Seoul, Korea Selatan, 11 Januari
Shou terbangun, ia perlahan membuka mata dan merasakan posisi tubuhnya sendiri.
Di saat ia tahu, ia menjadi terkejut tidak karuan karena Tuan Beom yang tidur terlentang, dan Shou memeluknya.
"(Aku bilang, aku tidak suka padanya!!)" Shou menatap tak percaya.
Lalu ia terdiam, ia tidur di atas lengan kiri Tuan Beom yang tertidur dengan wajah menghadap ke samping.
"(Kenapa aku bisa berakhir begini, aku benar benar tidak ingat dan tubuhku masih telanjang kan?! Aku harus bangun tapi aku mungkin akan membangunkan Ahjussi tanpa alasan jika aku pindah... Tidak! Itu akan.... Terlalu memalukan! Tapi aku benar benar masih merasa malu bagi ku tetap seperti ini...)" Shou terdiam dengan bingung, tangan dan kakinya yang ada di atas tubuh Tuan Beom tak bisa bergerak dan ia memikirkan cara untuk bergerak agar Tuan Beom tidak bangun saat ia mengangkat kaki nya dan tangan nya.
Tapi tiba tiba saja lengan kiri Tuan Beom yang di tindih oleh Shou, terangkat dan memegang bahu Shou seperti memeluknya dengan satu tangan nya.
". . . Ahjussi, kau sudah bangun?" tanya Shou.
"Mm..... Aku sudah bangun," balas Tuan Beom sambil masih belum membuka matanya.
"Apa! Kenapa kau tidak membangunkan aku?" Shou langsung bangun dan keluar dari ranjang, tapi ia baru sadar bahwa ia telanjang.
"Huh, ahhh!!" ia berlutut menutup dada nya.
"Yeah... Kau pelupa ketika kau bangun tidur," kata Tuan Beom sambil duduk menatapnya.
"(Bagaimana aku bisa lupa dengan hal ini..... Astaga, aku benar benar sangat maluuu!!)" Shou lalu melihat di meja ada bajunya yang sudah di cuci dan di lipat. "Ahjussi, kau yang melakukan nya?" tatap Shou.
"Yeah, pakailah," Tuan Beom mengambil baju itu dan memberikan nya pada Shou yang tertutup
"Ah, terima kasih," Shou menerimanya. Lalu Tuan Beom berjalan pergi meninggalkan nya.
Tapi Shou terkejut ketika melihat punggung atas Tuan Beom basah dan warnanya gelap, itu karena baju yang di pakai Tuan Beom berwarna hitam.
"(Itu seperti darah?!!)" Shou melihat ke ranjang dan yang benar saja, ada darah bekas Tuan Beom tidur di punggung atasnya.
"Hah!!" ia langsung terkejut dan memakai bajunya dengan cepat. Setelah itu ia berlari keluar sambil berteriak memanggil. "Ahjussi!"
Tuan Beom yang ada di sofa, menoleh padanya dengan wajah datarnya.
"Ahjussi, bisa aku lihat... Punggung anda?" tatap Shou sambil berjalan mendekat.
Tuan Beom hanya memasang wajah terdiam agak bingung. "Apa yang kau inginkan?" tatap nya.
"Um, tolong berbalik," kata Shou.
Tak lama kemudian, terlihat Tuan Beom melepas bajunya dan masih duduk di sofa, di belakangnya, Shou terkejut melihat punggung Tuan Beom.
Karena ada bekas cakaran jari Shou yang banyak dan membuat luka disana.
"Apa ini..... Aku yang buat...." Shou memegang perlahan punggung Tuan Beom dengan wajah tak percaya.
"Biarkan aku mengobatinya," Shou langsung mengambil kotak pertolongan dan mengobati perlahan luka itu. Tuan Beom hanya terdiam sambil berpikir. "(Itu tak terasa sama sekali, kau bahkan sampai mengobatinya.)"
"Huhu aku benar benar minta maaf, Ahjussi pasti kesakitan... Aku tidak akan melakukan nya lagi," Shou mengobati sambil berkata dengan menyesal dan kecewa.
