webnovel

Bersinggah Dengan Hati yang Duka

Pintu yang telah terkunci terlebih lagi dengan rasa khawatirnya yang semakin bertambah ketika mendengar suara teriakan yang terus dia dengar.

"Anya ada apa? Apa yang terjadi di dalam?" tanyanya dari luar sambil mengetuk-ngetuk pintu.

Genta yang bertanya namun tak mendapatkan jawaban dari dalam sehingga membuat dirinya terpaksa mendobrak pintu.

Brak!

Pintu kini terbuka karena Genta yang mendobraknya dengan kuat menggunakan tubuhnya. Pertama kali yang dia lihat adalah Anya yang tengah memegang sebuah sapu dengan wajah yang ketakutan.

Genta pun berlari mendekati Anya, "Anya kamu kenapa?" tanya Genta sambil menyentuh pundak Anya.

Sedangkan Anya terdiam, namun secara tiba-tiba matanya membulat seketika dan dia justru berpindah posisi bersembunyi di belakang tubuh Genta.

"Anya ada apa?" tanya Genta yang menjadi semakin khawatir.

Anya menunjuk ke arah lantai dengan jari telunjuknya, Genta pun mengikuti arah yang ditujukkan oleh Anya dan Genta terdiam sejenak menatap sesuatu yang membuat Anya takut dan dalam hitungan detik dia tertawa terbahak-bahak.

"Aku pikir kamu dalam bahaya Anya dan ternyata kamu berteriak seperti orang ketakutan itu hanya karena sebuah kecoa?" ucap Genta dengan tertawa.

Anya menajamkan tatapannya kepada Genta yang sedang menggodanya. Sedangkan Genta yang mendapatkan tatapan maut oleh Genta justru membuatnya semakin tertawa terbahak-bahak.

"Sekali lagi kamu menertawakan aku maka aku tidak akan segan-segan membunuhmu," cetus Anya dengan sorot mata yang tajam.

Genta mengehentikan tawanya, dia tahu kalau ucapan Anya tidak main-main walau sekali pun dia adalah temannya. "Sebagai permintaan maaf, aku akan mengambil kecoa itu untukmu," jawab Genta sehingga membuat Anya membulatkan matanya.

"Kamu gila? Sudah tahu aku takut," cetus Anya sambil menatap Genta dengan tajam.

Genta yang bukannya takut, lagi dan lagi dia terkekeh. "Maksudnya aku akan membuangnya untukmu," jawab Genta dengan menggelengkan kepalanya.

Genta pun berjalan mendekat dan mengambil kecoa yang tengah bergerak-gerak ke segala arah. Anya yang tengah menatap Genta merasa jijik dengan apa yang dilakukan Genta, namun dia sedikit tersenyum karena apa yang Genta lakukan.

"Ini untukmu!" Genta mengarahkan kecoa yang ada di tangannya ke hadapan Anya.

Plak!

Anya menampar wajah Genta dengan sangat kencang, dia yang terkejut karena Genta dengan sengaja memberikan kecoa kepadanya padahal tahu kalau Anya takut dan menjerit karena hewan itu.

"Anya.... " celetuk Genta dengan membulatkan matanya.

"Jangan salahkan aku, salahkan diri kamu sendiri," jawab Anya tanpa rasa bersalah dan masuk ke dalam rumahnya.

Kepergian Anya membuat Genta mengepalkan tangannya. "Dasar tidak tahu diri," cetus Genta dengan kesal dan langsung saja melangkah keluar.

***

Ando yang sudah bertekad untuk menolak perjodohan itu namun setelah melihat kondisi Ayah Anya menjadi merasa kasihan.

Orang tua mana yang tidak ingin melihat putrinya bahagia bersama seorang pria yang terbaik walau terlihat caranya salah.

"Sepertinya dengan amat terpaksa aku harus menerima perjodohan ini, jika aku benar-benar menolaknya aku adalah pria bodoh yang tak memiliki perasaan melihat seorang Ayah terkapar lemas," ucap Ando yang sedang memikirkan keputusannya.

Ando yang tengah berjalan menuju ruang rawat Ayah Anya, dia pergi ke rumah sakit itu sendiri setelah tugasnya usai, sedangkan orang tuanya tak mengetahui keputusan ini yang mereka tahu adalah Ando tetap menolak perjodohan tersebut.

