Shou terbangun, ia membuka mata perlahan dan merasakan sesuatu yang bergerak, ia sudah merasakan tidur di dalam mobil yang bergerak, merasakan jas besar yang menutupinya sebagai selimut.
Ia menoleh pelan ke samping dengan mata lemas nya. Lalu melihat Tuan Beom yang menyetir dengan satu tangan nya.
"Mm...." Shou bergerak dan itu membuat Tuan Beom menoleh padanya.
"Kau sudah bangun?"
"Yeah... Maafkan aku Ahjussi... Aku ketiduran..." Shou mengucek matanya.
"Apa yang sedang kau kerjakan sehingga kau ketiduran?"
"Hanya beberapa tugas kampus, mungkin aku akan sibuk kedepan nya," balas Shou.
Lalu suasana kembali terdiam, Shou juga ingat bahwa ia ingin bertanya pada Tuan Beom soal kediaman itu.
"Ahjussi...." panggilnya. Tuan Beom tak menoleh dan menunggunya melanjutkan perkataan nya.
". . . Apa Ahjussi... Ingin mengambil kediaman ku?" tambah Shou.
Awalnya Tuan Beom terdiam sebentar, ia lalu menghentikan mobilnya karena di saat itu juga tepat lampu merah. Ia menghela napas panjang. "Aku tidak melakukan itu."
"Tapi..."
"Aku tahu, kau sudah mengerti semuanya, tapi sekarang, aku berusaha menghentikan ini semua, aku tahu kediaman itu berharga untuk mu..."
"(Sudah aku duga... Ahjussi tidak akan melakukan hal itu, dia akan membelaku, tapi... Soal mengambil alih, itu memang lah benar.) Ahjussi... Ini tak apa jika Ahjussi ingin mengambil kediaman itu juga," kata Shou. Seketika suasana kembali terdiam dan Tuan Beom melirik padanya. "Apa yang kau maksud kan itu?"
"Sebenarnya... Kediaman itu juga bukan apapun untuk ku, tapi aku terpaksa harus peduli pada kediaman itu karena ada kakek, hanya ada aku di garis keturunan, meskipun aku bukan putri yang sudah di ramalkan datang, tapi kakek tetap menerima ku sebagai penerus selanjutnya... Tapi aku merasa itu benar benar berat..."
"Itu memang lah benar, tidak mungkin gadis seperti mu memegang kediaman yang harus keras," tatap Tuan Beom.
"Nah, Ahjussi juga berpikir sama kan... Aku saja tidak tahu apa pekerjaan kediaman.. Apa Ahjussi bisa menjelaskan nya padaku?" Shou menatap.
". . . Jika kau menjadi penerus kediaman, yang harus kau lakukan adalah duduk berdiam diri di sana, melakukan sesuatu yang membosankan di sana sampai ada pemilik kediaman lain ingin membangun bisnis bersama mu, bertemu banyak yakuza Jepang dan yang lain nya, meskipun ini Korea, yakuza Jepang pastinya juga tersebar."
"( . . . Mendengar kalimat penjelasan singkat itu saja sudah membuat ku takut dan tak berani melakukan nya, itu adalah hal yang paling membuat ku berpikir itu mengerikan, kenapa aku harus yang meneruskan kediaman itu?)" Shou menjadi terdiam, ia terdiam seperti cemas.
Tak lama kemudian, Tuan Beom memarkirkan mobilnya, ia lalu membuka pintu bangkunya dan berjalan ke pintu Shou, membukanya, tapi Shou masih terdiam, ia masih memasang wajah cemas itu.
"Apa kau tidak ingin kembali?" Tuan Beom menatap.
". . . Maafkan aku," Shou lalu keluar dan berjalan duluan dengan rasa cemas membuat Tuan Beom menatap nya pergi.
Dia mengikuti Shou lalu setelah sampai di lorong, Shou akan membuka pintunya, tapi ia menoleh ke Tuan Beom yang berdiri menatap nya.
". . . Ahjussi... Terima kasih... Selamat malam," ia memasang wajah senyuman.
Tapi Tuan Beom tidak ikut tersenyum, ia memasang wajah datar, di saat itu juga, ia melangkah mendekat, meletakan tangan nya di pintu Shou dan memojok Shou yang membelakangi nya karena menatap ke pintu.
"Shou... Ikutlah dengan ku," kata Tuan Beom.
Tangan Shou yang juga di pintu menjadi mengepal. Ia lalu menutup matanya dan menghela napas panjang.