"Itu tak apa, aku tahu kau lebih sakit dari ini, apa kau sudah lebih baik?" tanya Tuan Beom.
"(Apa yang kamu lakukan? Kamu bertanya kondisi ku padahal kamu juga begini.) Aku baik baik saja... (Aku masih tetap saja malu karena Ahjussi pasti melihat tubuhku yang telanjang,)" balas Shou dengan rasa malunya.
Setelah selesai, Shou membersihkan peralatan nya dan menaruhnya di meja, ia kembali menatap di penutup luka di punggung Tuan Beom.
". . . Ahjussi, maafkan aku... Aku benar benar minta maaf, tak bisa mengendalikan diriku," kata Shou sambil menyentuh pelan punggung Tuan Beom.
Lalu Tuan Beom menoleh dan menarik Shou, memangkunya sambil menahan nya menggunakan lengan nya. "Ahjussi?"
Tuan Beom hanya terdiam datar dan memegang telapak tangan Shou, mereka berdua melihat telapak tangan Shou, kuku Shou berdarah, itu bukan darahnya, tapi darah Tuan Beom.
"Eh.... Menempel di sini, Ahjussi.... Aku benar benar minta maaf," Shou menatap panik. Ia benar benar merasa bersalah.
"Kau tidak salah, jadi jangan minta maaf lagi," kata Tuan Beom menatapnya dekat membuat Shou berwajah merah merona.
"Aku.... Aku... Aku harus pulang!!" Shou langsung beranjak dan berlari pergi.
Shou menutup pintu dengan cepat dan menutupi wajah merahnya. "(Uhhhh..... Aku begitu baper... Ahjussi benar benar sangat anehhh!!)" ia menggeleng cepat. Lalu melihat ke jam dan terkejut karena ia hampir terlambat di kampus.
"Tidakkk.... Aku harus cepat," ia menjadi panik dan bersiap siap dengan terburu buru.
Shou berlari hingga ke kempus dan bernapas lelah sampai di sana. "(Huf... Huf.... Akhirnya..... Masih ada 5 menit untuk ke kelas,)" ia lanjut berlari untuk ke kelas.
Setelah sampai di kelas, ia duduk dengan menghela napas lega. Tapi tiba tiba saja ada yang duduk di sampingnya sambil memanggilnya. "Shou!!"
Membuat Shou terkejut dan menoleh, yang rupanya itu adalah Soohyun. "Halo Shou, lama tidak bertemu yah," tatap nya.
"E.... I... Iya."
"Bagaimana kabarmu?" tanya Soohyun yang berbicara akrab pada Shou tapi Shou hanya memasang wajah sedih itu.
". . . Aku baik baik saja."
"Kenapa wajahmu begitu terus Shou? Apa aku melakukan hal yang salah?" tatap Soohyun dengan mengikuti wajah sedih Shou.
Tapi tak lama kemudian, muncul pacar Soohyun. "Soohyun," dia menyapa di sana.
Di saat itu juga, Shou berdiri. "Ah, aku harus ke kamar mandi," tatap nya. Tapi Soohyun terdiam melihat sikap Shou.
Shou memang ke kamar mandi, ia menatap dirinya di kaca. "(Kenapa aku begitu se khawatir ini... Aku tidak tahu kenapa aku bisa bersikap dan bertingkah seperti ini pada orang yang bahkan tidak boleh menjadi urusanku, untuk apa aku merasa cemburu, aku mempunyai Ahjussi... Kami sudah melakukan apa yang dilakukan lebih dari pasangan, tapi kenapa aku begitu merasa sakit ketika melihatnya bersama pacarnya?)" Shou memegang dada nya dengan menekan nya. Rasanya memang sesakit itu.
Tiba tiba saja, ia menangis tanpa suara dan ia sendiri tak sadar bahwa ia menangis. Dengan air mata terus mengalir dan kaca hanya menyaksikan nya.
