webnovel

I Wake Up and Become A Mother!

Lia terkejut, benar-benar nyaris jantungnya keluar dari rongga dadanya. Dia yang mendapat julukan perawan tua, di kampung halamannya malah tiba-tiba menjadi seorang Ibu! Belum lagi kenyataan kalau dia punya anak! Punya suami dan anak! GILA! Sebenarnya apa yang terjadi? "Ibu ..., peluk bayi." tapi anak ini begitu lucu, Lia tidak bisa pura-pura tak peduli padanya.

Kanaya_kez123 · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
15 Chs

Bab 6 : Tuan Duke

'Hitam ya?' pikir Lia, samar-samar Lia mengingat mimpi yang datang dikala Lia pingsan. Mimpi itu ..., bukankah agak sama kalau soal warna?

Ah, apasih, Lia terlalu berpikiran jauh. Celana dan sepatu kan memang kebanyakan warnanya seperti itu, jangan jadi liar Lia! 'Ikat anak pikiranmu yang semakin melayang-layang ini bodoh!' ujar Lia dalam hatinya.

"Ini minumnya ..., kau lagi lihat apa?"

"T-tidak!" Lia secara refleks menjawab gugup, lalu menggeleng dengan kencang membuat kepalanya jadi terasa pusing dan sakit. Sekali lagi Lia melakukan hal bodoh, yang tak bisa dirinya sendiri prediksi. Hal-hal sekecil kan, bisa jadi besar kalau terus ditumpuk—sama seperti ini, lama-lama akan jadi memalukan untuk dirimu sendiri.

"Hei! Jangan menggeleng terlalu kencang!"

Lia juga tahu, Lia lemah sekali rasanya.

"Ini minumnya lagi, habis itu ..., jangan lupa kau minum obatnya juga. Bisa minum sendiri kan? Nih, pegang obatnya juga,"

Lia rasa tangannya bergetar, saat menerima obat yang cukup banyak jumlah—gemetaran membayangkan rasanya pahitnya minta ampun—Lia paling tidak suka minum obat, di dunianya dulu juga begitu. Lia harus memastikan dan rajin olahraga, serta makan-makanan yang sehat agar dia tak sakit karena Lia tidak suka minum obat.

Obat adalah penemuan terobosan dunia medis, yang rasanya pahit.

Lia lebih suka sirup, tapi entah mengapa beranjak dewasa segalanya rasanya pahit dan rasa hambar dari sebuah mint terus yang Lia yang sering dapat dari Dokter.

Yah, karena Lia dianggap sakit 'amnesia' jadi Lia secara terpaksa harus mau tidak mau meminum obat agar aktingnya totalitas. Agar orang ini percaya, bahwa Lia masih istrinya dan agar orang ini juga tidak melakukan hal-hal buruk pada Lia—yang pengetahuannya pada dunia ini masih sangatlah minim. Lia juga harus bergantung pada pemilik rumah agar tak diusir, karena Lia sekali lagi tak punya pengalaman dan pengetahuan untuk hidup di dunia ini.

.

.

.

Selesai meminum obatnya, Lia hampir merasa mual. Pahit, pahit, pahit, pahitnya lebih pahit daripada obat di dunia Lia! Serasa makan daun mentah! Hoek, Lia tak bakalan tahan kalau diminta meminum obat macam ini terus-menerus, Lia bukannya kekanak-kanakan atau apa tapi ini benar-benar ....

"Sudah kan? Kau harus istirahat lagi, cuaca terik panas itu membuat tubuhmu jadi makin sakit," gumaman itu terdengar oleh Lia, selanjutnya Lia agak samar-samar mendengarnya. Tapi entah benar atau tidak, "kau benar, sejak melahirkan tubuhmu semakin rusak ya ...."

Suara itu kecil sekali, tapi mungkin karena hanya ada Lia dan Duke saja jadi agak kedengaran. Tapi Lia tidak tahu benar atau tidak hal itu, tapi ..., rasanya mendengarkan kata 'melahirkan' ya kan? Lia tak salah dengar bukan? Melahirkan artinya punya anak .... berarti dia

"Kamu bilang apa?" Lia dengan berani menatapnya, rambut pirang, mata merah ..., kali ini tampilan wajahnya terlihat. Wajah-wajah tampan khas-khas cowok yang biasanya ada di sebuah komik yang Lia baca untuk menghabiskan waktu luang. Wajah yang diidami perempuan sekali! Benar-benar seperti pahatan seorang masterpiece.

Tapi bukan itu, sekarang adalah waktunya memastikan omongannya. Wajahnya skip dahulu, karena Lia bisa melihatnya lagi nanti. Lagipula memandangi wajah orang itu tak baik, apalagi mata Duke ini yang bak singa menatap Lia secara tajam seperti silet. Membuat Lia jadi hampir berkeringat dingin, "aku cuma mau nanya ..., kamu tadi ngomong apa?"

