webnovel

Chapter 82 (I'm About Your's)

"Hoam..... Sungguh sangat lelah...." Shou menggeleng menyadarkan wajahnya dari rasa kantuk setelah beberapa jam menatap laptopnya.

Lalu dia menoleh ke balkon apartemen yang rupanya Tuan Beom berdiri di sana, merokok sambil menerima panggilan ponsel yang tidak di dengar Shou membuat Shou terdiam kecewa. "(Ahjussi memang selalu sibuk.... Tadi saja.... Ketika aku bertanya apakah perusahaan nya menerima karyawan dengan ilmu design, ponselnya malah berbunyi memotong pembicaraan kita.... Benar benar sungguh sangat harus menerima dengan hati terbuka.... Aku harap ketika Ahjussi selesai dari Jepang, dia tidak akan sesibuk dibandingkan dulu hingga sekarang.... Aku harap begitu....)"

Dia tampak kembali menatap laptopnya tapi wajahnya terus kecewa hingga Tuan Beom selesai menerima panggilan ponsel. Dia tidak terlihat masuk, setelah menyimpan ponselnya di saku celana nya, dia rupanya masih bisa menghirup rokoknya sambil menatap langit langit yang biru muda cerah.

Tuan Beom juga tampak masih telanjang dada. Kemudian beberapa menit, rokoknya mulai pendek dan dia mematikan nya, masuk ke dalam melihat Shou yang masih duduk fokus mengerjakan apa yang ada di laptopnya membuatnya terdiam dan menatap sekitar. Tuan Beom menatap banyaknya karya maupun gambaran kanvas yang di buat Shou.

Lalu dia berjalan mendekat. "Shou...."

Hal itu membuat Shou menoleh tanpa membalas perkataan.

"Kenapa kau tidak melanjutkan melukis saja..." Tatap Tuan Beom membuat Shou terdiam.

". . . Apa maksud anda... Aku tidak mengerti"

Lalu Tuan Beom berjalan ke salah satu lukisan Shou yang di pajang di dinding. Lukisan dengan tanda tangan nya, lukisan itu berupa pemandangan sore yang begitu indah dilihat dari balkon. Jadi posisi melukisnya ada di dalam balkon. Memperlihatkan sore yang indah.

"Jika ini di jual, itu akan membuat banyak sekali uang" Kata Tuan Beom.

Tapi Shou terdiam dan tersenyum kecil. "Aku tidak berniat memperjual belikan lukisan ataupun karya yang aku buat" Kata Shou.

Tuan Beom yang terdiam sekarang, dia lalu bertanya. "Kenapa?"

Lalu Shou meletakan laptopnya dan berjalan ke arah Tuan Beom sama sama melihat lukisan itu. "Bukankah Ahjussi sudah aku katakan, bahwa.... Setiap lukisan yang aku buat, memiliki sebuah makna yang begitu sulit untuk di ingat, aku pastinya juga harus mengingat setiap hal yang aku alami setiap satu hari sekali.... Lihat saja di sini" Shou menunjuk sesuatu di lukisan itu. Ada angka yang berupa tanggal. 10-2-19 yang menunjukan bahwa dia memang mengalami dan melukis kanvas itu di hari, bulan maupun tahun itu.

Tuan Beom terdiam dan teringat sesuatu, yakni ketika dia menemukan lukisan kanvas yang bergambarkan dirinya beserta tanggal yang sesuai, tepat ketika dia bertemu Shou. Tapi lukisan yang bersifat pribadi Shou sendiri, disimpan di sebuah ruangan. Hal itu langsung membuat Tuan Belom menoleh ke sebuah pintu dengan ruangan gudang kecil, di tempat sanalah dia menemukan gambaran dirinya.

Tapi Shou berjalan menghalangi pandangan nya dengan senyum manis nya membuat Tuan Belom terdiam. "Ahjussi.... Aku bisa membuat lukisan yang nyata, itu karena, melukis membutuhkan ide dan projek yang harus sempurna.... Aku melukis setiap hari karena setiap satu hari yang aku lewati, aku selalu menemukan titik terang kehidupan yang begitu baik.. Mulai dari apa yang terjadi padaku, mulai dari aku bertemu seseorang yang menarik dan aku ingin dekat dengan nya..." Kata Shou.