"Kau suka melihat bintang dan bulan, ayo berjalan bersama di bawah mereka," tambah Tuan Beom sambil membelai rambut Shou.
Tapi Shou terdiam dan mengatakan sesuatu. "Ahjussi... Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang, aku hanya ingin sesuatu... Aku ingin fokus pada pekerjaan kampus ku, jadi... Anda juga bisa sibuk dengan pekerjaan anda," kata Shou, seketika Tuan Beom terdiam, ia melepas tangan nya dari pintu dan Shou langsung masuk ke dalam.
"(Apa yang terjadi? Kau membuat masalah lagi dalam hubungan ini,)" Tuan Beom terdiam dengan aura kesal di depan pintu apartemen Shou, ia lalu berbalik dan berjalan pergi melewati pintu apartemen juga, pergi dari apartemen itu dan saat ini, Shou menutup pintu dan berjalan. Ia lalu meletakan tas nya di sofa dan duduk di sana juga meletakan tubuhnya.
Ia menutup mata terdiam, lalu tangan nya perlahan memegang perut bawahnya. Ia menatap perutnya juga.
"(. . . Aku tidak tahu... Menjalin hubungan dengan pria besar sepertinya, apakah ini bisa di bilang mudah,)" pikirnya dengan khawatir, kini wajah nya kembali turun tanpa senyuman.
"(Kira kira.... Jika Ahjussi tidak memakai kondom ketika kita melakukan seks, dan dia keluar didalam ku, apa rasanya nantinya? Apakah aku langsung hamil.... Aku dengar dari beberapa orang, rasanya sangat panas dan enak mereka bilang.... Kenapa Ahjussi tidak melakukan apa yang seharusnya di tunggu banyak wanita.... Yakni menikahiku.)"
Tapi ada yang mengetuk pintu membuat nya menatap ke pintu dengan diam.
Ia berdiri dan melangkah membuka pintu, ia tak melihat seseorang mengetuk, lalu menatap ke bawah.
Dan rupanya adalah sebuah buket bunga mawar putih dan satu kotak mochi susu yang di sukai Shou.
Shou terdiam dengan wajah terang terkesan melihat itu. "(Apa..... Ahjussi yang melakukan nya?)" pikirnya. Lalu melihat ke pintu apartemen Tuan Beom.
Dengan segera, Shou mengambil kedua pemberian itu dan langsung masuk ke kamar mandi.
Ia melepas semua bajunya dan langsung mandi sembari memikirkan sesuatu. "(Ahjussi benar benar sangat baik.... Aku jadi merasa bersalah membisu tadi.)"
Tak lama kemudian, Shou berdiri di depan pintu apartemen Tuan Beom. Ia mengetuk pintu itu.
"(Aku harap Ahjussi tidak marah karena sikap ku,)" pikirnya dengan cemas.
Lalu pintu terbuka dari dalam, tampak Tuan Beom memakai pakaian nya, dengan celana panjang dan kaus lengan pendek nya, ia menatap Shou yang sudah segar karena mandi.
"Ahjussi... Maafkan aku..." kata Shou.
Tuan Beom terdiam, ia menutup mata dan menghela napas panjang, dengan cepat mengambil Shou dari sana dan langsung menutup pintu membuat Shou terkejut karena Tuan Beom langsung membawanya masuk.
"Ah.... Ahjussi... Apa yang anda lakukan..." Shou terkejut, ia saat ini di bawa Tuan Beom di bahunya, dengan cepat meletakan Shou di ranjang nya.
"Ahjussi...." Shou menatap polos.
"Soal kediaman itu, kau bisa mendengarnya sendiri dari Cha, aku sedang mengobrol dengan nya tadi," kata Tuan Beom. Ia menoleh ke sisi lain dan Shou juga ikut menoleh, rupanya ponsel Tuan Beom ada di meja dekat ranjang memperlihatkan kontak Cha yang masih menyala. Lalu terdengar suara Cha.
"Ah, apa itu Shou, tak di sangka sangka dia datang saat aku mengatakan kabar ini," kata Nona Cha dari ponsel itu.
". . . Apa yang dimaksudkan Nona Cha?" Shou menatap Tuan Beom.
"Shou, kau bisa mendengarku, kediaman itu aman, aku sudah memegang kendalinya, aku memberitahu kakek mu, mulai sekarang jangan khawatir. Aku akan menjaganya, kamu bisa kesana tanpa adanya rasa khawatir, tidak perlu memikirkan apakah kau yang meneruskan nya, selama kakek mu belum tiada dan bisa menangani kediaman itu, maka kediaman itu akan terus menjalankan kewajiban dan menerima hak nya," kata Cha.
