webnovel

KACAU BALAU

"Bukan seperti itu Ra..!!"

"Sudahlah ka, intinya untuk sekarang kita introspeksi diri aja masing-masing.. karena jujur, Ara juga mulai ragu dengan perasaan kakak..!!"

"Ara ragu karena si brengsek Alfan itu..?? atau justru karena laki-laki bedebah yang bernama Diqi itu..??"

Spontan Ara menatap wajah Fadil dengan penuh kebingungan dan mengernyitkan dahi.

"Ini masalah perasaan kakak terhadap ka Kiara... ga ada hubungannya dengan ka Alfan atau ka Diqi ka..!! kenapa jadi bawa-bawa mereka berdua ??"

"Itu karena semenjak kedatangan Alfan tadi sikap Ara berubah..!! Bukankah tadi Ara baik-baik saja, bahkan setelah Ara sendiri yang mengatakan bahwa kita ini ga ada hubungan apa-apa!! dan Asal Ara tahu.. jangan pikir kakak masih melupakan kejadian di taman tadi, Ga Ra.. kakak justru masih sakit hati melihat kedekatan Ara dengan laki-laki yang bernama Diqi itu. Sedangkan Ara melihat kakak dengan sahabat kakak sendiri aja sudah berpikiran yang ga ga...!!"

"Stop menghakimi Ara seperti itu ka.. pertama.. Ara berkata demikian karena ga ingin mempermalukan Ka Fadil didepan teman-teman kakak, karena Ara melihat ka Fadil itu ragu mengenalkan Ara kepada mereka. Ara berusaha mengerti bahkan sekuat hati menjaga perasaan kakak..

Kedua.. Ara deket dengan ka Diqi tadi, itu semata-mata hanya supaya ka Diqi menemani Ara yang hampir Tiga jam menunggu Ka Fadil di taman sendirian. Itu pun Atas persetujuan Kakak sendiri, kakak ga tau kan bagaimana takutnya Ara jika sendirian di taman itu. Dari sore ketika masih terang sampai waktu gelap ka..

Dan ketiga. Salah kah jika Ara merasa sakit hati Melihat kekasih Ara dekat dengan Cinta pertamanya lagi..?? bahkan sangat dekat sampai pegangan tangan segala, sangat perhatian bahkan sampai mengungkapkan perasaan Cintanya waktu dulu.. Jika sikap Ara ini salah, Ara minta maaf ka.. mungkin kita emang ga seharusnya menjalin hubungan." Gadis itu langsung membalikkan badan dengan berurai air mata.

"Tunggu Ra..!! Kita belum selesai..!!" Fadil kembali menarik tangan Ara, namun gadis itu enggan menoleh. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sampingnya, Ara dan Fadil nampak linglung. Dan keluar lah Diqi dari dalam mobil tersebut,

"Lepasin Ara Dil.. Lo selalu nyakitin Ara..!!" Ucapnya seraya melepas pegangan tangan Fadil terhadap gadis itu.

"Gue harap Lo ga ikut campur dengan urusan gue Ama Ara.. kenapa Lo itu selalu muncul di hadapan gue..!!" Fadil selalu emosi ketika melihat laki-laki itu.

"Kemarin-kemarin atau kejadian sore tadi Gue emang masih berusaha nahan diri, tapi sekarang gue terpaksa harus ikut campur..!!"

"Lo...!!" Fadil ingin langsung memukul laki-laki itu namun dengan sigap Ara memeluk Fadil supaya menghentikan pukulannya.

"Stop Ka.. jangan main kasar..!!"

"Minggir...!!" Dengan kasar Fadil mendorong tubuh Ara hingga gadis itu terjatuh dan kepalanya membentur tembok, sikapnya berbeda ketika ia mendorong Kiara didalam tadi.

"AAAHHHH"

"Ara...!!" Spontan Diqi langsung menghampiri Ara yang sudah tidak sadarkan diri, Fadil juga ikut menghampiri..

"Maaf Ra.. kakak ga sengaja!!"

"Berhenti di situ..!?" Diqi melarang laki-laki itu mendekati Ara, ia langsung menggendong Ara dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Brengsek Lo Diq..!! Mau Lo bawa kemana Ara.. Ara tanggung jawab gue, biar gue yang bawa Ara..!!" Fadil hendak mengambil gadis itu dari mobil Diqi, namun dengan sigap Diqi masuk juga ke dalam mobil dan langsung tancap gas. Kiara keluar mengejar Fadil yang sepertinya akan berlari menyusul mobil itu. Wanita itu sempat melihat laki-laki yang membawa Ara tadi,

"Seperti Mas Pras..!!" batinnya.

"Dil.. udahlah stop mengejar Ara, bahaya nanti kamu terjatuh.." Kiara menggandeng bahu Fadil dan menuntunnya untuk masuk kedalam, laki-laki itu hanya pasrah untuk mengikutinya.

Namun sesampainya di pintu Caffe, keduanya berpapasan dengan Alfan yang hendak pergi. Dari dalam Ia sudah melihat Ara di bawa pergi oleh seorang laki-laki meski tidak begitu jelas.

"Lihat Dil.. Ara ga sepolos yang kita kira, sekarang dia pergi dengan cowok lain kan..??" Ucapnya tiba-tiba, laki-laki itu justru semakin membuat Emosi Fadil bergemuruh.

"Diem Lo brengsek!!.. ini semua gara-gara Lo..!!" Ucapnya seraya mengepalkan tangan hendak memukul Alfan kembali.

"Kalian berdua stop.. !! kita harus tenang.. bicarain ini baik-baik !!" Kiara Berusaha membuat keduanya tidak emosi. Namun Alfan tetap melangkahkan kakinya,

"Alfan.. kamu mau kemana..??"

