"Ya Tuhan, aku.melepakan sesuatu," ucap Jihan dengan kaget. Aku segera menekan rem dengan kakiku.
"Apa yang kau lupakan? Apa ponselku ketinggalan di sana?" Tanyaku dengan cepat.
"Tidak tidak, bukan. Aku melupakan tasku. Di tasku ada barang barang penting,"
"Dimana tas itu? Apa kita harus kembali ke ruang bawah tanah?" Tanyaku bingung.
"Tas itu ada di rumah. Aku rasa begitu. Mungkin ada di ruang tengah. Bisakah kita ke rumahku dulu?" Kata Jihan dengan wajah memohon.
"Ha? Kau yakin? Aku tidak yakin kita akan berhasil. Kalau sampai terlibat oleh ayahmu bagaimana? Kau bisa di bawa ke ruang bawah tanah lagi pastinya. " Kataku dengan cemas.
"ya aku mohon Aslan. Bawa aku ke rumahku. Aku janji tidak akan bertemu dengan ayahku. Aku akan bekerja dengan baik baik untuk menemukan tasku.,"
"memangnya apa isi tas itu? Uang? Aku bisa memberikan uang kepadamu. Eh maaf. Maksudku jika kau membutuhkan itu aku siap," ucapku agar dia merasa nyaman.
"Bukan uang saja. Tapi ada yang lain juga. Pokonya tas itu sangat penting sekali. Ayo kita balik arah," ucap Jihan.
Aku langsung saja menurut dengan apa yang di katakannya. Karena aku takut dia akan kecewa denganku kalau aku tidak menuruti perintahnya. Aku juga kasihan keoadanya. Aku sangat berharap Jihan bisa berhasil mendapatkan tas itu di rumahnya.
"Bisakah kita lebih cepat?" Tanya Jihan dengan sopan.
Aku segera menekan gas lebih cepat menuju ke rumah Jihan. Kini setelah beberapa menit. saat sampai di halaman rumah Jihan. Aku sangat deh degan.
Jihan melihatku dengan tajam.
"Aslan. Aku pasti bisa. Kau doakan aku ya," kata Jihan dengan lirih.
Kini aku bisa melihat Jihan yang berjalan mengendap-endap dengan penuh kehati-hatian. Langkah Jihan panjang agar cepat sampai ke rumahnya. Jihan mulai menuju ke belakang rumah dan kini aku sudah tidak bisa melihat dia lagi.
Ya Tuha, bagaimana ini. Aku sangat khawatir dengan Jihan. Kenapa gadis itu sangat keras kepala. Tapi dia juga sangat berani sekali. Mungkin dia lebih berani di banding dengan aku. Sungguh Jihan sangat kuat. Mungkin karena selama hidupnya penuh dengan tekanan jadi dia terbentuk kuat mentalnya. Dia sangat ingin menginginkan apa yang di inginkannya.
Kini aku melihat Jihan yang berlari menuju ke arahku dengan berjoget mengangkat kedua tangannya yang memegang tas. Ya Tuhan dia berhasil mendapatkan tasnya sendiri. Aku sangat senang melihat senyuman lebar itu. Kenapa dia harus berlari sih. Kalau sampai Jack melihat bagaimana. Ya Tuhan Jihan kau sangat lucu sekali.
"Huh, akhirnya aku bisa mendapatkan tasku," seru Jihan dengan wajah lelah pura-pura. Dia bersender di kursi dengan nyaman.
"kau berhasil ternyata. Itu sangat sulit kan?" tanyaku melihatnya. Aku melajukan mobil dengan cepat.
"Iya sangat sulit. Tapi aku melihat ayahku yang tertidur pulas. Dia sangat pulas sekali. Jadi aku dengan mudah masuk ke dalam dengan lewat jendela hahaha ," Jihan tertawa lepas.
"Kau hebat Jihan!" pujiku sambil tersenyum kepadanya.
"Tidak sehebat dirimu. Kau bahkan bisa menyelamatkan aku yang ada di ruang bawah tanah," seru Jihan dengan mengangkat kedua bahunya.
"Kau hebat!" Tangannya menepuk keras pundakku. Keras sekali bahkan. Aku rasa dia sangat bahagia sekarang.
