ya.

Kevin menyimpan ponselnya di meja samping tempat tidur. Dia menidurkan tubuhnya menghadap punggung Ana, perlahan Kevin memeluk istrinya "lepaskan aku!" teriak Ana. Kevin tidak menurut, dia terus merekatkan pelukannya "Vin, kau dengar aku kan. Lepaskan aku!" pinta Ana yang masih tersedu-sedu.

"Dia bernama Nisa, teman satu kuliahku dulu. Waktu itu, aku tidak sengaja bertemu dengan ibunya di tengah jalan. Dia terbatuk dan mengeluarkan darah. Karena kaget, aku langsung mengantarnya pulang. Dan itu sebabnya aku ke rumah Nisa"

Ana terdiam.

"Ibu Nisa mengenalkan Nisa padaku. Waktu itu, aku tidak tau kalau Nisa ternyata anak beliau. Jadi, waktu aku bertemu dengannya aku langsung ngobrol. Eh ibunya malah salah tanggapan bahwa aku pacarnya Nisa. Aku mau menyangkalnya tapi ibunya ke buru batuk lagi dan mengeluarkan darah. Aku tidak tega jadi aku diam karena beliau ingin Nisa mengenalkan pacarnya"

"Maaf, jika aku tidak melakukan hal yang sama saat ibumu menganggapku pacarmu. Kau kan dulu pernah bilang kalau ibumu tidak suka kalau kau pacaran. Makanya Aku menyangkalnya" Kevin semakin merekatkan pelukannya "kau tau, aku paling tidak suka jika kau berprasangka buruk terhadapku hanya gara-gara dia. Hatiku juga terluka karena kau seperti tidak percaya padaku" ucap Kevin sendu. Ana perlahan membalikkan tubuhnya menghadap kearah Kevin "Maafkan aku" ucap Ana pelan.

Chu. Kevin mencium sekilas bibir Ana "jangan diulangi lagi, kau membuatku takut tadi" ucap Kevin, Ana menundukkan kepalanya. "Maaf, kau tau kan jika aku sudah cemburu seperti apa" ucap Ana, Kevin mencubit hidung Ana "aku tau, makanya aku langsung menjelaskannya padamu" ucap Kevin, Kevin memeluk Ana dan Ana membalas pelukannya. "Aw aw" rintih Ana, Kevin melonggarkan pelukannya "kau kenapa?" tanya Kevin.

"Selangkanganku sakit lagi" ucap Ana, rona merah menghiasi pipi Ana. Kevin tersenyum lalu mengacak rambut Ana pelan.

"Kau menggemaskan" ucap Kevin.

Ana dan Kevin bangun dari acara tiduran di atas kasur "aku ingin sesuatu" ucap Ana, Kevin menatapnya "kau ingin apa?" tanyanya, Ana balas menatapnya "aku ingin pergi ke rumah hantu, Vin" ucap Ana. Mata Kevin terbelalak "tidak-tidak, kau tidak boleh pergi ke rumah hantu" ucap Kevin. Ana menekukkan wajahnya "aku ingin kesana, pokoknya aku harus kesana!" ucap Ana, Ana mulai merangkul tangan Kevin "kesana ya Vin, Ayolah" ucap Ana dengan nada yang imut. Kevin masih menggelengkan kepalanya "ayolah!" ucap Ana yang kini memukul tangan Kevin dengan brutal.

"Hey hey kenapa kau jadi memukuliku?" ucap Kevin "habisnya kau tidak memberiku izin untuk ke rumah hantu sih"

"Kenapa kau ingin pergi ke rumah hantu padahal kau tau hantu itu seperti apa" ucap Kevin, Ana mengerucutkan bibirnya "hantu bohongan lebih menegangkan ketimbang hantu asli" ucap Ana. Kevin menghela nafasnya "mau ya Vin?" ucap Ana yang mulai kembali seperti anak-anak.

"Mau atau kau tidak boleh tidur di kasur yang sama denganku malam ini!" ancam Ana. Kevin menghela nafasnya "baiklah, cepat ganti bajumu" ucap Kevin.

"Yeay!!" teriak Ana senang, Ana mencium pipi Kevin lalu memilih baju mana yang akan dia kenakan. Kevin menidurkan tubuhnya diatas kasur sembari menatap Ana yang memilah-milih pakaian "pakai apa saja kau cantik" ucap Kevin, Ana mengabaikannya dan sibuk memilih baju.

