Henry terus saja mengurung Jane dalam kurungan tangan yang ia buat, terus saja membuat Jane merasa tidak nyaman ketika ia sudah dengan mudah mencium bibir Jane. Meskipun kedua bibir itu tidak saling berpagutan, bahkan terasa sangat kaku.
Jane yang kesal segera saja mendorong tubuh Henry dengan kuat, tapi pria itu hanya terkekeh dengan seringai puas sembari ia menyeka bibirnya. "Kenapa kau marah, Jane? Bukankah ini yang kau inginkan, agar bisa terus dekat bersamaku?"
"Kau gila, Henry! Bagaimana, jika istrimu tahu kalau kita...." Belum sempat Jane meneruskan ucapannya, dan Henry sudah memotong perkataannya.
"Aku, gila? Apa tidak salah!" Potong Henry lantang, dan ia kembali mendekat kearah Jane yang wajahnya sudah memerah bagaikan tomat.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com