". . . Tapi, bagaimana dengan lukisan kucing yang sangat banyak itu... Yang artinya kau benar benar kesepian dan hanya kucing yang kau gambar selama 20 hari lebih" Kata Tuan Beom.

Shou menjadi terdiam, tapi ia mendadak tertawa kecil. "Hahaha.... Ingat saja Ahjussi.... Itu sudah dulu, aku pastikan bahwa aku tidak akan melukis kucing saja ketika Anda pergi nanti" Kata Shou.

". . . Lalu, bagaimana dengan hari hari mu yang bertemu dengan mu, apakah kau membuat lukisan ku juga, dan itu sudah jelas terlihat.... Karena tanggal saat kita bersama itu tidak ada" Kata Tuan Beom menatap sekitar lukisan Shou.

Shou terkejut. "(Pengamatan yang luar biasa sekali....) Em.... Mungkin hanya perasaan Ahjussi saja...." Shou berwajah merah.

Lalu Tuan Beom mendadak memegang pipi Shou membuat Shou semakin berwajah merah menengadah menatapnya.

"Shou, waktu luang yang harus di isi dengan baik, kenapa kau tidak mencari hal yang baik agar aku di sini tidak menjadi situasi yang membosankan" Kata Tuan Beom.

Shou terdiam, dia lalu memegang tangan Tuan Beom yang ada di pipinya. "Aku punya.... Tempat yang bagus.... Bisakah kita pergi nanti sore.... Karena pemandangan nya lebih bagus jika sore"

"Kalau begitu apa yang akan kau lakukan sekarang...." Tuan Beom menatap datar.

". . . Mungkin.... Kita bisa.... Bermain peran!" Shou langsung membalas dengan antusias.

". . . Bermain peran?"

"Ya... Iya... Semisal Ahjussi jadi Tuan besar dan aku hanya pelayan...."

". . . Itu membosankan" Tuan Beom langsung membalas begitu membuat Shou terkejut kaku.

"Aku bilang, ini membosankan.... Aku butuh sesuatu yang bisa memuaskan ku" Kata Tuan Beom sekali lagi, di saat dia mengatakan itu. Mendadak suasana menjadi seperti di dalam novel yang nyata, dia sedang bermain peran dan Shou terkejut karena dia sudah memakai pakaian maid hitam putih.

"(Wah.... Aku imut banget.... Tapi.... Ini memalukan)" Dia berwajah merah.

Tapi mendadak, Tuan Beom mendekat dan memojoknya membuatnya terkejut. "Aku bilang apa tadi?" Dia menatap sangat tajam membuat Shou gemetar dan mengangguk cepat. "Ba... Baik.... Baik!!.... Aku akan mencari cara agar Master tidak bosan" Kata Shou.

"Master?" Tuan Beom menatap dengan alis miring membuat Shou terdiam.

"Um.... (Apa panggilan itu kurang cocok)"

"Itu julukan yang buruk.... Panggil aku Tuan Besar" Kata Tuan Beom. Seketika Shou memegang dadanya dengan wajah merah. "Y.... Ya.... Tuan... Besar...." Dia mengatakan nya dengan suara yang senang lalu berjalan pergi dari pandangan Tuan Beom.

Mereka memerankan peran dengan baik.

Lalu Shou kembali lagi membawa teh yang dia bawa menggunakan nampan.

"Ahju-- maksudku, Tuan besar, ini minuman anda... Aku harap anda bisa menghilangkan rasa bosan nya..." Kata Shou.

Tuan Beom terdiam dengan wajah datar, lalu berjalan mendekat dan mengambil cangkir teh itu membuat Shou tersenyum senang.

Tapi siapa sangka, teh itu malah tersiram ke kepala Shou dengan perlahan dan yang melakukan sengaja adalah Tuan Beom.

Shou berwajah tak percaya dengan air teh yang mengalir dari rambut hingga wajahnya membuat nya menjatuhkan nampan itu.

Lalu Tuan Beom mendekat. "Itu bukan cara yang tepat menghilangkan kebosanan ku" Bisiknya membuat Shou gemetar karena Tuan Beom benar benar bisa memojoknya sambil memeganh dagunya.

Lalu mendekat menjilat teh yang mengalir di pipi Shou.

