webnovel

Peristiwa Buruk dan Rencana yang Gagal

Semua raut wajah yang tengah menunggu di kursi panjang itu terlihat begitu khawatir terlebih lagi dengan dokter yang masih belum memberikan kabar.

Takut terjadi sesuatu dengan putrinya dan masih setia menunggu.

"Tante yang sabar ya, aku yakin rumah sakit ini pasti akan memberikan yang terbaik untuk Anya," ucap Ando menenangkan. Terlihat begitu jelas raut wajahnya khawatir dan takut jika terjadi sesuatu dengan putrinya, bahkan sampai rela meninggalkan pekerjaan karena memang anak lebih penting dari apapun.

Hanya ada Ando dan Bunda Anya yang menunggu kabar baik dari dokter tentang Anya dan kedua orang tua Ando sedang terbang ke Inggris untuk mengundang keluarganya yang sebagian besar tinggal di sana.

Sekian lama mereka menunggu dan akhirnya pintu ruangan terbuka.

"Bagaimana keadaan putri saya?" tanyanya.

"Dia baik-baik saja, benturannya memang sedikit kencang namun untungnya tak terjadi apapun terhadap pasien. Tapi saya hanya memastikan jika pasien mengalami benturan lagi saya memprediksi kalau hal buruk akan terjadi," ujar dokter tersebut menjelaskan.

"Baik saya paham dok, kalau begitu apakah kami sudah boleh diizinkan untuk masuk ke dalam?" tanya Ando yang mengerti maksud dokter tersebut karena mereka memang memiliki profesi yang sama.

"Ya silahkan, kalau begitu saya permisi." Dokter tersebut pergi meninggalkan Ando dan Bunda Anya. Setelah mendapatkan izin kalau mereka boleh menjenguk Anya.

Tatapan tidak kuat membuat sang Bunda lemah, semuanya salah dia seharusnya dia tidak membiarkan hal buruk terjadi terhadap putrinya. Tidak lama kemudian Anya membuka kedua matanya secara perlahan sambil mengerjapkan beberapa kali.

"Bunda, aku kenapa? Terus kenapa aku ada disini?" tanyanya dengan bingung.

"Kamu tadi jatuh dari tangga sayang, terus bagaimana keadaan kamu? tanya Bundanya sehingga membuat Anya mengerutkan keningnya.

Rupanya dia terjatuh, namun saat melihat raut wajah khawatir sang Bunda membuat Anya mengambil sebuah kesempatan berkaitan dengan pernikahannya yang akan terjaga dalam beberapa Minggu lagi. Entah itu akan berhasil atau tidak dan Anya harus mencobanya.

"Argh... kepalaku sakit," ucapnya berteriak sambil memegang keningnya.

Sontak mendengar suara Anya yang meringis kesakitan membuat sang Bunda semakin khawatir akan tetapi tidak untuk Ando yang justru terbingung.

"Bukankah yang terbentur kepala bagian belakangnya? Tapi kenapa dia meringis kesakitan dengan memegang keningnya?" tanya Ando dalam hati karena merasa ada yang tidak benar dengan Anya, apalagi dia adalah seorang dokter tentu saja tak bisa dibohongi mengenai penyakit.

"Apa yang sakit sayang? Cepat Ando kamu panggil dokter!" ucap Bunda Anya memerintahkan Ando untuk memanggil dokter.

"Jangan Bunda! Arghhh... aku baik-baik saja, hanya kepalaku sedikit sakit. Lagi pula memanggil dokter terlalu lama, disini ada dokter Ando kan," jawab Anya dengan mengedipkan salah satu matanya sehingga membuat Ando berpikir kalau Anya sedang berpura-pura kesakitan.

"Iya, cepat Ando kamu periksa Anya!" Begitu polos Bunda Anya itu karena pada saat ini Anya tengah membohonginya dalam keadaannya yang sedang sakit ini dan itu semua dia lakukan untuk membatalkan pernikahan yang akan dilakukan dalam kurun waktu cepat.

Ando mengangguk sehingga membuat Anya tersenyum tipis karena dia merasakan kalau Ando menyetujuinya dan melaksanakan perintahnya.

Kini Ando sedang memeriksa Anya namun tanpa alat hanya dengan tangan kosong. "Sepertinya Anya baik-baik saja Tante," jawab Ando namun justru jawaban Ando membuat dia mendapatkan pukulan yang tak begitu sakit.