"Vin, aku tidak punya baju" ucap Ana, Kevin menatapnya tidak percaya "tidak punya baju bagaimana, lihat bajumu saja sudah dua lemari" ucap Kevin. Ana mengerucutkan bibirnya "itu baju bekas" ucap Ana. Kevin menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Kevin meraih tangan Ana lalu menariknya. Ana mengikutinya dalam diam, Kevin membuka pintu mobil dan menyuruh Ana untuk masuk. Ana menurut dan masuk ke dalam mobil, Kevin juga melakukan hal yang sama, dia duduk di kursi mengemudi. Kevin menyalakan mobilnya lalu pergi meninggalkan rumahnya.

Selama di perjalanan Ana terus diam hingga tertidur. Kevin melihatnya sekilas "kenapa sangat sulit sekali menjaga ibu hamil?" tanya Kevin kepada dirinya sendiri. Kevin memarkirkan mobilnya di tempat parkir, dia mematikan mobilnya lalu membangunkan Ana.

"Ana bangun, kita sudah sampai" ucap Kevin, perlahan mata Ana terbuka. Kevin orang pertama yang ia lihat, Ana mengucek kedua matanya pelan "oh sudah sampai" ucap Ana. Baru saja Ana akan keluar, dia menatap Kevin "aku tidak mau keluar" ucap Ana, Kevin menggaruk kepalanya "kenapa?" tanyanya. Ana menunjuk pakaiannya "aku pakai baju tidur, bodoh!" ucap Ana kesal, Ana menjitak kepala Kevin.

"Eh iya aku lupa, kalau begitu tunggu dulu disini" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya. Kevin keluar sembari keliling toko yang ada di pinggir jalan. Kevin membeli pakaian dress kotak-kotak.

"Mbak, saya beli ini" ucap Kevin. Mbak itu menganggukkan kepalanya. Kevin berlari ke mobil dan memberikan satu kerisik yang isinya baju.

"Pakai ini" ucap Kevin. Ana menganggukkan kepalanya lalu membukan pakaiannya dalam mobil. Kevin sempat ternganga liat istrinya yang tidak malu berganti dihadapan Kevin.

"Kau tidak malu?" tanya Kevin. Ana memasukan baju itu ke dalam tubuhnya "untuk apa akau malu, aku kan hanya mengganti pakaianku di depanmu" ucap Ana, pipi Kevin mulai memanas. "Ah yasudahlah. Asalkan jangan di depan orang lain saja" ucap Kevin, Ana sudah mengenakan pakaian itu.

"Ayo kita jalan-jalan" ucap Ana, Kevin menganggukkan kepalanya lalu keluar bersama istrinya ditaman bermain itu. Ana langsung berlari-lari kecil mengitari jalan taman dekat dengan danau. "Hey, jangan lari-lari" peringat Kevin. Ana berhenti lalu memberikan ponselnya kepada Kevin "apa?" tanya Kevin sembari mengambil ponsel Ana. "Foto aku" pinta Ana, Kevin terkekeh lalu memotret Ana yang sudah berpose. "Satu, dua, tiga.." ucap Kevin lalu menekan tombol potret di layar ponsel Ana. "Aku ingin lihat" ucap Ana, Kevin menunjukkan fotonya.

(Ilustrasi pakai Ju Jingyi)

"Woah.. aku cantik" seru Ana senang. Kevin tersenyum lalu menggenggam tangan Ana "jalannya pelan-pelan saja" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya. Ana mulai merangkul tangan Kevin "masih mau ke rumah hantu?" tanya Kevin, Ana menggelengkan kepalanya "tidak ah, aku hanya ingin bermain saja disini" ucap Ana, Kevin menganggukkan kepalanya. "Kevin duduk disini, aku ingin memotretmu" titah Ana, Kevin menggelengkan kepalanya "aku jelek" ucap Kevin, Ana mengerucutkan bibirnya "foto atau kau ku tinggal" ancam Ana. "Seharusnya aku yang bilang begitu" ucap Kevin, Ana memukul lengan Kevin "foto atau aku cari cowo lain" ucap Ana dengan nada yang serius. Kevin menghela nafasnya lalu duduk di tempat yang Ana tunjukkan padanya.

"Disini?" tanyanya, Ana menganggukkan kepalanya "hum di situ" ucap Ana. "Satu.. dua.. tiga.." Ana menekan tombol potret di layar ponselnya. "Woah.. kau tampan sekali" ucap Ana, Kevin ikut melihat hasil potret Ana. "Harus bagaimanalagi, aku memang terlahir tampan dari lahir" ucap Kevin dengan pedenya. Wajah Ana datar "cih.." dengus Ana. Kevin memeluk Ana sambil menatap fotonya.

(Ilustrasi Kevin, Haodongma)

"Mau makan sesuatu?" tanya Kevin, Ana berpikir sejenak "aku ingin minum air kelapa" ucap Ana.