"Pulang.. gue udah ga ada urusan lagi disini..!!" Alfan menjawab seraya pergi meninggalkan keduanya.

Derry, Hana dan Yanti.. tiga teman yang tersisa itu pun mulai bangkit dari posisinya menghampiri Kiara dan Fadil yang masih berdiri di muka pintu memandangi punggung Alfan yang menjauh dari Caffe menuju parkiran.

"Dil.. Ki.. gue minta maaf, gue ga tau sebenernya ini ada apa..!! tapi gue rasa saat ini kita emang harus membatalkan acaranya. Gue turut prihatin dengan apa yang terjadi diantara Lo dan Alfan.. dan mungkin dengan Ara juga..!! Semoga masalahnya cepet selesai." Derry menepuk bahu Fadil pelan.

"Seenggaknya kalo emang kamu mencintai Ara, jujur kek Dil.. jangan ngerasa gengsi hanya karena menjaga perasaan dari wanita ini..!!" Lagi dan lagi Yanti nyinyir kepada Fadil. Mereka sebenarnya sudah tahu, karena Hana secara tidak sengaja mendengar keributan Ara dan Alfan dan langsung melaporkannya kepada Derry dan Yanti sebelum Fadil keluar menghajar Alfan. Namun ketiganya tidak menyangka masalahnya akan serumit ini, Acara reuni yang ia rencanakan harus kacau balau karena masalah itu.

Ketiganya pun pamit, kini tinggal Fadil dan Kiara yang berada dalam Caffe tersebut. Suasananya kembali sunyi setelah kepulangan mereka, Caffe itu memang sengaja ia kosongkan untuk acara reuni hingga tidak ada pengunjung lain yang datang.

Didalam mobil Diqi..

"Aahh..." Ara tersadar, ia memijat pelipisnya pelan karena merasa pusing.

"Di mana ini..?!" imbuhnya lagi, dengan mengamati keadaan sekitar.

"Ara sudah sadar..?? bagaimana kepalanya.. apa masih sakit..??" Diqi menepikan mobilnya seraya hendak memegangi kepala gadis itu.

"Ga pa-pa ko Ka.. terimakasih..!!" jawab Ara dengan menghindarkan kepalanya supaya tidak tersentuh Diqi.

"Maaf..!!" Laki-laki itu merasa canggung, setelah menepi ia langsung mematikan mesin Kendaraannya.

"Di mana ka Fadil..?? kenapa Kakak yang bawa Ara.. ??"

"Hheeemmmm...!!" Diqi menghela nafas panjang, ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk bisa menjelaskan alasan ia membawa Ara dari Fadil.

"Apa Ara sangat mencintai laki-laki itu..??"

"Apa maksud ka Diqi bertanya seperti itu..??" Ara menatap mata laki-laki itu dengan tajam, namun sial kenapa hatinya seakan bergetar hebat. Ia pun buru-buru memalingkan wajahnya dari tatapan mata elang Diqi.

"Kakak hanya merasa.. Fadil itu selalu berbuat kasar pada Ara, dia selalu berbuat semena-mena.. Apa Ara sendiri ga ngerasa..??"

"Itu hanya perasaan kakak aja.. ka Fadil baik ko, kita berdua saat ini hanya sedang ada kesalahpahaman aja sedikit !!" Ara berusaha menutupi semua permasalahan itu dari Diqi.

"Apa itu benar..?? Kenapa yang kakak lihat masalah itu sepertinya sangat besar..!! Apa semua itu ada kaitannya dengan kakak..??"

"Ga seperti itu ko Ka..!! ga ada hubungannya dengan ka Diqi juga...!!"

"Kakak harap Ara bisa jujur.. Karena kakak yakin hubungan Ara dan Fadil itu ga sebaik kelihatannya..!!"

"Stop bicara yang enggak-enggak tentang hubungan kami ka..!! Kakak ga tahu apa-apa..!! Kakak hanya orang luar.. ga seharusnya mencampuri urusan kami." Ara nampak emosi, ia hendak membuka seat belt nya.

"Kamu mau kemana Ra..??" Diqi langsung mencegahnya.

"Mau naik taksi aja.. Ara malas jika ka Diqi terus-menerus menginterogasi Ara seperti ini !!"

"Baiklah kakak minta maaf.. Kakak janji ga bakal ikut campur lagi..!!" Ucap Diqi buru-buru. Sementara Ara masih berusaha membuka seat belt nya..

"Ayolah Ra.. kakak hanya khawatir aja dengan keadaan Ara, apalagi sebelumnya Fadil emang udah marah sama kakak perihal sore tadi..!!" laki-laki itu sudah mulai memelas, sementara Ara masih enggan merespon meski sekarang sudah tidak berusaha membuka seat belt nya lagi.

"Ra.. beneran deh, kakak janji ga akan komentari hubungan kalian lagi.. kita masih temenan kan..??" Diqi memohon dengan amat sangat.

"Iya udah makanya kalo masih mau temenan Ama Ara kakak janji jangan ikut campur dengan urusan Ara lagi..!!" Kali ini Ara merespon, namun masih dengan sikap kesal dan juteknya.

"Iya Ra.. Kakak bener-bener janji..!!"

"Iya udah, sekarang jalan.. Ara mau pulang..!!" Gadis itu tetap memanyunkan bibirnya, sedang Diqi sudah merasa gelisah melihat Ara yang bersikap demikian. Ia hanya bisa memalingkan muka dan tak ingin membuat hatinya semakin menggebu karena sedari dulu ia memang sangat menyukai Ara dengan sikap kesal manja seperti itu.