webnovel

CHAPTER 52

mentari pagi memberi cahaya yang menampakkan wajah Freya bersinar terang. kehangatan pagi ini melahap dan menerobos kasar menembus kaca jendela ruangan kamar rawat inapnya

" eegghh."

lenguhan itu berasal dari bibir Freya seraya meregangkan otot kedua tangannya.

perlahan kedua mata birunya terbuka. kondisi kesehatannya sudah sangat baik. bahkan ia merasa lebih sehat dan sangat bersemangat. Kehadiran Kevan membuatnya bahagia ditengah-tengah kehamilannya. bagaimana tidak, seyogyanya seorang wanita hamil itu selalu ingin diperhatikan dan dimanja terlebih oleh suaminya sendiri.

Freya bahkan tidak ingin mengingat-ingat status Kevan yang telah memiliki anak dari wanita itu. setidaknya sampai mereka masih berada dikota ini. biarkan Kevan menjadi miliknya seutuhnya.

" kau sudah bangun, sayang."

kedatangan Kevan membuyarkan lamunan nya.

" dari mana ?"

tanya Freya.

" menemui dokter. menanyakan kondisi bayi kita apakah aman kalau besok dibawa terbang ke Irlandia."

Freya terkejut seraya membulatkan matanya dengan sempurna.

" besok ? aku belum mau kembali."

" kenapa ?"

" tiga hari lagi Laras menikah. aku tidak enak dengan Tante Lastri kalau kita tiba-tiba pulang tanpa menghadiri pernikahan anaknya."

" oh, kamu ingin jadi saksi mantanmu itu menikah ?"

Kevan menatap mata Freya sinis.

" jangan mulai lagi deh. aku hanya merasa tidak enak saja. mereka kan kerabat jauh ku. bertemu saja sangat jarang. harusnya kamu ngerti dong."

ucap Freya seraya mengerucutkan bibirnya.

melihat mimik wajah Freya membuat Kevan jadi tidak tega. lalu mengecup bibirnya yang manyun itu.

" iya baiklah. kali ini terserahlah apa mau mu. tapi setelah itu aku yang memegang kendali."

" whatever."

balas Freya malas terus berdebat dengannya.

tak lama kemudian seorang suster datang untuk memberi tahukan bahwa hari ini Freya boleh pulang, sekalian melepaskan jarum infus dari tangannya.dan disaat yang bersamaan, Raya datang.

" Freya kenapa kamu tidak menelepon ku kalau diopname disini ?"

tanyanya seraya memeluk sekilas Freya.

" dalam keadaan meringis seperti kemarin apa aku bisa menelepon mu Ray. ponsel ku saja aku tidak tau dimana."

balas Freya.

Raya hanya tersenyum, lalu melirik sinis pada Kevan yang tengah duduk disofa seraya memainkan benda pipih berlogo apel tergigit itu.

" kapan kamu datang, Kevan ?"

tanyanya.

Kevan mendongak lalu menatap Raya sekilas.

" kemarin."

" tau dari mana Freya disini. apa Daniel yang memberitahu mu ?"

tanya Raya.

mendengar kalimat itu dari mulut Raya membuat Kevan terperanjat dari tempat duduknya.

" apa kau bilang ? Daniel ? jangan-jangan semuanya ada hubungannya dengan Daniel yang tiba-tiba minta cuti ke new York dihari yang sama dengan kepergian mu waktu itu ?"

Kevan memicingkan matanya melirik ke arah Raya lalu beralih memandang Freya seraya melangkah mendekatinya.

" aduh gawat ini. salah ngomong."

umpat Raya sambil memukul-mukul kepalanya.

Freya menundukkan pandangannya, tapi dengan cepat Kevan mengangkat wajahnya hingga keduanya kini saling berpandangan.

" jadi kau ke sini bersama Daniel ? jawab yang jujur !"

tanya Kevan penuh tekanan. melihat sorot hazelnya membuat Freya jadi takut. Kevan memiliki sifat posesif yang berlebihan terhadap apapun yang dianggapnya telah menjadi miliknya.

" iya, aku kesini bersama Daniel."

lirih Freya.

" pengkhianat. awas kau !"

ucap Kevan mengepalkan tangannya emosi. wajahnya seketika berubah merah penuh kekesalan.

Freya lantas meraih kepalan tangan Kevan, menangkupnya ke arah dadanya.

" Kev, Daniel hanya mengantar ku dan ingin memastikan kandungan ku benar-benar aman selama diperjalanan. ia disini hanya beberapa hari. setelah itu barulah ia langsung ke New York. Dia pria yang baik. Bahkan saat dulu aku bertanya tentang Claire, Daniel tidak mau menceritakannya padaku hingga akhirnya aku tau sendiri kebenarannya. ia sangat setia kawan, jadi tidak mungkin berani mengkhianati mu."

ucap Freya berusaha menenangkan Kevan. karena ia tidak mau terjadi apa-apa dengan Daniel apalagi sampai babak belur dihajar suaminya itu, padahal dia selama ini sangat baik terhadap nya.