"Tidak boleh" sahut Kevin, kening Ana berkerut "kenapa begitu?" tanyanya. "Ana, air kelapa tidak boleh di minum oleh ibu hamil. Itu menurut ibuku sih, pokoknya yang dilarang oleh ibuku sangat mutlak dan aku mempercayainya" ucap Kevin, Ana mengerucutkan bibirnya "yasudah" ucap Ana lesu.

"Ku belikan apapun yang kau mau. Tapi yang tidak mencelakakan kandunganmu, bayi kita" ucap Kevin. Ana menatap perutnya yang masih rata lalu mengusapnya "maaf" ucap Ana sambil mengusap perutnya. Kevin tersenyum lalu menggenggam tangan Ana lagi. "Ayo, jalan bersamku lagi"

Ana menganggukkan kepalanya "hum"

***

Sebulan setelah berjalan-jalan di taman bermain waktu itu, kini hubungan Ana dan Kevin semakin harmonis.

"Aku tidak suka makan itu, itu menjijikan" keluh Kevin pada masakan yang baru saja Ana buat. Mata Ana terbelalak mendengar penolakan dari mulut Kevin. Ana memandang tajam kearah Kevin, tapi Kevin malah bersikap biasa. "Aku ingin masakan ibuku, bukan dirimu" ucap Kevin, Ana memegang sendok dengan kuat-kuat.

"Vin, makan atau ku bunuh kau!" ucap Ana kesal. Kevin berdiri lalu meninggalkan Ana di dapur sendirian. Ana terdiam sesaat lalu "AAA....!!!" teriaknya kesal. Ini sudah seminggu dan Kevin terus-terusan bersikap aneh. Dia selalu membuat Ana kesal, seperti menyebut masakan Ana tidak enak, Ana gendut dan Kevin tidak suka, Kevin lebih memilih tidur disofa dari pada harus dekat-dekat dengan Ana, Kevin juga sering makan dengan rekan-rekan kerjanya dan itu bukan lelaki tapi perempuan semua. Ana kesal, marah, kadang juga menangis. Tapi, Kevin lagi dan lagi mengabaikannya.

Seperti sekarang, Ana sedang memarahi Kevin karena tidak mau makan masakannya. Tapi, Kevin malah fokus ke layar persegi panjangnya. Sesekali tersenyum, dengan kesal Ana menarik ponsel Kevin lalu melemparnya ke sofa yang lain. "Hey apa yang kau lakukan?" ucap Kevin kesal.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu!" ucap Ana dengan nada yang sangat mengerikan untuk di dengar. Kevin menatapnya malas lalu berdiri, dengan cepat Ana mendorong Kevin untuk kembali duduk disofa. "Kau mau apa sih!" ucap Kevin kesal.

Cukup sudah, kesabaran Ana sudah diujung batasnya.

"KAU KENAPA, KENAPA SELALU MENGABAIKANKU! APAKAH AKU TIDAK PENTING LAGI UNTUKMU! KENAPA KAU TERUS-TERUSAN BERSIKAP SEPERTI INI!!" teriak Ana kesal, Kevin menatap jam tangannya. Lalu menatap Ana "sudah? Kalau sudah aku akan pergi" ucapnya lalu pergi dari hadapan Ana. Ana duduk di sofa, dia memijit pelan pelipisnya. Bersamaan dengan itu, air mengalir kecil di pipinya. Ana mulai memeluk kedua kakinya, dia mulai berisik (menangis) diruangan itu.

Kevin pergi dari rumah dari pukul delapan pagi dan sekarang sudah pukul sepuluh malam dan dia belum juga pulang.

"Dia kemana sih?" ucap Ana, Ana menunggu kedatangan Kevin di depan rumahnya, dia duduk diteras. Tidak ada, Kevin tidak pulang ke rumah malam itu. Padahal Ana terus-terusan menelponnya. Ana bahkan tertidur diluar satu jam saat menunggu Kevin pulang.

Kevin pulang pukul lima. Ana mengepalkan tangannya saat melihat siapa orang yang turun bersama Kevin dari mobil yang sama dengannya. Tetangga sebelahnya yang masih di kategorikan 'belum menikah'. "Terimakasih" ucap wanita itu ramah pada Kevin. Kevin hanya tersenyum menanggapi wanita itu.

Ana berjalan kearah Kevin dengan mengapalkan tangannya lalu menamparnya dengan sangat keras.

Plak..

Kevin terdiam lalu menatap Ana, Ana sudah menangis "kenapa kau menamparku?" tanya Kevin.

Plakk..

Ana menampar pipi Kevin lagi "Hey!" ucap Kevin kesal.

Plakk..

