3 IM not Bitch (3)

Warning 21+ Area.

"Tidak!! Sunhee kau dimana? Tolong aku!!"

Dalam hatinya gadis muda itu berteriak, menolak mentah mentah posisi pekerjaan laknat ini, dia menggeleng mengigit bibirnya kencang dan meremas tangan nya saat tengah di rias oleh dua orang wanita.

Wajah cantiknya memakai sapuan make up tebal, tubuh mungilnya berbalut gaun terbuka yang menampakkan punggung putih dengan belahan dada nya besar, yang paling menjijikkan Nara membenci tampilan nya saat ini.

"Waah kau cantik sekali nona"

"Benar nih, kau pasti jadi primadona di sini....aigoo baru kali ini ada pelacur secantik kau"

Nara menangis mengusap wajahnya dan menggeleng tak rela. Dia jijik dengan dandanan nya yang seperti jalang dan gaun ini sungguh menyiksa nya, terbuka di sana sini.

"Eiy jangan menangis nanti riasan mu bisa rusak"

"Apa kau anak baru di sini?"

"Ngh eonni, aku tak mau bekerja begini, aku ingin pulang saja lebih baik aku jadi pengangguran daripada jadi pelacur, aku mencari Sunhee. Dimana dia?"

"Kau kenal nona Kim Sunhee?"

"Dia temanku"

Nara mengangguk, dua perias itu kaget dan memberitahu jika Sunhee sedang ada kerjaan di jeju sejak pagi tadi, Nara baru tahu jika teman nya tak ada di sini, pantas saja nasibnya jadi begini.

"Aigoo apa bos memaksamu menjadi pelacur?"

"Iya hiks~ saya sebenarnya bekerja jadi pelayan di sini"

"Aigoo~"

"Hah~ tapi nona lebih baik kau menurut saja, jika berani menolak bisa bisa hidup mu takkan tenang, ada pelacur yang dulu berani kabur dari bos kita dan dia mati"

Salah satu perias yang umurnya sekitar empat puluh tahun itu bertanya lembut lalu bercerita, teman satunya geleng geleng juga.

Mereka kasihan melihat Nara yang menangisi nasibnya kenapa bisa berubah dari pelayan menjadi pelacur, padahal dia hanya ingin mengais nafkah di club malam bekerja sebagai pelayan.

Nara sempat di aniaya setelah menolak perintah ajudan tuan Han saat tak mau memakai gaun ini.

"Apa sudah selesai kerjaan kalian?"

"Nde tuan Seok, dia sudah perfect dan cantik"

"Hm penilaian ku tak salah, kau benar benar cantik nona"

Ajudan bernama SeokHan itu terkekeh dengan senang dan takjub, dia tak salah menilai pelayan tadi yang memang cantik, setelah di make over Park Nara menjelma bak bidadari yang tersesat disini.

"Saya tak mau pakai baju ini hiks~ ini terlalu terbuka"

Nara kekeuh menolak dengan risih dia menutupi tonjolan payudara nya dengan lengan, karena dua pengawal di belakang Seokhan terus menatapnya dengan intens.

"Jangan rewel! Gajimu itu sangat besar, bayangkan saja dimana kau bisa kerja dengan gaji sebanyak itu dengan pendidikan mu cuma SMU hah?!"

"TAPI~"

"Siapkan dia agar bisa menemani tamu, tuan Nathan Kim akan datang sebentar lagi"

"Baik hyung"

"Kau temani tamu pertamamu minum siang ini, ingat jangan membangkang lagi"

Dua pengawal itu mengangguk, lalu Nara menggeleng panik dan meronta tak rela karena di seret paksa dua pria bertubuh besar berpakaian hitam itu.

"Kyaa....tidak!! saya mau pulang saja, shireo!!"

"Diam!! Jika masih berontak terus aku perkosa kau, mau?!"

Nara makin takut dengan nyali ciut, sejak tadi dia menolak tapi tetap saja dia tak bisa keluar dari tempat ini dengan mudah, sebelum dia menyanggupi keinginan si tua bangka itu yang sudah mirip mucikari saja.