Kevan akhirnya luluh. ia langsung merangkul Freya, meletakan kepala istrinya didada lebarnya, seraya mengelus lembut rambut Freya dan mengecup hangat keningnya. Freya pun balas melingkarkan tangannya dipunggung suaminya itu sangat erat.

" sialan aku dijadikan obat nyamuk begini. "

ucap Raya seraya berkacak pinggang.

Freya dan Kevan hanya tertawa melihat sikapnya.

" liat saja, kalian berdua tidak akan ku undang jika menikah nanti."

" memangnya kau mau menikah dengan siapa ?"

tanya Kevan menaikan alisnya sebelah terlihat seperti menyepelekan.

" kau tak perlu tau. yang pasti dia telah melamar ku kemarin."

Freya melepaskan pelukan Kevan lalu menohok ke arah sahabatnya itu.

" benarkah kau akan segera menikah ? siapa dia, Ray ? kok selama aku disini tidak pernah datang menemuimu ? "

tanya Freya antusias.

" jika sudah waktunya akan segera ku beritahu. sabarlah, Freya ku. mudah-mudahan kali ini bukan halu."

jawab Raya tertawa seraya mencubit pipi tembem nya Freya.

Freya mendengus mendengar jawaban kurang memuaskan itu.

" Raya, bisa tolong bantu membawakan tas pakaian milik Freya ! keluar dari sini kita akan langsung ke hotel."

ucap Kevan kemudian, lalu Raya pun mengangguk seraya membereskan pakaian ganti milik Freya.

" kok ke hotel ? bukannya akan tinggal ditempat Tante Lastri ?"

tanya Freya.

" tidak. kali ini kau harus menurut. menginap di hotel atau terbang sekarang ke Irlandia."

Jawab Kevan tegas.

freya tidak punya pilihan lain selain menurut apa katanya suaminya itu.

" baiklah. kalau begitu kita mampir sebentar untuk mengambil ponselku yang tertinggal dan beberapa pakaian ku yang masih disana."

lirihnya.

" tidak usah. biar nanti orang suruhan ku yang mengambil barangmu disana."

balas Kevan lalu beranjak mengambil kursi roda yang tergeletak didekat pintu toilet.

" suamimu itu sulit ditebak. kadang lembut kadang bersikap kasar. hufftt."

bisik Raya ke arah telinganya Freya.

Freya hanya membalas nya dengan senyuman miring.

" sini ku bantu kau turun."

Kevan menggendong Freya dari tempat tidurnya lalu perlahan mendudukkannya ke kursi roda.

***

" selamat datang dihotel dan resort ku. semoga kalian betah dan nyaman ya."

ucap Raya seraya membuka salah satu kamar suite roomnya untuk pasangan suami-istri itu.

" Thanks, Raya."

balas Kevan.

" oke, kalian istirahat lah. kebetulan satu jam lagi aku ada meeting dengan klien. jadi tidak apa-apa kan kalau langsung ku tinggal."

" dengan senang hati, nona Raya. pergilah."

ucap Kevan dengan nada mengusir.

mendengar itu Freya reflek mencubit perut roti sobek milik suaminya.

" kau-- tidak sopan sekali."

desis Freya.

mendengar itu Raya hanya tersenyum, lalu beranjak meninggalkan kedua nya.

setelah punggung Raya sudah tak terlihat lagi, Kevan langsung merengkuh tubuh Freya ke dalam kamar dan meletakkan nya dengan lembut ke atas ranjang ukuran king size dengan warna bernuansa putih-coklat mendominasi kamar suite room itu.

" anggap saja kita sedang berbulan madu yang tertunda."

ucap Kevan membelai lembut pipi Freya.

" ini sih bukan honeymoon lagi, tapi babymoon."

balas Freya mencibir.

Kevan tanpa aba-aba langsung mencium bibir Freya sekilas.

" jangan sekali-kali kau menggigit bibir begitu didepan pria lain."

" memangnya kenapa ?"

tanya Freya dengan polosnya.

" apa kau tidak tau ? pria itu tidak akan tahan saat ada wanita yang menggigit bibir bawahnya dengan manja begitu. mereka pasti akan menerkamnya seperti ini."

ucap Kevan tanpa babibu lagi langsung melakukan serangan fajarnya. dengan gerakan yang lembut dan sangat hati-hati Kevan menjamah tubuh istrinya yang telah lama tak merasakannya lagi. Freya pun menikmati setiap belaian, ciuman, dan gerakan lembut dari sang empunya.

cukup lama mereka melakukan foreplay sampai akhirnya mereka hanyut dalam hasratnya yang telah lama terpendam.