Dia yang sudah berdiri di depan ruangan, dan sebelum masuk ke dalam dirinya mengambil nafas.

Ceklek!

Pintu telah dibuka oleh Ando, dia menatap seorang pria yang sudah berumur namun wajahnya terlihat muda.

"Om," ucapnya menyapa.

"Kamu datang Ando, ada apa?" tanya Ayah Anya dengan wajah yang terlihat pucat.

Ando tersenyum dan saat dia ingin menjawab tiba-tiba saja Ayah Anya kejang-kejang.

"Om...Om... kenapa?" ucap Ando bertanya dengan raut wajah yang panik.

Dia yang berprofesi sebagai seorang dokter langsung saja menangani dan memeriksa apa yang terjadi terhadap Ayah Anya. Untungnya Ando membawa alat-alat yang biasa dia gunakan dan dia tidak mungkin memanggil dokter yang memang merawat Ayah Anya karena baginya itu memakan waktu yang lama dan dia tidak mungkin membiarkan itu sebab akan berakibat fatal.

Ando yang tengah memeriksa dan bernafas lega ketika Ayah Anya sudah tidak lagi kejang-kejang.

"Om tidak apa-apa? Bagaimana keadaan Om sekarang?" tanya Ando dengan lembut.

Ayah Anya menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja, bolehkah saya meminta sesuatu?"

Ando menganggukkan kepalanya, sepertinya dia tahu apa permintaan Ayah Anya.

"Saya takut jika tidak bisa berada di samping Anya lagi, saya tahu kamu pasti terpaksa Ando dengan perjodohan ini tapi Om hanya ingin anak Om mendapatkan pria yang terbaik. Saya bermohon kepada kamu untuk menerima perjodohan ini, ucapnya panjang.

Ando terdiam, apa yang diucapkan oleh Ayah Anya sudah dia duga kalau membicarakan mengenai perjodohan. "Aku datang mengubungi Om memang untuk membicarakan mengenai perjodohan ini." Ucapan Ando membuat Ayah Anya mengerutkan keningnya. "Om tidak usah khawatir karena Anya akan aku jaga dan aku akan menrima perjodohan ini," jawab Ando dengan tersenyum.

Senyuman juga ikut terbit pada wajah Ayah Anya setelah mendengar pertanyaan dari Ando. Tidak lama kemudian kedua orang tua Ando datang.

Ceklek!

"Ando apa yang akan kamu katakan?" tanya Ayah Ando dengan menatap tajam dan Bunda Ando yang tampak khawatir dengan putranya takut berbicara buruk.

"Aku tidak mengatakan apapun. Ayah... Bunda... aku akan menerima perjodohan yang kalian buat." Ucapan tiba-tiba Ando membuat kedua orang tuanya terkejut.

Mereke semua tampak bahagia namun tak mengetahui kalau kedua anak mereka merasa tersiksa.

"Dimana Anya?"

Pertanyaan Ando membuat mereka semua saling tatap.

Sedangkan Ayah Anya menekuk wajahnya sehingga menimbulkan tanya karena wajahnya yang terlihat murung.

"Ada apa?" tanya Bunda Ando.

"Anya kabur dari rumah dan ini semua salah saya."

***

Anya yang tampak bingung bagaimana caranya agar dirinya tak dikenali. Dia sangat yakin kalau sang Ayah memerintahkan para anak buahnya untuk mencari Anya dan membawa kembali.

Cukup bagi Anya dirinya diatur seperti seekor ular dalam kandang.

"Kenapa kamu Anya?"

Kedatangan seseorang membuat Anya terkejut. "Kalau masuk ke sini pakai bilang permisi gitu Genta," cetus Anya.

"Iya... iya... maaf," jawab Genta dengan terkekeh geli melihat wajah lucu Anya. "Kamu kenapa melamun?"

"Aku sedang memikirkan bagaimana caranya menyamar agar tak dikenali oleh Ayah dan anak buahnya," Anya meratapi nasibnya yang malang ini.

Sikapnya yang dinilai buruk kepada orang lain tapi bagi Anya dia tak terlalu mempedulikan itu sebab orang lain tak begitu mengetahui bagaimana dirinya.

"Itu sangat mudah bagiku," jawab Genta dengan tersenyum.

Anya menatap Genta dengan tatapan bertanya, Apa maksud dari ucapan Genta itu?