Ana kembali menampar Kevin. Kevin menahan tangan kanan Ana "apa yang kau lakukan?!" ucap Kevin kesal. "Kau memang pantas mendapatkan itu, kau tau semalam aku menunggumu pulang. Tapi, apa yang ku dapatkan pagi ini. Suamiku berselingkuh bersama tetangganya sendiri?"

Kevin terdiam.

"Kau merasa dunia ini milikmu? Atau kau merasa paling sempurna di dunia ini?. Sadarlah, kau dulu bahkan pernah menyukai wanita tidak kasat mata. Kau termasuk orang teraneh di dunia ini" ucap Ana yang kehilangan kesabaran pada Kevin. Kevin menatap Ana dengan tatapan dinginnya "lantas, kenapa kau menjadi istriku?"

Deg.. Perkataan itu terasa sangat menyakitkan untuk di dengar Ana. "kau yang lebih aneh dariku, kau bahkan sering bersenam dibawah pohon dulu. Tidur di perpustakaan padahal tugas sedang menumpuk. Berkelahi dengan Rena karena kau cemburu. Melarangku untuk bergaul dengan siapa saja, kau membatasi pergaulanku, media sosialku bahkan idolaku. Kau juga aneh" tegas Kevin. Air mata Ana keluar lebih deras "iya aku aneh, aku memang aneh. Tapi setidaknya, aku mencintaimu dengan caraku sendiri" ucap Ana lalu menambrak bahu Kevin dengan keras. Ana menaiki mobilnya lalu keluar dari pekarangan rumahnya. Kevin mengepalkan tangannya kesal "astaga, apa yang aku lakukan padanya barusan? Seharusnya kau dengar dulu penjelasanku!" ucap Kevin pelan.

Ana membawa mobil dengan kecepatan tinggi, dia tidak peduli dengan nyawanya lagi. Seekor kucing melompat keatas mobil dan itu membuat Ana terkejut. Lantas Ana mengerem mobil itu mendadak.Untungnya, Ana tidak apa-apa. Tapi, dia kembali menangis. tangisannya lebih kencang dari pada tadi.

Kevin terus menelpon ponsel Ana, dia kesal bahwa ternyata Ana tidak membawa ponsel. Kevin segera keluar rumah dan menaiki mobilnya. Dia mulai mencari Ana di tempat-tempat yang mungkin di kunjungi oleh Ana. Tapi nihil, Kevin tidak menemukan Ana dimanapun. Kevin menyesal pada dirinya sendiri.

"Akh, kenapa aku jadi bersikap kasar padanya?" tanya Kevin, Kevin memukul-mukulkan kepalanya pada gagang pengemudi.

Ana sedang duduk di bawah pohon belakang sekolahnya. Semua hantu menyambutnya dengan baik, Ana mulai bercerita tentang masalahnya pada nenek pemandu senam. "Kevin berubah, dia seperti laki-laki brengsek sekarang" ucap Ana kesal, sang nenek memeluknya.

"Dia hanya sedang mengidam, Ana" jelas sang nenek. Ana menatap nenek itu dengan tatapan sendu "mengidam?" tanya Ana. Nenek itu menganggukkan kepalanya "dia sedang mengidam menggantikan dirimu. Kau tau, suami yang mengidam adalah hal yang paling langka. Karena jika suamimu mengidam disaat kau hamil maka dia akan mencintai anakmu kelak" jelas sang nenek. "Tapi Nek, kenapa dia mengidam dengan pergi dari rumah. Manalagi, dengan wanita lain" ucap Ana jengkel, Ana melipatkan tangannya dengan kesal.

"Itu perasaan yang terpendam. Mungkin dulu dia pernah ingin memiliki pacar lebih dari satu" ucap sang nenek dengan nada yang santai. Ana mengerucutkan bibirnya "ah Nenek kok jawabannya bikin hatiku sakit" ucap Ana pelan.Nenek itu terkekeh "tidak ada yang tau, mengapa dia bisa mengidam seperti itu. Karena pada saat kau juga mengidam, Kevin juga pasti memiliki rasa kesal yang sangat luar biasa" ucap sang nenek.

Ana mendengarkan ucapan nenek itu "adakah ucapanmu yang pernah menyakiti hati Kevin saat mengidam?" tanya Nenek itu, Ana menganggukkan kepalanya. "aku selalu mengancam untuk mencari suami lain, menuduhnya selingkuh dan memukulnya tanpa ampun" ucap Ana sendu. Nenek itu mengusap rambut Ana dengan penuh sayang "percayalah, semalam Kevin datang kesini untuk melihat-lihat sekolah. Kebetulan wanita itu adalah guru baru disini, karena kerja lembur akhirnya Kevin menemaninya disini. Dia hanya duduk sendirian disini semalam, dia juga tidak dekat-dekat dengan wanita itu" ucap sang nenek.

