Pria dengan setelan jas berwarna hitam itu membuka matanya dengan pelan. Beberapa daerah wajahnya terlihat kerutan. Mungkin karena dia sudah tidak muda lagi. Namun penampilannya begitu membius sebagian wanita yang ada di kota.
Josh berdiri dengan kesal sembari membersihkan debu di kedua lengan bajunya. Pria dengan rambut pirang dan rapi itu menatap jendela yang terbuka lebar. Tatapan mata birunya tajam. Batinnya sangat menginginkan gadis manis itu. Jihan adalah gadis yang sama sekali belum tersentuh olehnya. Ini sudah kali kedua Jihan berhasil kabur dari dirinya. Bodoh! Penjagaan yang ada di sini benar-benar teledor. Josh mengumpat dalam hati.
"Sial! Kenapa dia bisa kabur lagi dariku?" tanyanya sendiri. Ia berjalan dengan pelan melihat-lihat di dekat jendela. Josh juga memegangi tengkuknya yang terasa sedikit sakit akibat pukulan dari seseorang yang wajahnya tidak pernah ia lihat.
Josh dengan amarah di dalam dirinya. Kini keluar dengan wajah tegas dan sorot mata tajam. Sepatunya yang mengkilap terlihat begitu cepat bergerak. Sementara suasana kini terdengar begitu ramai. Musik yang berdentum dengan keras membuat Josh semakin ruwet pikirannya. Matanya mencari sebuah wajah yang ingin sekali ia tonjok. Josh berjalan dengan melewati beberapa gerombolan yang berjoget atau mabuk dengan gayanya.
Saat cahaya lampu lampu yang berwarna dan terlihat remang-remang. Josh masih bisa menangkap wajah sombong milik Jack. Wajah yang juga mata duitan itu.
Josh dengan cepat berjalan melewati orang-orang dengan kasar. Ia bahkan menyenggol beberapa orang yang sedang mabuk. Secepat kilat kedua tangan Josh beraksi. Ia menarik paksa lengan baju Jack lalu memukul tepat di hidung milik Jack dengan sangat keras. Hidung mancung itu berdarah seketika.
Jack dengan leher di penuhi tatto itu seakan sedang melayang. Ia merasakan sakit pada hidungnya. Tubuhnya seolah bergelantungan di udara. Jack sedang mabuk dengan asik namun ia malah mendapatkan tonjokan keras di Indra penciumannya.
"Maaf Pak, ada apa ini?" Kenapa saya di tonjok seperti ini?" tanya Jack dengan setengah sadar. Ia menghapus darah yang keluar dari lubang hidungnya.
"Dasar bodoh! Kenapa gadis itu bisa kabur lagi, Hm? Sini kembalikan uangku semuanya!" bentak Josh dengan keras.
"Tidak-tidak jangan seperti itu, Pak walikota. Ini semua pasti akan selesai dengan cara yang baik," Kedua telapak tangan Jack menghadap ke wajah Josh. Jack sangat ketakutan kalau sampai uangnya di ambil kembali.
Josh sudah sangat heran terhadap pria bertato di lehernya itu. Ia menonjok kembali beberapa kali tubuh Jack dengan keras. Setelah ayah dari Jihan itu tersungkur lemas di lantai. Kini Josh mulai merasa lebih lega karena kemarahannya sudah ia lampiaskan.
Pria yang biasa menjual gadis-gadis itu kini bermata lebam. Sudut bibirnya beradarah. Wajahnya terlihat berminyak disertai warna keunguan dan merah di sekitar wajahnya. Ia benar-benar babak belur telah di hajar walikota. Sementara orang-orang di sekitarnya hanya memandang kasihan wajah Josh yang sudah sangat kasihan sekali.
Kini datanglah Boy dengan badan besarnya langsung membuat orang-orang menyingkir. Boy asisten di sertai bodyguard walikota itu kini berbisik tepat di telinga tuannya.
"Pak, Walikota. Lebih baik kita segera pergi. Jangan sampai kau membuat Jack mati. Reputasimu mungkin akan hancur," seru Boy dengan mata tajam melihat sekelilingnya.
Kini walikota itu segera merapikan jas dan langsung pergi dengan cepat bersama Boy.