"(Aku tidak tahu.... Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan!? Mengapa aku harus begitu peduli dengan hal yang seharusnya tidak menjadi urusan ku di sini,)" ia menggeleng kepala cepat dan membasuh wajahnya. Tapi ada seseorang mengetuk pintu dari pintu masuk kamar mandi wanita. Jika itu wanita, pastinya dia masuk, tapi dia hanya mengetuk, itu berarti dia laki laki karena laki laki tak di izinkan masuk ke kamar mandi wanita, dan terdengar dia memanggil. "Shou," suaranya adalah Soohyun membuat Shou terkejut menoleh.
"Kenapa kau ada di sini? (Soohyun? Apa dia mengikuti ku atau apa, kenapa dia bisa ada di sana?)" tanya Shou dari dalam, ia tidak keluar dari kamar mandi wanita.
"Ah, aku hanya... Khawatir dengan mu, kau tiba tiba ke kamar mandi saat pacarku datang, apa kau baik baik saja Shou? (Akhir akhir ini dia memang agak terlihat seperti kecewa, apa yang terjadi?) Shou, kau baik baik saja kan?"
". . . Aku sedang di kamar mandi, kau tidak bisa menggangguku. (Kenapa dia bertanya keadaan ku?)" kata Shou.
"Ah, baiklah... Maaf Shou," tambah Soohyun lalu ia terdengar berjalan pergi.
Shou kembali terdiam, ia menatap kembali dirinya di kaca. "(Aku benar benar payah.)"
Sepulang kampus, Shou berjalan ke perpustakaan dekat kampus. "(Aku memutuskan untuk mengerjakan projek itu, tak peduli aku bisa atau tidak, aku akan mencobanya.... Ini juga pasti menghabiskan waktuku dari pasti aku terus ngalamun,)" pikirnya sambil berjalan, tapi Belum masuk ke sana, Tuan Beom sudah mengirim pesan di ponselnya.
-Hubungi aku ketika kau selesai-
"Ahjussi. . . Apa yang dia inginkan?" Shou menjadi bingung lalu mengirim pesan.
-Apa ada masalah?-
-Hanya beritahu aku, aku akan menjemputmu-
-Tidak perlu repot repot, aku bisa pulang sendiri-
-Ck, kalau begitu beritahu aku kapan kau akan keluar dari kampus-
-Aku akan keluar sekitar jam 4 sore di perpustakaan-
"Apa Ahjussi harus bertanya begini?" Shou menjadi bingung, lalu ia menutup ponselnya dan berjalan masuk ke perpustakaan. Dia mencari buku yang berkaitan dengan desain digital yang harus ia pelajari.
Di meja perpustakaan, ia beberapa kali menulis dan mencatat, tak lupa mempraktekan nya dengan laptop yang ia bawa. "(Dosen bilang, projek ini memang harus selesai... Aku tak tahu aku harus membuat apa lagi di desain ini, aku memilih projek membuat desain arsitektur, itu lebih enak dari pada membuat logo yang sudah banyak diciptakan ratusan orang, anak 10 tahun saja bisa membuat logo... Tapi entah kenapa aku ingin menggambar saja,)" pikir Shou. Ia lalu melihat model rumah besar di salah satu buku yang ia buka.
"(Rumah besar ini.... Tentu saja aku butuh model rumah besar, tapi sayangnya aku belum bisa menemukan rumah besar, inilah mengapa aku ingin membeli rumah besar... Tapi budget nya kurang,)" ia langsung lesu.
Tapi tak di sangka sangka, ada seorang Dosen yang mendampingi projek Shou, ia membawa buku sambil melewati Shou yang duduk membelakangi nya. Ia menoleh dan baru sadar itu Shou. "Shou," panggilnya membuat Shou menoleh.
"Kau ada di sini? Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tatap Dosen itu.
"Ah, Tuan, aku sedang mencari referensi saja, tugas sketsa itu sangatlah sulit," kata Shou sambil berdiri membungkukan badan.
"Tak apa Shou, selesaikan saja... Aku akan selalu menunggunya, dan jangan lupa projek desain nya juga... Aku membutuhkan desain grafis di sini sepertimu," kata dosen nya, lalu ia berjalan pergi.
Shou membungkukan badan dan kembali duduk.
"(Apa yang harus aku lakukan.... Aku tak pandai dalam hal ini...)" pikirnya seperti putus asa.