"Dia mau apa kesini?" tanya Ana, nenek itu tersenyum "pulanglah dan lihat" ucap sang nenek. Ana menghembuskan nafasnya lalu menganggukkan kepalanya. Ana berdiri lalu berpamitan dengan para penunggu pohon itu. Dia berjalan ke mobilnya, sebelumnya dia melewati beberapa kelas. Dia berhenti saat di kelas dua, dimana dia duduk disamping Kevin saat kertas ujiannya belum selesai ia kerjakan. Atau saat dia lupa ingatan dan duduk disamping kevin karena faktor kecelakaan yang pernah menimpanya. Dia harus bersyukur karena Kevin selalu menunggunya dan selalu mencintainya. Ana melupakan itu, Ana melupakan fakta bahwa Kevin akan selalu mencintainya. Air mata perlahan turun kembali dari kedua matanya.

"Ana!" panggil seseorang diujung lorong, Ana menoleh untuk melihatnya. Sangat cepat, Ana bahkan tidak sempat melihat wajahnya terlebih dahulu karena orang itu kini memeluknya dengan hangat.

"Kevin?" tanya Ana pelan, Kevin menatapnya dengan tatapan khawatir. Dia membalik-balikkan badan Ana ke kiri dan ke kanan "kau baik-baik saja, kau tidak terluka kan?" tanya Kevin. Ana menganggukkan kepalanya. Kevin kembali memeluk Ana "maafkan sikapku seminggu ini, aku tidak tau kenapa aku bersikap seperti itu. Kau tau saat aku menahannya badanku rasanya panas. Apakah kau juga begitu saat menginginkan sesuatu saat mengidam?" tanya Kevin, Ana menganggukkan kepalanya.

"Hum badanku rasanya seperti akan terbakar" ucap Ana, Kevin menundukkan kepalanya "maaf, maaf, maaf" ucap Kevin berkali-kali.

"Aku tidak akan memaafkanmu" ucap Ana. Wajah Kevin semakin menekuk "aku.." ucapan Kevin terhenti saat.. Chu~.

Ana mencium bibir Kevin sekilas lalu tersenyum "hahaha lihat wajah sedihmu!" ejek Ana, Kevin mengerucutkan bibirnya lalu memangku tubuh Ana. "Hey, jangan mengangkat tubuhku. Ini sangat memalukan" tegur Ana. "Aku sedang mengidam" ucap Kevin singkat, Ana terkekeh lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher Kevin.

***

=== 7 bulan kemudian ===

Perut Ana sudah membuncit, kandungan Ana sudah berumur 8 bulan. Dia sekarang sedang melakukan olahraga, seperti senam, yoga, atau bermain bola bagi ibu hamil. Kevin selalu mengawasinya dari layar cctv. Dia memasang beberapa cctv dirumahnya, dia sengaja untuk memantau Ana dari jauh. Dia terlalu sibuk di kantor hingga jarang pulang ke rumah hanya untuk menyapa istrinya. Bahkan hari ini, dia tidak merayakan hari ulang tahun sang istri hanya karena beberapa tumpukkan kertas. Ana tinggal sendiri di rumah mereka tanpa ada yang menjaganya, awalnya Kevin menyuruhnya untuk tinggal bersama kedua orang tuanya karena dia akan jarang pulang. Dengan cepat, Ana menolak karena dia akan sangat malu untuk meminta pertolongan pada ibu Kevin. Meskipun, keluarga Kevin tidak akan merasa repot kalau Ana akan menyusahkan mereka.

Waktu istirahat makan siang, Kevin habiskan untuk makan sembari menatapa beberapa layar cctv. Disana terlihat Ana sedang merajut sebuah baju, seulas senyum tampak di bibir Kevin. Kevin mengusap layar itu pelan "aku sangat merindukanmu" ucapnya pelan. Ana menatap kamera cctv lalu tersenyum "kau jangan membenci Ayahmu ya?" ucap Ana sembari mengusap perutnya pelan.

'Kevin cepatlah pulang, aku merindukanmu' pikir Ana.

Setetes air keluar dari kedua matanya, tapi Ana tidak menghapusnya toh Kevin tidak akan melihat air matanya dari kamera cctv itu. Itu hanya alasan Ana, Ana merajut sebuah baju bukan karena dia ingin, dia hanya ingin menyembunyikan air matanya. Dia tidak bisa menangis di depan banyaknya kamera yang terpasang dirumahnya. Kevin bahkan memasag cctv di dalam kamar mandi karena takut Ana jatuh tanpa ketahuan.