Kini suasana berubah menjadi hening. Jihan tidak bersender lagi di kursi mobil. Dia duduk sambil melihat jalanan di depan. Aku berniat untuk menuju ke hotel. Maksudku aku tidak mengajaknya macam-macam. Aku hanya ingin dia tinggal di hotel untuk sementara waktu. Karena aku yakin kalau dia tinggal di rumahku pasti ibu tidak suka. Nanti ibu mengusir Jihan lagi.
"Aku turun di depan ya? Tepat di depan halte itu," ucap Jihan dengan menunjuk ke arah sana.
"Ha?" aku kaget. Mksudnya apa? Dia akan menggunakan bus.
"memangnya kau mau kemana?" tanyaku melihat Jihan sebentar lalu fokus lagi ke jalanan.
"Aku akan ke stasiun dengan menggunakan bus. Aku akan langsung pergi ke kota," seru Jihan.
"Hah? Jangan dulu. Maksudku kau harusnya beristirahat dulu. Aku berniat mengantarkanmu ke hotel agar kau bisa beristirahat disana," seruku dengan cepat. Aku membuat mobil berhenti dan melihatnya wajahnya dengan serius.
"Kau mau membawaku ke hotel?" tanya Jihan dengan membenarkan rambutnya ke telinga.
"Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kau istirahat saja. Nanti aku akan pulang ke rumahku. Lagi pula ini kan sudah malam sekali. Tolonglah, kau mau kan? Aku tidak ingin terjadi hal buruk lagi padamu," ucapku serius.
Jihan berpikir dengan melihat ke arah yang berbeda lalu mengulum bibir dan dia mengangguk paham.
"Syukurlah, untung saja kau kau mau," ucapku lalu dengan cepat menuju ke hotel. Aku tidak mau Jihan berubah pikiran lagi.
Setelah di hotel. Aku berkata padanya agar dia berjaga diri dan kalau ada apapun dia bisa telfon ke nomorku.
"Sampai jumpa kembali ya," ucap Jihan.
"Pokoknya kalau kau mau pergi. Kau harus berkabar kepadaku. Jangan seperti waktu itu. Kau di rumahku dan kau pergi tanpa pamit," ucapku dengan tersenyum.
"Oke baiklah, bye," ucap Jihan lalu melambaikan tangan dan dia tersenyum lalu menutup pintu kamar dengan rapat-rapat.
Aku harap dia baik-baik saja di hotel. Semoga Jack tidak akan menemukan kembali keberadaan Jihan.
Aku berjalan menuju keluar hotel. Tiba-tiba ponselku berbunyi aku segera melihatnya.
Ternyata ibuku meneleponku.
"Iya, Bu. Ada apa?" tanyaku sopan.
"Ada apa bagaimana? Kau bisa melihat jam tidak heh? Ini sudah malam. Kau pasti sedang bersama wanita itu ya?" seru ibuku dengan cerewet .
Aku duduk di mobil sambil melakukan mobilku.
"Bu, aku sedang dalam perjalanan pulang. Kau tidak.usah mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja, Bu," jawabku dengan tegas.
"Kau habis menyewa gadis itu di hotel ya?" tanya ibuku dengan suara serius.
"Ya Tuhan, Bu. Aku tidak mungkin melakukan itu, Bu. Aku bahkan tidak pernah minum alkohol. Sudah ya Bu. Aku lagi menyetir mobil," ucapku lalu segera menutup ponselku.
Huh, aku benar-benar kesal dengan ibuku. Bagaimana mungkin dia menuduh aku seperti itu. Aku kan anak baik dan berprestasi. Kenapa sih ibuku sangat tidak suka dengan Jihan. Apa karena Jihan adalah seoranng kupu-kupu malam? Tapi sekarang dia kan sudah tidak menjadi perempuan seperti itu. Dia sedang dalam masa pelarian dari dunia gelap. Aku tentu harus berada di sampingnya. Karena aku merasa sangat dekat dengannya.
Setelah beberapa blok toko aku lewati. Aku merasa mengantuk. Ya aku segera membuka mataku kembali dengan lebar tidak seperti sebelumnya. Aku menghembuskan nafas keras agar tidak mengantuk. Sebentar lagi rumahku kan dekat dari sini.
Tiba-tiba di jalan yang sepi. Ada yang menghadang mobilku di depan sana. Aku sangat kaget sekali. Siapa sebenarnya mereka. Apa mereka adalah suruhan dari Jack. Sial!