webnovel

11. Kau Akan Menyesal

Camelia menatap sang nenek yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat sang ibu. Dia tidak tahu dari mana sang nenek bisa tahu tentang sang ibu yang berada di rumah sakit. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya tentang kedatangan sang nenek ke rumah sakit.

"Dari mana Nenek tahu jika aku dan ibuku ada di sini?" Camelia kembali bertanya kepada sang nenek dengan nada selidik.

Sang nenek tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh cucunya itu, dia berjalan mendekat ke arah putrinya yang masih terbaring di atas ranjang. Dia tidak mengira akan melihat sang putri tertidur tidak berdaya dan dia sangat kesal akan hal itu.

"Kamu memang lemah aku sangat menyesal karena memiliki anak sepertimu," ucap sang nenek kepada ibunya Camelia.

Dia terus saja mengatakan semua hal yang membuatnya menyesal karena sudah melahirkan ibunya Camelia. Sang nenek sama sekali tidak ingin hidup dengan kesusahan sehingga dia berusaha untuk mencarikan pasangan untuk anaknya itu. Namun, semua yang dia lakukan tidak pernah diterima dengan baik dan itu membuatnya semakin kesal saja jika mengingatnya.

"Sudah cukup. Apakah Nenek datang kesini hanya untuk menghina ibuku?" Camelia bertanya kepada sang nenek.

Camelia sudah tidak tahan lagi dengan perkataan sang nenek yang menurutnya sudah keterlaluan. Padahal selama ini sang ibu sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar semua utang sang nenek.

Bahkan sampai semua isi rumah pun akan dibawa oleh penagih utang. Namun, semua hal itu tidak pernah diingat oleh sang nenek yang hanya menginginkan uang dan uang saja tanpa melihat kesulitan sang ibu juga dirinya.

"Seharusnya yang menyesal itu aku dan ibuku karena memeiliki Nenek yang sama sekali tidak tahu berterima kasih," Camelia kembali berkata dengan nada yang membuat sang nenek kesal.

Sang nenek berjalan mendekat ke arah Camelia dan dia tersenyum saat sudah berada di hadapan wanita muda yang tidak lain adalah cucunya. Dia menatapnya dengan sorot mata penuh dengan kebencian dan dirinya kembali teringat akan kebodohan sang putri yang tidak mengambil uang yang begitu banyak kala itu.

Tanpa mengucapkan kata-kata lagi sang nenek menampar Camelia dengan cukup keras sehingga pipi Camelia memerah. Sang nenek hendak menampar kembali cucunya yang sudah bertindak kurang ajar kepadanya. Namun, semua itu terhenti karena Cornelius memegang tangan sang nenek.

"Ini adalah tamparan terakhir yang Anda berikan kepada, Camelia," ucap Cornelius dengan nada menekan dan dia pun mencengkeram erat tangan sang nenek.

"Lepaskan tanganku jika tidak aku bisa membuatmu kehilangan wanita yang ingin kamu lindungi ini," Sang nenek berkata dengan nada mengancam juga sembari berusaha melepaskan tangannya.

Cornelius tidak melepaskan tangan wanita tua yang ada di depannya dan malah dia semakin menambah kekuatannya. Dia sangat kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh wanita tua itu kepada Camelia dan ibunya Camelia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Lepaskan tangannya karena kamu tidak pantas berurusan dengannya," Camelia berkata kepada Cornelius karena dia tahu dengan pasti apa yang bisa dilakukan sang nenek kepada siapa saja yang mengancamnya.

"Aku melepaskanmu tetapi ingat apa yang aku katakan tadi kepadamu," Cornelius kembali berkata dengan nada mengancam kepada wanita tua yang ada di hadapannya lalu dia melepaskan cengkeramannya.

"Kamu akan menyesalinya karena sudah membuatku kesal," ucap sang nenek lalu dia berjalan meninggalkan ruangan.