'Berikan aku alasan untuk bisa melihatnya. Ini permintaanku dihari ulang tahunku' pikir Ana. Sebuah tendangan hebat dari perut Ana dan rasanya sangat sakit. Perut Ana sangat sakit, Ana mulai merintih. Air mengalir dari selangkangannya. Dengan segera Ana melambaikan tangannya pada kamera. Beruntunglah Kevin yang sedang mengobrol dengan sekertarisnya. Menatap layar sesaat, matanya melotot kala melihat Ana menunjuk perutnya. Dengan segera Kevin menelpon ambulance.

"Aku butuh ambulance secepatnya, istriku akan melahirkan. Ini alamatnya..." ucap Kevin, Kevin berdiri dari duduknya. "pak tapi ada rapat penting dua jam lagi" ucap sekertarisnya.

"Maaf, tapi kau harus membatalkannya, keselamatan istri dan anakku lebih penting sekarang" Kevin berlari kearah lift. Menunggu dengan cemas, lift akhirnya terbuka. Kevin segera turun dari gedung atas. Dia berlari ke tempat parkiran, lalu masuk ke dalam mobilnya. Dia mengebut di jalan yang sedang ramai.

Ana terus-terusan merintih, dia memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Beberapa orang memaksa masuk ke dalam rumah dan itu adalah orang yang bertugas untuk membawa Ana ke rumah sakit secepat mungkin. Kevin langsung ke rumah sakit, dia menunggu beberapa saat, ambulance yang mengangkut Ana telah datang. Beberapa suster membantu, Ana segera di larikan keruang UGD, Kevin ikut serta. Dia ikut masuk ke dalam ruang UGD.

"Ayo pelan-pelan, tarik nafas" ucap sang dokter. Ana menurut kepada dokter, Ana memegangi tangan Kevin dengan kuat. Kevin mengelus rambut Ana. Ana masih menarik nafas, dia menatap Kevin dengan wajah yang menahan sakit "pelan-pelan sayang" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya "kepalanya sudah terlihat" ucap sang dokter. Dalam hitungan ketiga, saya keluarkan ya" ucap sang dokter, Ana menarik nafas sedalam-dalamnya lalu mengeluarkannya dengan sekuat tenaga. Kevin malah ikutan menarik nafas.

"Oa Oa Oa" suara bayi terdengar ditelinga mereka, Ana berhasil mengeluarkan sang bayi. Air mata perlahan jatuh dari kedua matanya, sesaat kemudian kesadarannya hilang. Kevin panik melihat keadaan Ana "dokter, dia kenapa?" ucap Kevin cepat, sang dokter segera memeriksa keadaan Ana. Bunyi bip panjang terdengar di seluruh penjuru ruangan UGD.

"Istriku baik-baik saja kan?" tanya Kevin cepat, sang Dokter melepaskan tangannya dari tubuh Ana. Ana tidak bergerak sedikitpun, bunyi bip terus terdengar menandakan detak jantung yang tidak lagi berdetak. Kevin tidak menyerah, dia segera memangku anaknya. Dia berjalan kearah Ana sembari menangis.

"Ana kau dengarkan, suara tangis bayi. Ini bayi kita" ucap Kevin sambil terisak. Kevin menyimpan bayi itu ke dalam pelukan Ana. Bayi itu terus menangis, seperti tau bahwa ibunya tidak lagi bergerak. Kevin menundukkan kepalanya, dia juga menangis dalam diam. Dia menggenggam tangan Ana, ini tidak benar. Ana masih hidup dan Kevin percaya akan hal itu. Bayi mereka masih menangis, beberapa dokter hanya bisa diam melihat pemandangan itu.

Tiba-tiba jari Ana tergerak, suara detak jantung dari layar kembali terdengar. Kevin terdiam sesaat sebelum dokter mendorong tubuhnya untuk segera memeriksa keadaan Ana. Suster menggendong bayi Ana, dokter memasang alat bantu pernapasan. Hari itu, Kevin sangat bahagia karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk Ana tinggal lebih lama bersamanya.

Malam pun tiba, Kevin masih memandang wajah Ana yang masih belum sadar dari komanya. Dia menggenggam tangan Ana dengan sangat kuat.

"Maafkan aku yang selalu pergi darimu, aku janji sesibuk apapun aku. Aku akan pulang ke rumah" ucap Kevin, Kevin menangis lagi. "Kau sangat cengeng" ucap Ana pelan. Kevin menatapnya "kau terbangun?"

