"Aku tidak kemana mana kok, aku hanya di rumah saja," ucapku dengan takut. Karena wajah Justin benar benar membuatku berdebar saja.
"Kau tidak kemana-mana tapi kenapa kau tidak mengirim pesan kepadaku?" Tanya justin dengan tegas. Wajahnya menyoroti aku seolah aku adalah mangsa baginya.
"Aku berpikir bahwa kau sedang marah. Jadi aku takut menghubungimu. Aku rasa kau ingin sendiri dulu," jawabku dengan jujur.
"Oh, jadi kau sengaja tidak menghubungi aku. Padahal kau tahu sendiri bahwa semalam status sosial mediaku itu sedang galau semuanya. Tapi kau tidak peduli denganku. Ya Tuhan, aku benar benar tidak tahu apa kau masih mencintai aku atau tidak," kata Justin dengan nada putus asa.
Aku langsung saja mendekat kepada Justin. Aku dudu tepat di sampingnya dengan menempelkan lengan atasku pada lengannya. Kulihat wajah Justin dari samping. Dia tampak benar benar marah.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com