webnovel

Keluarga!

"Geaaa....!!! Bangun buruan, jam berapa nih hah?"

Dion berteriak sangat keras didepan pintu kamar saudara perempuannya. Dia kesal karena gadis itu tak kunjung bangun dari tidurnya. Ketika akan mengetuk tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan sosok gadis cantik dengan rambut acak-acakan sambil menguap. Dion yang berada tepat didepannya langsung memukul kening Gea membuat gadis tersebut melototkan mata.

"Apa sih? Pagi-pagi udah teriak nggak jelas, ganggu orang tidur aja!"

"Buruan siap-siap, kita mau balik ke Indonesia. Papa sama yang lain udah nunggu lu dibawah sana. Kebo banget jadi cewek, begadang terus sih."

"Serius kita balik sekarang?"

Dion mengabaikan pertanyaan saudaranya, dia berjalan pergi meninggalkan Gea tanpa berkata apa-apa. Beberapa saat kemudian Gea pun turun menghampiri seluruh keluarganya. "Pah, kalo kita balik terus sekolah di sini gimana?"

"Papa udah urus semuanya kemarin. Dan di sana juga udah ada rumah buat kalian tinggal," jawabnya sambil tersenyum.

"Loh rumah baru? Emangnya punya kita yang lama kemana? Itu kan masih bagus, selalu diurus juga sama asisten di sana."

"Sudah Papa berikan sama keluarga Mama kamu, Tante Iren juga keluarganya yang menempati, maka dari itu Papa beli baru buat kalian berlima. Tenang aja Papa udah nyari asisten, supir, tukang kebun sama chef. Kalo ada yang kurang bilang aja, okay!"

"Berlima?" tanya Leon sembari mengernyitkan dahi. Bright yang merupakan Papa mereka pun menjelaskan jika dia hanya akan tinggal seminggu di sana bersama anak-anaknya, setelah mengurus semua dia kembali lagi ke luar negeri. Mendengar jawaban dari seperti itu jelas membuat lima remaja tersebut kecewa.

Malas berdebat, semuanya hanya menurut apa yang Bright katakan. Usai berbincang-bincang, mereka pun pergi menuju bandara. Beberapa jam berlalu, Gea berserta para saudaranya sudah sampai di tempat tinggal baru. Matanya terbelalak melihat penampakan rumah yang sangat-sangat besar nan mewah. Cio bertepuk tangan kagum dan langsung berlari membuka pintu.

Lagi dan lagi semuanya dibuat terkejut oleh sang Papa. Butuh banyak uang untuk membeli atau membangun rumah seperti itu. Walau mereka tahu, Papanya itu seorang milyarder di negara X.

"Apa ini nggak kebesaran yah buat kita berlima? Terlalu berlebihan mending yang cukup-cukup aja deh, ini mah bisa buat sekeluarga bahkan lebih."

"Udah jangan banyak tanya, lebih baik kalian istirahat besok Papa akan antar ke sekolah baru untuk mendaftar." Lima remaja itu menganggukkan kepala, mereka diantarkan ke kamar masing-masing oleh salah satu asisten.

Sebelum masuk ke dalam, Gea terlebih dulu merogoh sakunya mengambil ponsel. Dia memberitahu teman yang ada di negara X bahwa dirinya baru saja sampai di negara Mamanya.

Pukul 18.00, tiga orang asisten naik ke atas memanggil tuan dan nona muda. Mereka diminta turun untuk makan malam bersama oleh tuan besar.

Tanpa sepengetahuan yang lain, ternyata Gea dengan Leon pergi dari rumah. Mereka berdua merasa bosan dan memutuskan berjalan-jalan sebentar. Tahu kedua anaknya tidak ada, Bright hanya bisa menghela napas.

Di pinggir jalan terdapat dua orang anak kecil yang berdiri bersama tiga lelaki dewasa. Raut wajah mereka nampak ketakutan dan juga terlihat tengah memberikan sesuatu pada tiga orang tersebut. Gea yang melihat langsung berjalan menghampiri lalu bertanya.