Sementara dua anak buah Jack berusaha membantu bosnya untuk berdiri. Namun pria dengan rambut yang hampir putih semuanya itu mengelak untuk di bantuk. Ia sangat amat marah dengan Jihan saat ini. Kenapa anak gadisnya itu bisa kabur?
Jack berdiri dengan usahanya sendiri. Meski perut dan wajahnya terasa sama-sama sakit. Ia lalu berjalan dengan lemah melewati gerombolan orang yang tadi menonton dirinya di aniaya. Sementara dua orang anak buahnya mengikuti bosnya dari belakang dengan saling menyalahkan.
"Ini semua gara-gara kau wajah Asia!" kata anak buah dengan kulit hitam pekat itu.
"Enak saja kau! Apeslah, kita akan di marahi bos pastinya. Sial!" keluh pria dengan kulit putih mulus itu.
Sementara Jack kini sudah berada di sebuah kamar yang tadinya di sewa oleh walikota. Ia melihat kamar tidak berantakan. Namun sayangnya jendela itu terbuka dengan lebar.
"Sial! Kenapa Jihan bisa kabur? Pasti pria itu yang sudah membawa Jihan kabur," kata Jack dengan menendang keras sofa.
Pria dengan tatto di lehernya itu berbalik dengan wajah geram melihat kedua anak buahnya itu.
"Kenapa kalian tidak becus memukuli pria itu, hm?" tanya Jack dengan keras menarik kedua kerah baju anak buahnya.
"Maaf, Bos. Kita padahal sudah memukul sampai dia pingsan," ucap Si kulit putih itu dengan wajah ketakutan.
Kini Jack melepas kedua tangannya dengan keras. Ia berkacak pinggang sambil berpikir keras. Wajahnya terlihat serius sekali.
"Aku tidak akan membiarkan uang yang sudah di kasih walikota akan di ambil lagi. Enak saja! Aku harus bertemu walikota lagi untuk mengurus ini semua," ucapnya dalam hati.
Ia menatap kedua anak buahnya dengan tatapan serius.
"Kalian berdua harus merencanakan pertemuan aku dengan walikota. Aku tidak mau tahu bagaimana caranya. Kalian harus bisa melaksanakan tugasku!" sembur Jack dengan amarah yang membara.
Kedua anak buahnya kini mengangguk dengan tegas.
"Siap, Bos!"
Sementara walikota Josh kini sudah berada di jok mobil mewahnya. Boy mengendarai mobil dengan fokus. Ia sedikit ketakutan sebenarnya kalau tuannya sudah marah seperti ini.
"Siapa pria itu? Seseorang memukulku dari belakang hingga membuat aku pingsan di kamar itu," kata Josh dengan wajah berpikir keras.
"Mungkin pria itu adalah kekasih Jihan. Jadi dia berusaha menyelamatkan Jihan," kata Boy pria berbadan besar itu dengan dugaannya.
"Sial!" seru Josh memicing.
"Aku rasa kau harus membawa Jihan ke tempat yang jauh. Maksudku, kau sewa saja gadis itu selama beberapa hari di luar kota. Mungkin kau bisa pergi ke capadocia atau Maldives. Disana pasti kau bisa bersenang-senang dengan gadis itu," kalimat yang keluar dari mulut sang bodyguard membuat walikota itu tersenyum penuh misteri.
"Kau benar, Boy. Kenapa juga aku tidak memikirkan hal itu dari awal saja. Hahaha, Jihan, Jihan. Kau tidak akan bisa lari dariku," seru Josh walikota hidung belang itu dengan licik.
Sementara Boy tersenyum melihat tuannya sedikit reda amarahnya.
"Tetapi sebelum itu kita harus mencari Jihan terlebih dahulu. Aku rasa mungkin akan sedikit susah. Karena pastinya dia sudah kabur lalu bersembunyi di tempat yang aman. Mengingat dia pernah kabur sebelum ini," seru Boy dengan mata menyipit.
"Benar juga apa katamu. Ya tapi tenang saja. Aku akan mengerahkan seluruh tim yang aku punya untuk mencari Jihan," kata Josh dengan percaya diri sambil merapikan dasi miliknya.