Gadis itu di seret paksa menuju sebuah ruangan VIP room yang di dalam nya sudah duduk dua pria muda, yang satunya terlihat seperti pria bule muda dan menyeringai senang begitu pengawal Club malam itu membawa Nara masuk.

"Duduk di sini dan temani tamu kita....jangan menolak lagi"

"Ngh....."

"Dia anak baru, jadi mungkin sedikit galak mister.....harap maklum"

"Hm no problem, haha sesuai seleraku, kau cantik sekali nona"

Nara sangat tak rela, dia berpaling wajah karena pipi mulusnya di belai belai dengan lancang, dia duduk di sofa meremas tangannya dengan tubuh gemetaran.

"Tuangkan minuman wine untukku"

Pelacur lain yang berada di sini dengan manja dan genit mengangsurkan gelas pada tamu nya, namun Nara hanya menatap nanar mereka dan sejak tadi berkeringat dingin.

"Apa kau baru pertama kali melayani pelanggan?"

Dia mengangguk dan menjerit lirih dengan kaget, pria bule muda itu tiba tiba sudah dengan berani meremasi pinggang nya, lalu membelai wajah dan mencium pipi Nara sampai dia sekuat tenaga menghindar.

"Dia sedikit liar Nathan, hati hatilah"

"Hm~ ini menjadi semakin menarik.....aku makin bernafsu agar bisa membuat dia mendesah" Teman nya yang berwarga negara Cina bernama Tan Hankyung terkekeh, lalu sudah sibuk berciuman panas dengan jalang yang di sewa.

"Berhenti, ahk lepaskan saya"

Seumur hidup Nara tak pernah di sentuh intim seperti ini oleh mahkluk pria, apalagi di cium, dia sungguh tak rela tubuhnya di mainkan seenaknya dan di gerayangi payudara nya dengan tangan nakal bule itu. Dengan kalap Nara berdiri memberontak lalu menampar pria bule itu.

Plak...

"Brengsek!! Kau~"

"Saya mau pulang, lepaskan hiks~"

"Jalang sialan!! Jual mahal sekali sih?!"

Nara menangis memelas dan karena pria bule itu marah dan membalas memukul Nara sampai gadis itu tersungkur di lantai, suasana di ruang VIP itu berubah gaduh dengan isakan keras gadis itu.

"Mister Nathan! Anda baik baik saja?" Para pengawal club seketika berdatangan masuk ke ruangan itu.

"Brengsek!! Pelacur macam apa yang kalian berikan padaku hah? Aku tak mau memakai dia"

"Im sorry mister saya akan ganti wanita untuk anda, kalian cepat bawa Jina kesini!"

"Baik hyung"

"Cih sialan!"

"Sebagai permintaan maaf saya akan memberi wanita tercantik di sini untuk anda, silahkan main di kamar atas sepuas nya"

Nara masih duduk di lantai dengan terisak dan pipi lebam merah karena di tampar bule tadi, kemudian dua pengawal tadi menyeret tubuh mungilnya keluar.

*

*

"Kyaaa.....!!!"

"Dia keras kepala sekali hyung, susah di atur"

Kang Daniel menyuruh dua anak buahnya menyingkir dan kini dia hanya berdua dengan Nara dalam kamar pegawai club.

"Manager Kang saya mohon, hiks Sunhee menitipkan saya kemarin pada anda, tolong biarkan saya pulang"

"Hah~ kau memang susah di atur, jika berani melepasmu diam diam, leherku ini taruhan nya"

Kang Daniel duduk di kursi tak jauh dari Nara dan menghela nafas, dia sebenarnya tak tega juga karena sejak tadi Nara menangis.

"Sudahlah, kau diam saja di kamar ini, aku akan alasan pada bos jika kau sakit"

"Manager Kang?"

"Gwenchana, semoga Sunhee segera balik ke Seoul dan kau bisa bebas, aku pergi dulu. Istirahatlah"

Nara mengangguk penuh terima kasih lalu pintu di tutup dari luar dan kamar ini juga di kunci, dengan air mata masih berjatuhan dia duduk memeluk lututnya.

"Baru kerja sejak kemarin nasibku sial sekali hiks~ Minhwa pasti menungguku pulang nanti malam, eotheo?"

*

*

Sudah hampir lima hari Nara terjebak di tempat ini, tas dan ponselnya berada di loker pegawai dan dia tak bisa menghubungi Sunhee atau siapapun untuk minta bantuan.

Hampir setiap dia menolak dan memberontak Nara pasti di aniaya, bibirnya masih lecet karena di tampar kemarin oleh pengawal club malam ini, lalu dengan terpaksa kemarin malam dia menemani minum tamu club malam, seorang pria paruh baya yang mesum dan seenaknya memainkan tubuhnya dengan puas.

"Eomma~ appa~ hiks~ aku ingin pulang, hiks Sunhee-ya kenapa kau tak datang juga menolongku?"

Nara menangis memeluk lututnya, dia jadi ingat almarhum kedua orang tua nya yang telah tiada, nasibnya sungguh malang hanya karena dia yatim piatu miskin yang terpaksa jadi jalang.

Dia hanya memiliki seorang paman dan bibi adik dari ibunya yang menetap di Daegu, namun keluarga nya itu seakan tak peduli dengan keponakan nya. Lalu keluarga dari ayahnya Nara sama sekali tak tahu.

Kedua matanya sudah bengkak karena terus menangis, dan dia tak nafsu makan sama sekali, meski di sebelahnya ada makanan lezat makan malam nya

"Kau keluarlah setelah makan, ada pelanggan datang dan kau bersiaplah, pakai gaun ini dan layani tamu kali ini dengan baik, ingat jangan buat masalah lagi" Seokhan yang baru masuk ke kamar menyeringai, lalu dengan lemas Nara hanya mengangguk dan menahan air matanya.

"Gaji dan bonus mu bisa kau ambil besok pagi, banyak sekali hm~ satu setengah juta won hanya lima hari kau di sini"

Nara meremas tangan nya setelah pintu kamarnya tertutup rapat, gaji banyak tapi dia menjual tubuhnya, apa bagusnya.

Meskipun sampai saat ini dia masih bisa mempertahankan kegadisan nya karena hanya melayani tamu tamu minum dan merelakan tubuh moleknya di gerayangi dengan tak sopan, tapi tetap saja Nara takut jika dia bisa di perkosa salah satu tamu club malam elit ini.

*

*

"Bekerja yang baik malam ini, pelanggan kali ini membayar mahal dan kau jangan buat masalah lagi"

"Tapi kenapa pakaian saya modelnya jadi begini?"

Nara protes, dia merapatkan bathrobe nya karena di dalam kain itu hanya lingerlie yang dia kenakan.

"Hahaha~ kau itu sangat seksi dan cantik, pasti pelanggan kita akan suka dengan penampilan mu"

"Bos....saya tak mau memakai pakaian begini"

Dia menunduk sedih, dengan wajah galak Pria tua itu melambai pada ajudan nya, lalu memerintah membawa Nara yang masih protes pergi.

Dia di seret menuju ke sebuah meja dengan sofa merah besar empuk di ruangan VIP club malam ini, sudah di dandani secantik mungkin dengan lingerlie warna krem putih yang menampakkan jelas tubuh mulus dan molek nya.

"Ya tuhan aku sungguh tak mau melayani pria hidung belang"

Di tempat itu ada dua pria muda yang tampan sedang minum minum, dan tampak sibuk mengobrol dengan sesekali tertawa. Mereka terlihat kaya namun tentu saja brengsek, karena hobi memasuki tempat laknat ini.

"Hyung, coba lihat wanita jalangmu mu sudah datang"

Kyuhyun menatap takjub pelacur yang berdiri di belakang Hyukjae dengan lingerlie peach nya, sungguh cantik, bahkan kejantanan nya ikut bangun terusik gara gara penampilan seksi pelacur itu. Apa kali ini pelacur yang di sediakan tuan Han sungguhan masih perawan.

"Aigoo dia cantik sekali"

Seokhan segera membungkuk sopan pada Tamu istimewa club malam ini dan memaksa Nara duduk di samping tamu nya.

Gadis itu menunduk hampir menangis dia belum sadar siapa tamu nya malam ini, dia duduk di sudut sofa dengan gugup, sebentar lagi dia harus rela lagi tubuhnya di gerayangi dengan puas oleh tamu nya.

"Tuan, pesanan anda sudah kami siapkan. Dia barang baru yang masih segar dan kami jamin akan memuaskan"

"Hm baguslah jika sesuai yang aku mau, kalian pergilah sekarang"

Hyukjae tak menoleh sama sekali hanya mengangguk menyesap wine nya, dan Kyuhyun yang tadi menganga langsung menarik pelacur di samping nya berdiri untuk pindah tempat. Dia yakin Lee Hyukjae takkan mau di ganggu dan menunggu lama meniduri jalang cantik itu, jadi Kyuhyun memilih mengalah dari kakak sepupunya dan menyingkir dari ruangan VIP itu.

"Hyung....aku ke room atas dulu"

"Hm...."

Hyukjae hanya berdehem lalu melirik arlojinya, dia menunggu pelacur di samping nya menuang minuman wine, membelai tubuhnya, atau sekalian melakukan seks tanpa penetrasi, hah dia memang suka model begitu, namun sejak tadi gadis jalang itu hanya diam saja mirip patung hidup.

"Hey kau? Kenapa diam saja hah?! Cepat layani aku!"

Si tamu yang kesal karena butuh penyaluran hormon seks dan si jalang yang malah tak ahli sama sekali menservis nya.

"Ambilkan aku minum palli!"

"Hiks...."

"Kau?"

Hyukjae terkejut menoleh dan menatap dengan mata memicing karena jalang itu ternyata menangis sesenggukan, dan menunduk takut. Hyukjae berusaha mengingat ingat karena seperti mengenali wajah gadis muda itu.

"Kau pelayan bodoh yang kemarin? Astaga!?"

Hyukjae menutup bibirnya shok, dan Nara langsung beralih menatap tamunya dengan wajah kaget, dia menutup bibirnya dan menangis keras.

"Astaga kenapa pelayan bodoh ini bisa jadi jalang di sini?"

Hyukjae membatin kaget, dia menatapi wajah cantik Nara yang sembab dan ketakutan dengan tubuh gemetar.

"Saya.....~"

"Wae gureu? Apa kau sakit?"

Hyukjae mendekat lalu membelai wajah cantik itu bermaksud memeriksa namun Nara malah menyingkirkan tangan nya, entah kenapa dia takjub untuk sekian detik dengan perubahan itu, kenapa pelayan miskin yang penampilan nya kuno dan acak acakan kemarin bisa berubah secantik ini, astaga Hyukjae sungguh tak menyangka sampai dia geleng geleng dengan kepala pening.

"Saya mohon tuan~ jangan mendekat"

Gadis itu mundur makin terpojok di sudut sofa, tentu saja dia mengenali siapa tamunya, seseorang yang menabraknya kemarin, memarahi sampai menyuruh nya mengganti jas kotornya, kata bosnya dia tamu istimewa club malam ini dan karena ulah dia juga hidup Nara jadi berubah sial.

"Apa maksudmu hm? Aku sudah membayarmu mahal, kenapa melarangku mendekat? Aku tak mau membuang uangku sia sia nona pelacur"

Dia menggeleng panik, bukan saja takut tapi juga trauma dengan pria galak ini, bagaimanapun dia takkan bisa melupakan bagaimana pria itu memarahi, dan mengumpati dengan galak kemarin.

"Kemarilah....."

"Shireo"

Nara menggeleng, menghindar hingga kepintu ruangan, dan Hyukjae makin penasaran kenapa pelayan satu itu begitu kekeuh menolaknya, meskipun dia sudah memakai pakaian lingerlie seseksi ini.

"Kau pikir siapa dirimu hm? Jangan memaksaku berbuat kasar nona....ayo kemarilah"

Hyukjae menyeringai, menatapi dari atas ke bawah wajah cantik dan tubuh molek menggiurkan dengan kulit putih bak boneka porselen itu, pinggang nya yang ramping, pinggulnya yang bak lekukan gitar, lalu pantat indah itu, lengan mulus dan leher putih yang berkeringat, hingga payudara menggoda padat yang tersembul di pakaian lingerlie seksi itu.

Sial!

Hyukjae sungguh tak menyangka pelayan miskin yang dia maki habis habisan kemarin, sekarang bisa membuat dia terpana sampai kejantanan nya terusik.

"Saya mohon jangan hiks~"

Grep.....

"Kyaa!!"

Dia menjerit keras, sampai terpojok di pintu ruangan VIP yang terkunci rapat dan menggeleng panik, kedua lengan nya di cengkram keras Hyukjae, pinggang nya di remasi pria itu dengan bernafsu, bahkan Nara bisa melihat jelas bagaimana wajah tampan dengan ekspresi mesum yang mulai mengendusi leher mulusnya.

"Kau jual mahal sekali ya? Jelas jelas jalang tapi sok menolak...."

"Saya bukan jalang, saya hanya pelayan saya tak sudi jadi jalang hiks~" Nara makin menangis kencang, dengan paksa Hyukjae melumat bibirnya, mencium kasar dan memaksa Nara membuka mulut, hampir saja gadis itu pingsan karena ini ciuman pertamanya, dan pria itu sungguh menakutkan.

"Ahkk....lepas ahkk"

"Diam brengsek! buka mulutmu shit....bibirmu nikmat"

Hyukjae bergumam, menekan tengkuk itu makin dalam agar bisa mencium makin leluasa, tangan kanan nya dia gunakan menahan kedua lengan Nara di atas kepala dan kedua kakinya menahan tubuh gadis itu sampai penisnya yang sudah besar tegak memberontak, menempel di paha gadis itu.

"Ahkk appo..."

Nara meringis ketika bibirnya di gigit, rasanya perih sekali karena Hyukjae langsung mengintimidasi isi mulutnya dengan panas dan mengabsen deretan giginya, ciuman pria itu sungguh luar biasa sampai Nara sesak nafas, meski dia terus berontak dan melakukan apapun yang bisa dia lakukan untuk lepas dari cengkraman pelanggan mesum dan gila club malam ini.

"Ahk sial....susah sekali sih menjinakkan mu....."

Brukk.....

"Appo"

Dengan kasar Hyukjae mendorong gadis itu hingga jatuh terlentang di sofa, kedua kaki Nara masih menendang dan menggelinjang melawan Hyukjae, dia akan kabur begitu bisa menendang kaki pria itu dan berlari ke pintu.

"Argh jangan kabur brengsek!"

Cklekkk....kleekkkk.

"Kyaaa aku mohon buka pintunya!! Hiks~ tolong"

"Haish shiit wanita jalang macam apa yang di kirim padaku?"

Hyukjae mengumpat dan mengusap bibirnya bekas saliva gadis itu, dia mendekati Nara yang berdiri di pintu berusaha membuka nya dengan panik.

"Aku sudah bilang kan? Jangan menolakku jalang sialan!"

Hyukjae menarik kasar lengan gadis itu, dia melempar Nara kedua kalinya di sofa lalu melucuti dasinya, dengan kesal pria itu mengikat kedua lengan Nara yang nyaris akan kabur lagi.

"Lepas ahkk jangan ikat...tanganku"

"Diam....jangan sok menangis!"

Dia menahan kedua kaki Nara yang akan menendang dengan menindih nya, lalu Nara berusaha memukuli punggung Hyukjae, namun sia sia saja karena tenaga pria itu jauh lebih besar dan tetap menindih tubuh mungil Nara

"Hiks~ jangan haaa tuan hiks~"

Nafas Nara putus putus dengan tenaga yang terkuras habis untuk memberontak, pakaian lingerlie nya sudah sobek dimana mana, memudahkan Hyukjae melucuti lingerlie itu.

avataravatar
Nächstes Kapitel