***

Dua hari berlalu sang ibu pun sudah mulai terlihat membaik, dia sudah bisa makan dengan baik dan juga wajahnya sudah tidak terlalu pucat. Camelia pun setiap hari selalu ke rumah sakit jika dirinya sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Biayanya pasti sangat besar … lebih baik Ibu pulang saja ke rumah. Lagi pula Ibu sudah merasa sehat," ucap sang ibu kepada Camelia yang tengah memotongkan buah apel untuknya.

"Tidak perlu memikirkan semua itu sekarang yang terpenting Ibu sehat dulu dan setelah itu kita pulang ke rumah," jawab Camelia yang berusaha membuat sang ibu tidak banyak memikirkan hal tentang biaya rumah sakit.

Camelia pun mengatakan jika dirinya sudah melunasi semua biaya rumah sakit. Sang ibu merasa pemasaran dari mana sang putri mendapatkan uang dalam jumlah yang banyak untuk biaya rumah sakit yang sudah pasti bukan jumlah yang sedikit.

"Katakan dengan jujur kepada Ibu dari mana kamu mendapatkan uangnya? Apakah kamu meminta kepada, Cornelius? Jika benar lebih baik kamu akhiri saja hubungan kalian itu," Sang ibu bertanya kepada Camelia.

"Tidak, Bu … aku tidak meminta darinya karena aku meminjam uang dari tempat bekerja dan juga Danastri," Camelia menjawab pertanyaan sang ibu.

Camelia pun menjelaskan semua hal yang sudah terjadi saat sang ibu masih tidak sadarkan diri. Namun, dia menyembunyikan satu hal dari sang ibu yaitu kedatangan sang nenek dan sudah membuat masalah dengannya dan juga Cornelius yang sudah tahu tentang sikap sang nenek.

Sesungguhnya dia sangat malu dengan apa yang sudah terjadi saat sang nenek datang ke rumah sakit di saat Cornelius ada di sisinya. Sekarang dia merasa canggung jika bertemu dengan pria itu dan juga ada sedikit rasa takut jika pria itu akan pergi menjauhinya.

Itu pun terbukti dengan tidak ada kabar dari Cornelius setelah kejadian itu tetapi dia merelakan semua itu. Dia tidak akan memaksakan cintanya pada pria yang sudah tidak ingin bersama dengannya.

"Kita sudah terlalu banyak berhutang kepada Danastri. Di mana dia sekarang mengapa Ibu tidak bertemu dengannya?" Sang ibu berkata lalu dia bertanya kepada Camelia.

"Dia sedang di Singapura untuk urusan bisnisnya," jawab Camelia.

Camelia menyimpan potongan buah apel di atas piring setelah itu dia memberikannya kepada sang ibu. Dia pun pamit kepada sang ibu untuk keluar sebentar karena ada yang harus dibeli, sang ibu pun memberikan izin pada putrinya itu.

Setelah mendapatkan izin sang ibu Camelia pun berjalan ke luar ruangan dan dia langsung menuju sebuah minimarket yang ada di dekat kafetaria rumah sakit.

Dia menghentikan langkahnya karena melihat Cornelius yang berjalan mendekat ke arahnya. Dia hendak menghindar dari pria itu tetapi tidak bisa karena Cornelius langsung memegang tangan Camelia dan membawanya ke suatu tempat yang bisa berbicara dengan tenang.

"Aku pikir kamu sudah tidak mau berhubungan denganku lagi setelah melihat nenekku," ucap Camelia yang memulai terlebih dahulu pembicaraannya.

"Kamu selalu berpikir ke arah sana terus. Memang benar aku tidak menemuimu karena nenekmu menemui aku di saat ayahku ada bersama denganku," jawab Cornelius.

"Apa yang nenekku lakukan? Apakah dia sudah membuat masalah besar untukmu?" Camelia bertanya kepada Cornelius.

Sebelum Cornelius menjawab pertanyaan Camelia dia menerima panggilan telepon dan dia pun langsung mengangkatnya.

"Baiklah aku akan ke sana sekarang bersama dengan Camelia," Cornelius berkata kepada orang yang ada di seberang telepon.