Namun, pertanyaannya itu tidak digubris sama sekali oleh tiga lelaki dewasa di depannya. Gea menyunggingkan bibir setelah tahu bahwa para anak kecil tersebut tengah dimintai uang secara paksa. Dengan cepat Gea merebut kembali uang itu sambil memasang wajah datar.

Salah satu dari mereka melayangkan tangannya ke arah Gea. Untung saja Leon segara menahan, sama seperti sang saudara, dia memasang wajah datar lalu meminta maaf. Setelahnya menarik tangan Gea menjauh dari sana dan melarang untuk ikut campur urusan orang lain.

Mendengar ucapan Leon, langkah Gea langsung terhenti. Gadis itu menatap tajam cowok di depannya. "Maksud lu, gue harus diem doang gitu lihat anak kecil yang dipalak sama mereka?"

"Bukan urusan kita, ayo pulang!"

"Ck! Pengecut lu, kalo nggak mau bantu sana balik sendiri, gue masih mau bantu anak-anak itu."

Tanpa berkata-kata Leon membalikkan badan, berjalan menuju anak kecil dan tiga lelaki dewasa tadi. Cowok itu langsung memukul ketiganya dan mengambil uang yang dirampasnya lalu menyuruh para anak kecil pulang.

"Udah beres, pulang sekarang!" ujarnya tegas.

Kejadian barusan dilihat oleh beberapa anak remaja. Mereka memperhatikan dari jarak jauh, menebak-nebak tentang Gea dan Leon yang disangkanya sepasang kekasih.

Di rumah, Bright langsung menegur kedua anaknya yang pergi tanpa izin. Mood Gea tengah buruk gadis itu pun mengabaikan Papanya, melewati Bright dengan wajah kesal. Sedangkan Leon meminta maaf dan menjelaskan alasan dirinya keluar.

"OK, go eat and rest. Jangan sampai telat besok kita pergi ke sekolah," jawabnya tersenyum. Leon mengangguk dan membalas senyuman Papanya. Saat akan masuk kedalam kamar, Dion dan Cio memanggil. Mereka berdua membuka laptopnya dan menunjukkan sesuatu pada Leon.

"Jangan sekarang deh lagian masih ada Papa."

"Iya lah. Kita kan cuman ngasih tahu doang, acaranya juga masih dua minggu lagi," jawabnya.

"Ngomong-ngomong abis kemana lu sama si bocil?" tanya Dion penasaran. Sang kakak tak menjawab, dia pergi keluar meninggalkan kamar Cio.

"Link grup? Coba masuk deh," ucap Gea dalam hati. Gadis itu mendapatkannya dari salah satu teman online di Instagram. Baru saja masuk sudah ada beberapa orang (nomor) yang menyambutnya dan menyuruh Gea memperkenalkan diri. Dengan singkat dia pun melakukan apa yang diperintahkan.

Di grup chat itu banyak sekali nomor yang langsung mengirim pesan secara pribadi. Dan malam itu juga kontaknya bertambah, dia cukup menikmati percakapan dengan teman-teman online barunya.

Salah satu member mengirim pesan audio, Gea mendengarkan dan tanpa sadar senyuman tipis terulas dibibirnya. Suara seorang cowok yang berat namun merdu. Gea langsung jatuh cinta pada suara tersebut, dia melihat foto profil nomor itu sayangnya bukan foto asli si cowok melainkan gambar lucu.

Saking asiknya berkirim pesan sambil terus tersenyum, Gea tidak menyadari kedatangan Satria ke kamarnya. Kakak kedua gadis itu mengangkat sebelah alisnya melihat sang adik yang aneh. Satria pun berdehem membuat Gea terkejut.

"Siapa tuh hah? Pacar lu kah, tumben banget lihat handphone sambil senyum-senyum kayak orang gila."

Gea langsung menyembunyikan ponselnya lalu kembali tersenyum. Gadis itu tertawa dan bertingkah lucu didepan Satria. "Nggak papa kok, hihi. Sana pergi hus gue mau istirahat."

"Yakin lu? Perlu gue panggil dokter nggak? Kali aja ada gangguan diotak lu."

"I'm okay! Sana pergi..., ganggu aja." Gea mendorong Satria ke dekat pintu.