"Aku ngomong apa ya?" si Duke itu malah menyeringai, seakan mempermainkan Lia. Padahal selangkah lagi, ayolah, ayolah dapat informasi.

"Aku dengar sesuatu tadi?" Lia bertanya lagi padanya, memastikan.

Duke itu malah menaikkan satu alisnya, "oh iya? mungkin halusinasi karena kau kelelahan ..., siapa tahu kan? Ah, karena kau lupa ingatan. Kau punya pelayan pribadi yang membantumu namanya Marry, aku pergi dulu."

Setelahnya dia pergi, berjalan dengan langkah ringan yang percaya diri meninggalkan Lia yang terdiam dan bertanya-tanya, mengapa. "Mengapa rasanya dia main-main padaku brengsek!" Lia marah-marah pada selimut yang tak salah apa-apa jadinya.

****

Baiklah, lupakanlah orang menyebalkan itu. Kini Lia harus memakai otaknya, melahirkan ya ..., ah benar! Ditinggalkan sendiri saat ini di kamar yang luas, membuat Lia jadi bisa berpikir jernih—apalagi setelah Lia selesai minum obat, yah obat yang setara dengan efek pahitnya yang menjijikkan—kembali lagi ke topik utama, melahirkan ..., melahirkan ...,

Lia ingat kemarin malam pokoknya kemarin saat Lia meminta buku-buku pada si pelayan itu

Ada anak kecil yang mendatanginya dan memanggilnya ibu kan?

Kalau begitu ..., ini jadi masuk akal. Kalau si Duke itu bilang melahirkan itu membuat tubuh rusak, memang melahirkan itu resikonya seperti itu. Tapi ..., seriusan? Ini sama sekali bukan bohong atau akal-akalan kan? Masa .... ah, mungkin yang kemarin itu anak pelayan? haha.

Mungkin Lia salah melihat karena gelap, betul itu betul, mungkin Lia salah lihat dan salah dengar. Baik lupakan, karena Lia cukup kelelahan dan sedang sakit. Lia akan lupakan semua masalah hidup dulu, baiknya memang Lia istirahat dulu sampai pulih.

Tapi ..., Lia menggigit bibirnya.

Lari dari kenyataan memanglah nyaman dan mudah dilakukan, namun nantinya akan berakibat buruk. Kalau Lia bisa menghadapi kenyataan mungkin akan berakhir lebih baik dari lari, baiklah .... Nanti Lia pikirkan lagi saja, nanti ..., Lia terasa mengantuk, sepertinya obatnya ada dosis efek samping yang bikin mengantuk hm?

****

Yang Lia lakukan beberapa hari di dunia ini adalah; makan, tidur, mandi, makan, tidur, oh iya minum obat, baca buku lagi diulangi terus yang bagian awal. Apalagi rasanya seperti menginap di hotel, dimana Lia tak perlu susah payah membersihkan kamar—karena tentu saja ada pelayan lain yang membersihkan, selain pelayan yang selalu ada di sisi Lia—lalu Lia tinggal makan saja, memerintah apapun seperti meminta buku dan kue diambilkan.

Dan yang lebih penting lagi,

Lia tidak membayar gaji para pelayan ini, si Duke itulah yang melakukannya. Lia seperti seorang tamu VIP saja, yang tinggal menikmati segalanya—Lia rasa Lia jadi agak merasa ..., bagaimana ya mengatakannya? Rasanya seperti pengangguran berkelas,

"Nyonya ini susu cokelat yang anda mau," pelayan pribadi Lia segera memberikan susu yang Lia minta, bahkan lengkap dengan cemilan kue kering lainnya—yang baru Lia lihat, rasanya tampilannya mirip seperti yang ada di dunia Lia. Mungkin rasanya juga sama?

Lia memakan satu, dan ..., "wah, ini benar-benar enak!"

"Ya Nyonya?"

Lia berdeham, "kuenya enak, kau mau juga? Sini duduklah di kursi, berdiri saja nanti pegal."

"Tapi ..., saya hanya seorang pelayan Nona. Tidaklah pantas bagi saya untuk duduk di kursi yang sama, dengan majikan saya yang punya status sangat tinggi daripada saya yang hanya orang biasa, "

Lia terdiam, di dunia mungkin strata sosial lebih ditonjolkan sampai segitunya. Padahal bagi Lia ini bukanlah masalah, karena Lia juga mau teman bicara yang duduk bersamanya—tapi Lia tidak punya.

Alih-alih membalas si pelayan yang terus berbicara meyakinkan Lia bahwa Lia, adalah seorang bangsawan dan dia adalah orang biasa, Lia berkata padanya; "namamu Marry bukan?"