"(Ahjussi benar benar hebat dalam bermain peran nya....)" Pikir Shou dengan wajah yang panas.

Lalu Tuan Beom memegang pinggang Shou dan mendekat, dia terus merasakan teh dari wajah Shou hingga mencium bibirnya.

Shou terkejut, dia terpaksa menutup mata merasakan rasa dari teh ciuman itu.

Tapi tiba tiba saja, Tuan Beom berhenti membuat Shou menatapnya. Lalu dia menoleh ke bawah belakang membuat Shou ikut menoleh. Siapa sangka, itu kucing Shou yang sedang menggigit celana kaki Tuan Beom dengan keras.

"Empa?" Shou menatap bingung.

"Gr.... Raow....." Kucing itu tiba tiba menatap Tuan Beom sangat garang.

"Apa yang terjadi padamu?" Shou masih bingung dan Tuan Beom terdiam mencoba mengamati situasi hingga tiba tiba dia menggendong Shou di dada membuat Shou terkejut.

Seketika kucing itu langsung garang lagi. Rupanya dia tidak suka pada Tuan Beom yang membuat wajah Shou panik maupun ketakutan padahal itu di anggap biasa.

"Ahjussi.... Apa itu baik baik saja?" Shou menatap.

Lalu Tuan Beom menoleh padanya dengan tatapan datar. "Bukan panggilan itu. Melainkan Tuan Besar, kau harus mandi dan setelah itu kita pergi ke tempat dimana kau maksud tadi" Kata Tuan Beom lalu dia membawa Shou ke kamar mandi dan sepertinya yang menghancurkan situasi peran Novel tadi adalah Empa yang saat ini masih garang melihat mereka tadi.

--

Sorenya tampak sebuah mobil hitam berhenti di jalanan yang terlihat seperti permukiman kecil dengan besarnya sungai bersih dan indah. Ada banyak kumis kucing dan bunga dandelion di sana.

Pemandangan mata hari terbenam dilihat oleh Shou yang berjalan ke tepi sungai dengan menghirup udara yang nyaman. Di ikuti Tuan Beom yang di belakang nya sambil merokok. Dia melihat sekitar, melihat bunga dandelion itu.

"Inikah yang kau sebut sebagai tempat indah?" Tuan Beom menatap.

Shou terdiam meskipun dengan senyum manisnya lalu membalas.

"Ketika aku kecil, kakek selalu bilang padaku... Lebih baik menjadi dandelion yang bisa terbang kemana pun menyebarkan popularitas dari pada menjadi mawar yang berduri.... Memiliki penampilan yang berbeda tetapi lebih bisa dinikmati dengan baik...." Kata Shou sambil mencabut satu dandelion dan angin langsung meniup bunga itu menyebarkan benih yang sebagian jatuh di air sungai.

Lalu dia menambah perkataan nya. "Aku juga ingat ketika saat itu aku belum mengetahui apa itu bunga dandelion? Secantik apa dia kenapa di juluki dengan sifat yang begitu lebih lembut dari mawar.... Rupanya ketika aku melihatnya, tampilannya tidak seperti bunga... Tak ada aroma khas, dan tampilan yang biasa.... Tapi yang membuat ku yakin soal kemampuan nya adalah, bunga ini dapat menyampaikan cinta melalui benih yang dia bawa" Kata Shou.

Tuan Beom terdiam. Lalu menghela napas panjang. "(Di bandingkan sakura juga begitu.... Dandelion dapat bertahan hidup di manapun, sementara sakura hanya sebagian tempat...) Shou" Tuan Beom memanggil menbuat Shou menoleh.

"Kakek mu juga harus mengatakan ssuatu bahwa semua bunga yang tercipta memili kemampuan dan keunikan tersendiri, hanya saja dia menggunakan dandelion sebagai contoh yang baik dalam penyampaian kalimat untuk mu" Kata Tuan Beom yang juga mengambil satu bunga dandelion dan memberikan nya pada Shou yang terdiam dan menerima itu dengan wajah yang manis dan mengangguk.

"Bagaimanapun juga...." Tuan Beom memegang pipi dan menyilakan rambut depan Shou yang menengadah menatap.

Lalu dia melanjutkan kalimatnya. "Kau yang lebih cantik dari bunga yang ada... Memiliki sikap seribu bunga dan satu tampilan yang cantik...."