WARNING!!Dalam cerita ibu mengandung muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.
Keesokan harinya Ara tanpa sadar dengan bekas merah dilehernya tampak cuek berjalan kebawah menemui Jay dan Kay yang sedang asyik berenang.
"Siang-siang gini berenang bikin item kulit aja."
"Terserah kitalah, komentar aja." Balas Kay yang melihat Ara membuka majalahnya sambil duduk santai dikursi.
"Bukannya kamu ada luka?nanti ketahuan Daddy lagi."
"Ga papa kan kata kakak suruh jujur bilang daddy."
"Ih ga perih apa?"
"Ga cape apa komentar terus?"
"Gimana sama Ran?udah bilang?"
"Belum, ketemu aja belum."
"Kenapa?takut diomelin?iyalah pacarnya ugalan-ugalan.."
"Mending ugal-ugalan daripada tukang selingkuh.."
"Enak aja..."
"Emang aku ga tahu kakak bikin ulah apa."
"Udah dibantuin juga bukannya bilang makasih kek."
"Kan udah kemarin."
"Jay cari pacar sana.." Ara kini mulai mengganggu Jay.
"Aku ga mau pacaran."
"Kenapa?"
"Aku belum nemu yang kaya Tiara." Jay masih teringat-inget mantannya itu.
"Jay Move on dong. Tiara aja udah punya pacar lagi." Perkataan Ara membuat Jay berenang ke tepi.
"Ga papa, mungkin rasa sayang dia ga kaya aku. Aku udah nunggu dia 7 tahun kak masa aku gampang sih lupain dia gitu aja."
"Jay..Kaya ga ada cewek lain aja. Jauh-jauh susulin dia ke Jogja cuman buat diputusin, emang ga sakit hati?" Kay ikut berkomentar.
"Coba deh kamu pikir dari sisi kejamnya. Tiara juga tahu kan kamu suka dia dari dulu tapi dia bisa mutusin kamu dengan gampang, Tiara tahukan kamu temenan juga sama Kak Dirga tapi dia malah pacarin. Kamu ga ngerasa kesel gitu?kali ini kakak setuju sama Kay." Ara membuat Jay terdiam sejenak.
"Karena aku sakit makannya Tiara gitu. Coba kalo aku kaya cowok lain Tiara pasti suka." Jay melakukan pembelaan kali ini membuat Ara menutup majalahnya lalu menghampiri adiknya itu. Menarik wajah Jay yang basah dari atas agar menatapnya.
"Kamu ga sakit. Jangan ngomong gitu lagi kakak ga suka dengernya." Ara dengan tatapan tajam membuat Jay takut.
"Iya Jay, Tiara nanti pasti nyesel tuh udah putusin kamu." Kay langsung menyerbu Jay dari belakang memberikan semangat pada adiknya.
"Makannya kamu rubah penampilan kek bikin Tiara pangling kalo perlu."
"Emang ada cewek lain yang mau nerima aku?"
"Ada banyak." Kay langsung menjawab dengan cepat.
"Udah ga usah dipikirin, kamu pasti bakalan ketemu sama cewek yang jauh lebih baik dari Tiara."
"Iya kak.."
"Iya kaya aku ketemu Ran."
"Kalo itu untung dikamu rugi di Ran."
"Kakak bisanya ngeledek."
"Kak?kenapa lehernya?kok merah?"
"Ah masa sih?" Ara langsung menyentuh lehernya.
"Iya disini kak." Jay menunjuk ke arah leher Ara yang merah.
"Ah kena serangga nih paling, harus cepet-cepet pake salep." Ara yang semula berjongkok kini berdiri.
"Serangga apaan tuh?serangga kepala besar?" Kay menggoda karena tahu itu bukan gigitan serangga.
"Ya mana kakak tahu.."
"Palingan serangga bermobil." Kay menggoda lagi.
"Apaan sih kamu.."
"Cepet obatin nanti infeksi kak." Jay yang polos malah khawatir atas bekas itu.
"Yang begitu ga usah diobatin Jay ntar juga ilang."
"Kay diem deh.." Ara tampak malu.
"Daddy sama mommy kemana sih tumben belum turun." Kay aneh karena hari sudah mulai siang sementara Kenan dan Jesica masih bergelut ditempat tidur mereka.
"Ah..Ahh.." Kenan memuntahkan cairannya di dalam sementara Jesica yang berbaring dengan menyamping sedikit meremas bantal yang ada disampingnya kemudian setelah selesai dengan pelepasannya Kenan berbaring menghadap Jesica.