"Menurutmu siapa yang tidak akan terbangun saat mendengar suara tangismu yang jelek itu" ucap Ana, Kevin segera memeluknya "kau tau, aku sangat takut kehilanganmu" ucapnya, Ana tersenyum "bagaimana bayi kita?" tanya Ana, Kevin melepas pelukannya "dia baik-baik saja, kau tau dia menangis sangat keras saat detak jantungmu tidak berdetak"

Kevin menundukkan kepalanya, Ana menggenggam tangannya "syukurlah, dia baik-baik saja" ucap Ana, Ana menutup kedua matanya "aku mengantuk, aku ingin kembali tidur" ucap Ana, Kevin menganggukkan kepalanya.

"Tolong hanya tidur. Jangan seperti tadi. Itu menakutiku" ucap Kevin, Ana tersenyum, dia menarik tangan Kevin ke pipinya "aku merindukan tanganmu" ucap Ana pelan sebelum dia masuk ke dalam mimpinya.

"Aku juga sangat merindukanmu, sayang"

***

Ana bangun dari tidurnya, dia menatap Kevin yang tidur disampingnya sembari menggenggam tangannya dengan kuat. Ana menghembuskan nafasnya pelan. Dia menatap inkubator yang berada tidak jauh dari kasurnya, sebuah senyum terukir di bibirnya kala melihat bayi yang tengah tertidur. Ana mengguncangkan tangan Kevin pelan, Kevin segera bangun dari tidurnya.

"Ada apa, kau haus?" tanyanya, Ana terkekeh melihat ekspresi panik Kevin "tidak, aku hanya ingin memeluk bayi itu. Apakah boleh?" tanya Ana sembari menunjuk bayi nya, Kevin menggelengkan kepalanya "dia lahir premature dan butuh dua atau bahkan seminggu untuk berada dalam inkubator. Kecuali.." ucapan Kevin terhenti, dia memandang Ana.

"Kecuali apa?" tanya Ana.

"Saat dia akan diberi asi olehmu, baru dokter mengizinkan bayi nya untuk di keluarkan dari inkubator" jelasnya, Ana menundukkan kepalanya, betapa ingin dia memeluk putranya itu. Kevin duduk dipinggir kasurnya, dia menyentuh pipi kanan Ana menggunakan telapak tangannya.

"Ayolah jangan murung" hibur Kevin, Ana menatap Kevin, Kevin tersenyum sangat manis padanya. Ana membalas senyumannya "owh, istriku sudah jadi ibu" ucap Kevin lalu memeluk Ana, Ana terkekeh di balik pelukannya "hum, kau juga jadi Ayah" ucap Ana, Kevin menganggukkan kepalanya. Dia menenggelamkan kepalanya di bahu Ana "sudah berapa lama aku tidak menghirup wangimu?" tanya Kevin. Ana menggelengkan kepalanya "sekitar empat bulan?" ucap Ana, Kevin semakin mempererat pelukannya "maafkan aku" ucapnya, Ana menggelengkan kepalanya "tidak apa, setidaknya kau ada disaat aku melahirkan" Ana mulai mengelus punggung Kevin, Kevin mulai menangis "hey hey, kenapa kau menangis?" tanya Ana yang kebingungan melihat Kevin yang menangis. Ana menangkup wajah Kevin menggunakan kedua tangannya.

"Aku.. aku merasa bersalah padamu" ucapnya, Ana terkekeh. Ini bukan pertama kalinya Kevin menangis di hadapannya "hahaha, berhentilah menangis. Aku ingin tertawa" ucap Ana, Kevin mengerucutkan bibirnya. Dia kembali memeluk Ana "tertawa saja dan aku akan bertingkah manja padamu" Ana kembali tertawa mendengar itu. Malam itu terlewati begitu saja, dengan canda tawa diantara mereka berdua.

Dua hari di rumah sakit, setelah dokter menyatakan bahwa bayi mereka sehat dan bisa di keluarkan dari tabung. Ana sangat senang, dia langsung memeluk tubuh mungil itu dipangkuannya. Kabar baiknya lagi, Ana sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kevin membereskan beberapa baju bayi yang ia bawa kemarin. Dia membantu Ana duduk dikursi roda. Bayi mereka sedang digendong oleh ibu Kevin "lihatlah bayi ini sangat tampan" ucapnya, Ana hanya tersenyum "tentu saja, aku ayahnya" ucap Kevin bangga, Ibu Kevin mendengus "kau harus berterimakasih pada nenek yang telah melahirkan anak setampan ayahmu" ucap Ibu Kevin, Kevin memeluk ibunya dari belakang.

"Terimakasih ibu, sekarang aku lebih bersyukur kenapa aku lahir ke dunia ini" ucapnya, Ibu Kevin menganggukkan kepalanya "jadilah Ayah yang bisa meluangkan waktu dengan anakmu, Vin. Jangan ceroboh dan terlalu sibuk dengan pekerjaan" saran ibunya, Kevin menganggukkan kepalanya. Ana yang menatap itu hanya tersenyum.