Shou terdiam, ia lalu menatap ke Tuan Beom yang masih di atasnya.
"Ahjussi..." tatap Shou, seketika ia menangis. Air mata mengalir dengan perlahan di kedua mata Shou.
"Huhuhu.... Terima kasih," Shou langsung memeluk Tuan Beom di dalam ranjang itu.
Tuan Beom tersenyum kecil dan memeluk Shou dengan satu tangan nya itu. Mereka saling menatap.
"Ini baik baik saja, semuanya bisa di selesaikan, asalkan... Kau percaya padaku," kata Tuan Beom.
"Hiks.... Ya, aku percaya pada Ahjussi, maafkan aku.... Huhuhu," Shou kembali menangis. Lalu Tuan Beom mengusap pipi Shou dan mencium bibir Shou.
Di sisi lain, Cha di kantornya, ia mendengar suara Shou menangis tadi, ia lalu tersenyum kecil dan menutup ponsel nya mengakhiri panggilan. Ia lalu melemaskan bangkunya dan bersender santai.
"(Haha.... Selamat padamu... Geunwo.. Aku membantu mu dalam hal ini.)"
--
"Ahjussi.... Tapi, bagaimana bisa?" kata Shou.
Saat ini mereka masih dikamar itu.
"Apa maksud mu bagaimana bisa?" kaki Tuan Beom tampak terselonjor sampai di bagian sisi kaki ranjang.
Kaki Shou hanya sampai di setengah panjang kaki Tuan Beom, satu kakinya terangkat di atas kaki Tuan Beom dengan kaus kaki putihnya.
"Kenapa kediaman itu bisa selamat?" tanya Shou sekali lagi.
Rupanya posisi mereka benar benar hangat, Tuan Beom yang bersandar di bagian kepala ranjang dengan tangan nya sebagai bantalan Shou, tangan nya itu memeluk pinggang Shou, dan tangan Shou ada di atas dada Tuan Beom juga memegang nya.
"Ahjussi cepat jawab ih.... Aku menunggu Anda."
"Kediaman itu sudah di lindungi oleh perusahaan... Tentunya itu memiliki jaminan di sini," kata Tuan Beom sambil menutup matanya.
"Eh.... Jaminan apa? Ahjussi.... Katakan padaku..." Shou langsung menatap.
"Mungkin besok saja," Tuan Beom memegang erat pinggang Shou dengan satu tangan nya itu sambil tidur.
Lalu Shou tersenyum dan menyesuaikan kepalanya, ia tidur di samping Tuan Beom dengan dekat, tanpa adanya selimut di tubuh mereka.
--
Ini dia pesan Cha pada kakek Shou.
Saat itu kakek Shou ada di halaman kediaman, ia melihat ada beberapa orang suruhan datang masuk begitu saja membuat nya menoleh dan mendekat.
"Pak tua, kami di sini melakukan perintah dari Tuan Beom, mengambil alih tempat ini," kata salah satu di antara mereka yang berbicara langsung pada topiknya.
"Apa? Siapa itu? Apakah pengambilan kediaman itu memang benar adanya?"
"Yah, sebaiknya kau keluar dari sini," balas mereka. Tapi di saat itu juga, Cha datang, masuk di antara tengah tengah mereka.
"Hentikan ini kalian astaga, benar benar tidak tahu sopan santun di sini," tatap Cha.
"Nona Cha, kenapa anda ada di sini?" tanya salah satu dari orang orang itu.
"Kenapa ada di sini? Tentunya, aku datang dengan perintah direktur sendiri, Beom Geunwo akan memukuli kalian jika kalian melanjutkan ingin sendiri."
"Apa maksud anda? Tuan Beom membela kediaman ini? Tapi bukan nya ini perintah dari Tuan Nakana?"
"Ini atas perintah Beom Geunwo, sekarang kalian pergilah," kata Nona Cha. Lalu mereka terdiam sebentar dan berjalan pergi dari sana.
Lalu Cha menatap ke kakek Shou. "Anu..."
"Sust..." Cha menyela nya. "Jangan khawatir kakek, pacar dari cucu mu telah membantu mu, sampai jumpa," kata Cha dengan singkat lalu berjalan pergi membuat kakek Shou terdiam.
"(. . . Drama apa ini?)"