"Ada yang sakit sayang?"
"Engga ga ada.."
"Sabar sayang, bentar lagi ya..." Kenan mengelus perut istrinya.
"Mas.... menurut Mas Dariel gimana?"
"Masih mas liat dulu aja, sampai sejauh mana mereka. Mas kan belum tahu juga siapa Dariel. Tahu cuman sebatas kerjaan dikantor. Kalo kamu nanya soal gimana kerjanya Mas jawab oke."
"Pantes kakak lembur terus ada Dariel kali dikantor." Jesica mengingat lagi tingkah anaknya beberapa bulan terakhir.
"Tapi kemarin kalo diliat-liat cakep ya Mas wajahnya, Dariel tuh berwibawa gitu, terus tegas, badannya oke sopan lagi, mana baik udah maafin Ara yang selingkuh. Duh sempurna. Ara pinter milihnya." Puji Jesica membuat Kenan menyipitkan matanya.
"Kenapa Mas?"
"Badannya oke?"
"Maksud aku tuh ga kurus kering gitu mas, berisi..pas sama tingginya."
"Bisa aja muji cowok ganteng."
"Apaan sih Mas cemburu sama pacar anaknya sendiri." Jesica tertawa kecil.
"Badannya oke belum tentu tahan lama." Kenan berkomentar nakal.
"Apa yang tahan lama?"
"Udah ah Mandi yuk, Mas bantuin.." Kenan menghampiri istrinya namun Jesica hanya tertawa geli.
"Kamu kenapa sih? ada yang lucu?"
"Badan Mas masih oke juga ternyata..." Jesica melihat Kenan yang masih telanjang bulat di hadapannya.
"Iyalah, Dariel bukan apa-apa dibanding Mas, Udah ah ayo jangan godain gitu." Kenan mengulurkan tangannya untuk membantu Jesica bangkit.
"Mas..." Jesica terhenti saat berdiri dan meletakkan tangannya di pundak suaminya.
"Iya yang.."
"Kalo aku ada apa-apa saat operasi gimana?"
"Apa sih sayang kok ngomong gitu? Ada Mas.."
"Mas temenin aku kan?"
"Iya Mas temenin, kamu takut?"
"Meskipun ini operasi kedua aku, perasaannya beda aja. Waktu operasi usus buntu ga gini."
"Sayang...kamu cuman deg-degan aja. Ada Mas kok. Mas bakalan nemenin atau mau dibius total aja supaya kamu ga tegang?."
"Engga, aku ga mau Mas, aku takut ga bangun lagi."
"Ish..apaan sih ngomongnya gitu lagi. Mas bakalan disamping kamu dari awal sampe selesai."
"Mas udah ambil cuti kan?"
"Udah sayang, Senin Mas ga kerja kalau perlu setelahnya Mas ga akan kerja. Ada Ara yang udah bisa gantiin Mas. Kamu pinginnya gimana?"
"Aku pinginnya Mas diem aja dirumah." Jesica menenggelamkan wajahnya di dada Kenan.
"Iya Mas diem dirumah, udah jangan sedih gitu." Kenan mengusap lembut kepala Jesica kali ini yang tampak merenung.
"Dingin sayang, ayo lanjut mandi, Mas siapin air angetnya." Kenan menyadarkan kondisinya sekarang pada Jesica yang masih telanjang membuat dia menurut kali ini untuk berjalan ke arah kamar mandi.
***
Jesica duduk sehabis memasak sementara Ara yang sudah mengatasi warna merah dilehernya turun kembali dan melihat ibu dan ayahnya sedang bercanda menonton tv.
"Kak, makan sana mommy udah masak."
"Engga ah belum laper.." Ara duduk tepat dibawah kaki ayahnya. Tidak lam Kay datang mendekati mereka.
"Dad .."
"Hm..." Kenan masih fokus dengan tayangan tv nya.
"Dad..aku mau ngomong."
"Ya udah ngomong aja."
"Daddy liat aku.."
"Iya iya.." Kenan lalu melihat Kay yang berpenampilan dengan Baju dan celana pendeknya.
"Ya ampun Kay, kamu kenapa?ya Allah bisa begini..." Jesica justru yang kini berkomentar melihat banyak luka di tangan Kay.
****To be continue
Terima kasih untuk dukungan kalian Minggu kemarin jangan lupa leave comment and vote ya :)