"Ayo kita pulang" ucap Kevin lalu mendorong kursi roda Ana, Ana hanya menganggukkan kepalanya. Begitulah proses melahirkan Ana.

***

Beberapa bulan kemudian.

"KEVIN!!" teriak Ana.

"Apa?" sahutnya dari dalam kamar. Ana masuk ke dalam kamar "sampai kapan kau mau tidur hah? Cepat mandi terus makan sarapanmu. Kau harus bekerja pagi ini" ucap Ana sambil memukul pantat suaminya itu. "Ah.. aku masih mengantuk. Lima menit lagi" serunya. Ana menggelengkan kepalanya lalu menarik selimut yang digunakan Kevin.

"Bangun cepat!!" ucap Ana, Kevin tersenyum miring "aku akan bangun setelah mendapat kecupan pagi" ucapnya mencoba menggoda sang istri.

Cup.

Ana mencium suaminya "cepat bangun!"

Mata Kevin membuka lebar lalu bangun dari tidurnya "aku bangun" ucapnya lalu pergi ke kamar mandi. Ana tersenyum "dasar pemalas" ucap Ana. Suara bayi membuat Ana harus meninggalkan kamarnya.

"Debentar, ibu sedang membangunkan Ayahmu!" teriak Ana.

"Kau bodoh? bayi mana bisa mengerti bahasamu!" sahut Kevin saat di dalam kamar mandi.Ana mengerucutkan bibirnya lalu menghampiri sang bayi yang di beri nama Reza Prasetya itu.Ana memangku putranya itu "cup cup.. Ibu ada disini" ucap Ana sambil mencium pipi dan tangan anaknya itu.Tangisan Reza itu terhenti.Ana memberikan Asi pada anaknya.Bayinya itu baru berusia 1 ½ tahun.

Kini Reza kembali tidur setelah mendapatkan sarapan paginya. Ana kembali menidurkan sang buah hati keatas ranjang miliknya. Kevin juga keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaiannya "tolong bantu aku membenarkan dasi" ucap Kevin, Ana menganggukkan kepalanya lalu berdiri dihadapan Kevin. Ana mulai membenarkan dasi Kevin, Kevin memperhatikan wajah sang istri "kau lelah?" tanyanya, Ana menganggukkan kepalanya. "Hum aku sangat lelah, mengurusmu, mengurus Reza. Membatu mengurus pernikahan adikku. Aku sangat kelelahan" ucap Ana. Kevin memeluk Ana "bagaimana jika kita bulan madu lagi?" ucap Kevin.

"Bagaimana dengan Reza?" tanya Ana.

"Pernikahan adikku juga sebentar lagi, Vin" ucap Ana dengan nada yang sebal. Kevin mengecup bibir sang istri sekilas "tidak perlu jauh, kita bulan madu di dalam kamar saja" ucapan itu mendapat cubitan yang sangat keras dari Ana.

"Sakit.." rintih Kevin.

"Dasar mesum, cepat kerja sana!" ucap Ana sebal, dia juga memukul bahu Kevin. Kevin terkekeh lalu berjalan ke kasurnya. Dia mengucup Reza "kau jangan nakal ya! kasihan ibumu sangat kelelahan"

Setelah mengucapkan itu, Kevin dan Ana sarapan bersama.

Ana Pov

Aku menikah diusia 24 tahun dan memiliki satu anak. Kevin melamarku setelah lulus dan mendapatkan kerja. Sedangkan Nindy, dia juga menikah dengan rekan kerjanya. Dan yang paling mengejutkan ternyata dia menikah dengan seseorang yang pernah ia sukai di sekolahnya. Dan Aku masih bisa melihat hantu sampai detik ini. Itulah kisah asmaraku, tidak semua anak indigo di jauhi dan pendiam. Aku terlalu sibuk bahagia hingga lupa betapa kelamnya pristiwa yang menimpaku dulu saat berhubungan dengan mahluk halus. Semoga kisahku, membuat orang yang membaca cerita ini lebih mesyukuri dirinya sendiri dan bahagiakan dirimu, dan tolong carilah cinta dari seseorang yang mencintaimu karena mencintai orang yang bahkan tidak menyukaimu hanya akan membuatmu sakit dan merasa kecewa kepada dirimu sendiri. Aku mencintainya setelah insiden kerasukan dan aku sangat mencintainya saat ternyata dia duluan yang mencintaiku.

Terimakasih telah membaca ceritaku. Semoga kalian sehat dan selalu bahagia dalam setiap kesempatan.

END