Salsa tak langsung percaya dengan alasan Okta bahwa bibirnya tergigit ketika dia sedang makan. Salsa terus menemani Okta karena Salsa merasakan bahwa temannya itu sedang menyembunyikan sesuatu. Okta yang masih polos itu akhirnya menceritakan kepada Salsa, karena Salsa terus mendesaknya untuk menceritakan tentang mereka.
"Ayo cerita, lu kenapa bisa suka sama om Teguh?" Salsa bertanya setelah menceritakan tentang kisah cintanya.
"Aku suka sama om Teguh itu waktu hujan sore hari, dia pegang tangan aku, romantis banget" jawabnya yang tersenyum mengingat kejadian pertama yang membuatnya jatuh hati padanya.
"Terus gimana? Dia udah punya istri? kamu belum pernah cerita tentang dia lagi ke aku" melipat kedua tangannya.
"Dia belum punya istri, apa lagi pacar, dia belum punya" merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Masuk perangkap nih, batin Salsa. Salsa yang masih duduk di ranjang mengikuti Okta untuk tidur disebelahnya.
"Memangnya om Teguh suka?" menarik selimut sampai dada.
"Kayaknya sih iya, kalau gak kan ngapain dia suka bilang kangen ke aku?" Tanyanya balik.
"Kalian udah jadian? Kok bisa sih kangen-kangenan kayak gitu"
"Jadi sih belum, hehe" jawab Okta.
"Yeuh kirain udah, terus kamu sama dia suka ngapain aja kalau ketemu?" tanyanya lagi.
"Aku suka peluk dia" jawabnya cepat tanpa berpikir.
Salsa yang mendengar itu membulatkan matanya, dia terkejut. Okta kamu lagi dimanfaatkan oleh om Teguh, batin Salsa. Okta yang menyadari ucapannya itu langsung menutup mulutnya dengan tangan.
"Serius?" tanya Salsa tak percaya.
Kesalahan yang Okta ucap, tak bisa dielakkan lagi. Salsa sudah terlanjur mengetahuinya. Okta melihat Salsa yang masih menatapnya dengan tatapan kecewa, kemudian dia mengangguk kecil. Salsa yang terkejut, menepuk dahinya.
"Astaga Okta" lirihnya.
"Abis aku suka sama dia, dia juga sama, gak salah kan?" tanyanya polos.
"Iya gak salah, kamu emang orangnya baik tapi plis sesuka-sukanya kamu Ta, kamu gak boleh kayak gitu, gimana nanti kalau dia manfaatkan kamu untuk pelampiasan nafsunya? Aku takut dia berbuat lebih ke kamu..."ucapan Salsa terpotong oleh Okta.
"Dia pasti gak kayak gitu kok, dia pasti mau jadi pacar aku, dia pasti serius sama aku kok. Udahlah aku ngantuk mau tidur" kesalnya dan membelakangi Salsa.
"Terserah aku sudah mengingatkan untuk pergi dari dia" ucapnya kesal dan membelakangi Okta.
Mereka tertidur setelah percakapan itu. Pagi hari mereka bangun dan sarapan tanpa ada kata sedikit pun. Okta yang masih kesal dengan omongan Salsa, mendiamkan temannya itu begitu juga sebaliknya. Ponsel Okta berdering menandakan pesan masuk. Okta tersenyum melihat ponselnya yang bertuliskan nama Om Teguh.
Om Teguh : Mau mampir lagi gak?
Okta : Iya nanti pulang kerja aku mampir ya om..
Om Teguh : Iya
Okta tersenyum dan menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Dia chat?" tanya Salsa dan meneruskan acara makannya.
Okta tak menjawab. Okta mengambil segelas air dan meneguknya kemudian pergi ke dapur.
"Dari pada kayak gini terus, mending tanya langsung aja, gak enak jalani hubungan tanpa status" ucapnya agak keras tanpa melihat Okta.
Okta mengambil tasnya.
"Kunci pintu nanti" ucapnya tanpa menoleh kearah Salsa.
Sepanjang perjalanan Okta merenungkan tentang ucapnya Salsa. Kalau ucapannya Salsa bener gimana? batinnya. Salsa membiarkan Okta untuk memikirkannya. Okta harus membuktikannya sendiri dengan bertanya kepada Teguh langsung dan pulang kerja dia akan datang lagi ke sana.
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius