"Abang...." Teriak Kris dengan cukup Keras. Tunggu dulu, tadi Kris bilang apa?Abang?. Semua sontak terkejut dengan panggilan itu. Jay padahal sudah masuk, tak mungkin Kris telat menyambut. Tak ada orang lain disana. Apakah Kris sedang menggunakan kemampuannya yang bisa melihat hal-hal seperti itu atau dia benar-benar melihat sosok Abang yang dipikirkan semua orang?.
"Apa Mas Kris." Suara bas itu kini terdengar. Bayangan hitam dibawah lantai mulai terlihat. Kini sosok yang ditangisi semua orang terlihat. Wajahnya tampak segar. Dia menggunakan celana pendek warna cream dengan kaos warna merah maroon. Dibelakangnya ada Erik dan Mario yang membawakan koper Kay. Dia sempat mengusap-usap rambut Kris sebentar sebelum menemui keluarganya.
"Kay..." Jesica senang dan langsung memeluk anaknya. Dia orang pertama yang akan memastikan bahwa itu nyata. bahwa benar itu anaknya. Dia masih hidup.
"Saya jemput di terminal kedatangan pak." Erik melapor. Kenan bisa tersenyum sekarang.
"Udah mom, maaf...bikin khawatir." Kay memeluk erat ibunya. Dia bahkan mengusap pelan punggung Jesica untuk meredakan tangisannya.
"Bikin surprise terus hobinya." Kenan berada tepat di belakang Jesica.
"Aku udah kaya buronan begitu datang disergap Erik."
"Udah sana temuin Kiran, kasian udah nungguin kamu." Kenan membuat Jesica melepaskan pelukannya. Sebelum menghampiri istrinya yang sedang duduk. Dia sempat berpelukan dengan Dariel, menyalami Marsha dan Arbi. Keduanya lega sekarang. Menantu yang sangat dicintai anaknya kembali dengan selamat tanpa kurang apapun. Kini diruang tv itu tersisa mereka bertiga. Kay dapat melihat jelas sisa-sisa air mata yang ada di mata istrinya. Tanpa perlu menunggu waktu lama Kay memeluknya. Tak peduli Keyla masih terbaring disana. Kiran menangis lagi sejadi-jadinya. Perasan lega bercampur dengan segala macam perasaan lain kini menghinggapi lubuk hati Kiran.
"Maaf...."
"Yayah..." Keyla senang. Dia justru yang pertama bangkit dan memeluk ayahnya juga. Kini kedua tangan Kay penuh untuk mendekap keluarganya.
"Princess Keyla.." Kay menyempatkan diri mencium pipi anaknya. Kedua tangan Keyla masih bertengker di leher Kay. Dia juga merindukan Kay rupanya. Kay terduduk disana.
"Udah-udah..." Kay mencoba meredakan tangisan Kiran.
"Kamu tuh gila, aku teleponin juga.." Kiran sudah tak peduli berucap di depan anaknya.
"Aku kan dipesawat."
"Kenapa lama?."
"Pesawatnya delay."
"Katanya mau naik pesawat waktu telepon aku."
"Aku salah denger. Udah dong..."
"Kamu tuh ga tahu perasaan aku denger berita itu gimana. Pake acara ga bilang-bilang segala lagi ke Jogja. Nemuin siapa?selingkuhan?."
"Engga sayang, Randi telepon katanya tolong cek bentar cafe di Jogja. Aku cuman mampir bentar."
"Kamu ga bilang aku."
"Aku ga inget apa udah bilang atau belum. Maaf sayang. Udah jangan marah, depan Keyla ini. Ngomelnya nanti aja."
"Nyebelin!!" Kiran melingkarkan tangannya di pinggang Kay.
"Buna Kangen yayah." Keyla mengadu hal yang sebaliknya.
"Oh bilang gitu?" Kay memanasi-manasi.
"Iya, Buna, Ama, muuua kangen yayah.."
"Keyla kangen ga?."
"Kangen." Jawab Keyla dengan cepat.
"Cun ayah." Kay menyodorkan pipinya dan tanpa berpikir lagi Keyla mendaratkan ciumannya.
"Kita cun bunda." Kay penuh semangat. Dia mencium kepala istrinya sementara Keyla mencium pipinya.
"Udah sayang, aku udah pulang. maaf..."
***
Kemarin malam mereka langsung memutuskan untuk pulang saja setelah Kay menjelaskan yang terjadi pada orang tuanya. Kay juga merasa beruntung karena Randi menelponnya, kalau tidak dia mungkin sudah menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat. Kini Kay kembali keranjangnya setelah sholat subuh begitupun Kiran yang memeriksa anaknya terlebih dahulu sebelum naik ke atas ranjang. Dengan ide Kay, dia memutuskan untuk mengajarkan Keyla tidur di ranjangnya sendiri yang hanya berjarak beberapa meter saja. Anak itu masih tidur begitu lelap.
"Duh...mata aku panas. Harus aku obatin nanti pake timun."
"Sini..." Kay menarik badan Kiran dalam dekapannya. Dia menarik selimut karena udara subuh biasanya masih dingin.
"Udah lamakan ga tidur kaya gini." Kay senang kini kasur itu milik mereka berdua.
"Besok-besok kabarin yang bener."
"Iya maaf, udah jangan dibahas."
"Inget dong sama keluarga."
"Aku pingin bahas ini.."
"Apa?"
"Aku ga suka kita saling cuek. Aku ngerti kamu sibuk dengan kerjaan kamu begitupum aku tapi rasanya kita udah jarang ngobrol."
"Aku juga udah mikirin ini. Aku jadi ngerasa jauh sama Mas."
"Kita bisa perbaiki ini. Aku janji ga ada telepon di waktu kita sarapan lagi. Aku punya 7 hari, 2 hari urusin cafe aku, 3 hari buat AG dan khusus wekeend buat kamu sama Keyla." Kay membuat Kiran senyum-senyum.
"Kalo kerjaan akukan fleksibel tapi aku janji ga akan ngambil di weekend."
"Boleh weekend tapi Sabtu itupun setengah hari."
"Makasih." Kiran menaikan sedikit kepalanya dan mencium pipi Kay.
"Aku pingin Keyla belajar tidur sendiri."
"Iya pelan-pelan. Anaknya kan suka nangis kalo dipaksain."
"Hm...sayang. " Kay mulai meraih tangan Kiran.
"Apa...kita punya anak kedua aja?" Kay sedikit ragu.
"Yakin?nanti ada yang tidur ditengah-tengah lagi loh." Goda Kiran.
"Yakin, aku pingin ada jagoan." Kay Sepertinya ingin memiliki anak laki-laki. Kiran berpikir sejenak.
"Aku pingin Mas buktiin ucapan tadi, kalo kebukti, aku mau kita punya anak kedua."
"Kamu liat sebulan ini. Aku ga akan ingkar." Ucapan Kay disambut ledekan oleh Kiran. Ekspresi wajahnya seperti tak percaya. Dibanding beragumen lagi, Kay memilih mencium istrinya. Dia merundukkan kepalanya dan mencium mesra sang istri. Kiran tak menolak dia bahkan menarik pelan punuk Kay agar lebih mendekat.
"Aku butuh honeymoon sama kamu."
"Belum juga sebulan, anaknya nanti jadi."
"Ga papa dong. Stop minum obat oke?" Pinta Kay yang merujuk pada pil KB. Dia kini naik keatas badan Kiran.
"Sesuai perjanjian dong, sebulan dari sekarang."
"Dari dulu seneng ya nantangin aku mulu."
"Soalnya kamu umbar janji terus."
"Tapikan selalu aku tepatin."
"Iya-iya ga usah nge gas. Setelah sebulan Mas gitu, kita pergi honyemoon."
"Deal." Kay menjawab dengan tegas. Dia suka penawaran ini. Kini dia kembali menciumi istrinya.
"Sebentar ya sebelum kerja.." Bisik Kay menggoda di telinga istrinya. Birahinya sudah muncul sekarang. Sesuatu dibawah sana bahkan sudah menegang.
"Kerja?hari ini ke dokter loh anterin Keyla." Kiran menarik wajah Kay kehadapannya.
"Eh iya, aku lupa. Iya kita ke dokter sayang."
"Hari ini udah ke dokter jalan-jalan aja ya, Mas jangan kerja." Kiran melingkarkan tangannya di leher Kay.
"Iya sayang, Aku udah tegang nih."
"Cepet loh sebelum Keyla bangun." Kiran sambil kegelian karena Kay menghujaninya dengan ciuman-ciuman kecil.
"Mas ngeh ga? setiap kita berantem aku baru sadar bahwa pasti ada hal buruk yang menimpa kita tiap kita pergi. Waktu kita punya hubungan ga baik Keyra sama Keyza diambil, kemarin waktu hal sama terjadi Mas yang hampir kena bahayanya." Kiran dengan nada pilu.
"Kalau gitu jangan berantem, kita bakalan pergi sama-sama mulai sekarang. Oke?" Kay mencoba meredakan kekhawatiran Kiran. Dia tak mau Kiran sedih dalam situasi ini.
"I Love you..."
"Love you too..." Kay memberikan tanda kemerahan di bahu Kiran.
"Mana sini aku liat yang udah tegang." Kiran senyum-senyum sambil meraih kejantanan suaminya.
"Ahhh, bentar sayang.." Kay sudah mendesah duluan. Kini Kay bangkit dan menurunkan celananya.
"Cepet mulai." Pinta Kay membuat Kiran siap-siap mengambil posisi.
***To Be Continue
PENGUMUMAN!!!
Novel I Don't know you but I Married You chapter 1
akan author hapus.
Kenapa dihapus?
Karena ceritanya author perbarui di lapak sebelah (yang kuning-kuning).
Apa sih bedanya?.
Di perbaruan cerita akan lebih diperpanjang tentang kisah cinta Kenan dan Jesica dan bagaimana cerita masa kecil Ara serta kecelakaan yang menimpa Jay saat Jesica mengandung.
Author tidak memaksa untuk mengikuti ya..Yang masih setia menunggu disini silahkan ya engga pun tak apa.
Keep smile. Don't forget leave comment and vote ya ;)