"Kamu bangun sepagi ini buat bicarain itu, Mas?" tanya Rindu. Sesaat setelah mereka saling menatap.
"Iya. Aku juga mau siapin berkas buat meeting nanti jam delapan. Rin, aku nggak bisa antar Abel buat daftar sekolah. Kamu … ada waktu nggak nanti?" Dani berharap banyak pada istri pertamanya itu.
"Ada, kok. Memangnya rencana kamu mau Abel masuk sekolah mana?" sahut Rindu.
Dani pun berdiri, dan menghela napas berat. Seperti tengah memikirkan sesuatu yang rumit. "Ke sekolahan Rio aja, gimana?" Dia benar-benar membutuhkan pendapat Rindu saat itu.
"Kalau itu pilihan kamu, aku setuju aja, Mas. Lagian sekolahannya Rio 'kan termasuk sekolah favorit. Abel pasti suka," ujar istrinya.
"Ya sudah. Daftarin di SMA Pancasila saja." Dani berharap Abel suka dan nyaman belajar di sana.
Rindu mengangguk kecil. "Aku mau mandi, Mas. Kamu silahkan kalau mau ke ruang kerja," ucapnya.
"Oke. Makasih, Rin," kata Dani sambil mengusap lembut bahu sang istri. Dibalas senyum tipis wanjta itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com