Bugh!

"Aduh, kok Tante pukul Ando?"

"Salah kamu sendiri, masa mengatakan kalau Anya baik-baik saja. Tadi tidak melihat dan mendengar kalau dia sedang kesakitan?" cetus Bunda Anya kepada Ando.

Ando tersenyum hanya dalam beberapa detik saja, "Tante aku mengatakan baik-baik saja karena Anya terbentur pada bagian belakang bukan kening," jawab Ando sambil menahan tawanya melihat Bunda Anya yang terlihat mudah sekali dibohongi. Ando bahkan tak sabar melihat raut wajah berubah Anya dalam hitungan detik ketika mendengar jawaban Ando.

"Gila nih Om tua, gak bisa diajak kerja sama," celetuk Anya dalam hati. Sedangkan Anya yang saat ini tak berani menatap Bundanya karena tatapan yang menyipit dan tajam.

"Dasar anak kurang ajar, kamu berbohong pada Bunda?" ucap Bunda Anya dengan mengambil tasnya yang berada di atas meja.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Arghh... Bunda ampun!" Anya meminta ampun ketika sudah diberikan pelajaran oleh Bundanya. Tanpa peduli tas itu berharga mahal atau betapa cantiknya tas tersebut, namun Bunda Anya masih saja memukul Anya.

Padahal baru saja tadi Anya ingin meminta pernikahannya untuk dibatalkan dahulu sampai Anya sembuh total dari penyakitnya karena dia tahu betapa tegasnya sang Bunda. Jika Bundanya berkata dan memerintah maka dia harus menjalankannya.

Melihat Bunda yang sudah tak memukul membuat Anya kesal, apalagi dengan Ando. Bukankah rencana ini Ando harus mendukungnya karena keduanya tak ingin menikah?

Tatapan tajam Anya pada Ando sudah seperti ingin membunuhnya saja.

***

Anya terlihat begitu bosan, dia hanya berada di dalam ruangan ini dan ingin bergerak saja kesulitan.

Dirinya harus benar-benar beristirahat karena dalam beberapa Minggu dirinya akan menikah. Bukan karena tidak ingin menikah namun dia tak memiliki cinta.

"Bagaimana caranya ya? Pernikahan akan terlaksana lagi," ucap Anya dan tidak ingin membayangkan pernikahan mereka.

Dia yang sedang berpikir mencari cara dan tidak lama kemudian pintunya terbuka.

Yang dilihat Anya adalah Ando, ya kedatangan Ando justru membuatnya tambah kesal dan emosi.

"Mau apa kamu kesini? Sana pergi aku tak ingin melihat wajahmu bahkan jika kita menikah nanti aku akan.... "

"Akan apa?" Pertanyaan seseorang yang dia kenal membuatnya terkejut dan tidak lama kemudian Bundanya datang masuk lebih dulu pada ruangan anaknya.

"Lagi pula Bunda yakin kalau pernikahan kalian itu akan bahagia," ucap sang Bunda.

Namun Anya tak peduli jika dia bahagia atau tidak karena dirinya memang belum ingin menikah.

"Sudah jangan banyak bicara lagi kamu Anya, Bunda ingin kamu dijaga oleh Ando." Ucapan Bundanya membuat Anya membulatkan matanya.

Bagaimana bisa dia dijaga oleh orang yang membuatnya kesal, dirinya yang tidak akur dengan Ando pasti bukannya membuat Anya membaik justru memburuk. Sedangkan Anya hanya diam saja, dia tidak mungkin menolak karena rasanya sangatlah percuma saja.

"Ando tolong jaga Anya untuk Tante ya, kalau begitu Tante pergi karena ada urusan," ucap Bunda Anya kepada Ando.

Anya yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas, dia yang melihat kalau Bundanya sangat mempercayai Ando terlihat begitu jelas dari raut wajahnya. "Lihat saja aku akan membuat rasa percaya Bunda sama Ando hancur lenyap seketika," ucapnya dalam hati sambil memandang Bundanya dan Ando yang saat ini tengah berbicara bisik-bisik dan tak mempedulikan dirinya. Anya yakin kalau mereka berdua tengah membicarakan Anya.

"Selalu saja tidak memperhatikan," ucap Anya pelan dan sontak langsung saja menjatuhkan gelas yang berada di atas meja.

Crank!