webnovel

Pengalaman Pertama

Bella mendengus lagi. "Aku tidak pernah tahu kamu memiliki percaya diri yang tinggi."

"Setiap orang harus memiliki percaya diri yang tinggi. Kamu tahu dalam seminggu sudah lebih dari sepuluh wanita menyiramku dengan air. Ah, sepertinya mereka selalu kepanasan dengan aku."

Bella tertawa kecil mendengar celukan laki-laki itu. "Jangan tertawakan aku! Kamu tidak pernah tahu bagaimana wanita itu susah ditaklukkan. Kadangkala mereka tampak begitu mudah tapi disisi lain melebihi rumus matematika."

Bella semakin tertawa. Mungkin dalam pikirannya Galas pria menyebalkan yang akan membuat marah banyak wanita. Galas sedang mencoba menghibur dirinya yang sialnya malah terdengar lucu di telinga Bella.

"Begitulah kami. Makanya jangan coba-coba main-main dengan wanita," Senyum Bella. Ia geleng-geleng kepala sendiri. Galas tersenyum kecut. Mendapati Bella yang bisa menarik bibirnya adalah hal yang luar biasa. Meskipun dia memiliki jalan yang panjang untuk melaluinya.

Mama dan papa Bella yang tidak jauh dari sana juga melihat kejadian itu. Cukup terkejut dengan Galas yang berhasil menghibur anaknya. Ia tidak dapat membayangkan bahwa pada akhirnya puterinya itu bisa bahagia lagi. menumbuhkan harapan baru bagi mereka setelah kelam dan pelik yang Bella alami.

Dan begitulah. Semenjak hari itu mereka berubah menjadi akrab. Bella mulai bercerita padanya dan menerima kehadiran Galas dengan sangat baik. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama dan Bella makin banyak tertawa. Baik karena mendengar cerita konyol dari Galas ataupun karena kelakuan laki-laki yang kadangkala bagi Bella terdengar tidak masuk akal.

Tapi Galas merasa ada yang kurang. Rasa bersalahnya membuatnya ingin menjaga Bella lebih banyak. Terlebih lagi ketika melihat Bella dan tongkatnya yang berusaha untuk melakukan beberapa hal lagi. "Om, saya boleh menikah dengan Bella?" tanya laki-laki itu pada papa.

"Apa yang baru saja kamu katakan?" Papa menatap penuh selidik dan peringatan padanya. Tentu saja laki-laki itu tidak suka ketika Galas mempermainkan perasaan puterinya. Apalagi dengan sesuatu hal yang berbau pernikahan.

"Saya ingin menikahi Bella agar saya bisa lebih bertanggung jawab padanya."

Papa diam beberapa lama. Menerima lagi beberapa penjelasan Galas hingga setuju.

"Kamu gila Galas, bagaimana bisa kita menikah?" Bella berdecak sinis ketika pria itu mengutarakan niatnya pada Bella.

"Kenapa tidak bisa. Aku laki-laki dan kau perempuan. Kita sudah sama-sama dewasa dan mengantongi surat izin dari papa kamu."

"Tapi aku tidak bisa sempurna menjadi isteri."

"Jelaskan padaku seperti apa isteri sempurna itu!"

Bella menggeram. "Galas. Kau tahu betul aku tidak bisa melihat. Aku bahkan berjalan dibantu tongkat. Aku tidak bisa menyiapkan kau sarapan, memasakkan kau makanan atau melakukan pekerjaan rumah lainnya."

"Itu lebih terdengar seperti asisten rumah tangga bukan isteri yang sempurna. Kamu bisa menunggu kepulanganku dan mengantarku dengan senyuman sepulang bekerja. Kamu bisa menjadi pendengarku dan menjadi teman. Kita juga akan sering berdebat lebih banyak lagi. Dan aku bisa membawamu tanpa diawasi mama dan papamu."

Bella berdecak. "Kamu gila Galas."

"Dan pria gila ini ingin menikah dengan kamu sebelum dia bertambah gila. Kamu ingin menjadi daftar yang keseratus sekian menolak seorang Galas Prambudi?"

Bella tertawa kecil. "Apa sebanyak itu?"

"Sepertinya."

Bella tertawa. "Baiklah! Apa aku menempati daftar pertama yang menerima seorang Galas?"

"Tentu saja. Kamu tidak perlu meragukan hal itu. Jadi bagaimana? Kamu bersedia menikah denganku?"

Bella menganggukkan kepalanya. "Assaaa! Memang itu pilihan yang bagus. Siap-siap menghadapi kegilaanku yang lainnya sayang!"

"Galas!" Bella menggeram protes membuat Galas memberikan pelukannya pada wanita itu.

Neo tersenyum tertawa miris mengenang hari-hari dia melamar Bella itu. Membuat Bella menjadi isterinya adalah hal yang tidak pernah Galas duga tapi dia bahagia menjalaninya. Galas melirik bingkai foto pernikahan mereka.

"Gue enggak nyangka Loe masih segila, Las? Kenapa sih harus setotal itu?" Toro pernah bertanya padanya.

"Kalau dengan total ini gue bisa lepas dari mimpi buruk itu kenapa tidak?"

Neo mengusap kepalanya. Mengingat lagi bagaimana malam pertama yang dia lakukan bersama Bella. Oh! Galas sudah menculik perempuan itu cepat bahkan saat pesta belum selesai.

"Galas?" Bella bertanya terkejut ketika merasakan laki-laki itu dekat dengannya.

"Biarku bantu melepaskan gaunnya."

Pipi Bella memerah. Apalagi dengan kecupan Galas pada pipinya. "Bel," Galas bersuara tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya perempuan itu.

"Sebenarnya ini rahasia tapi bisakah kamu menjaganya?" Galas meminta.

"Apa?" tanya perempuan itu.

"Aku belum pernah melakukannya sebelumnya. Bisakah kau maklumi jika aku kurang pengalaman?"

Bella tertawa mendengar perkataan konyol itu. "Jangan menertawakanku! Kau tahu aku sudah pernah ditolak wanita sejuta kali selama ini."

Bella berdehem. "Baiklah. Ini juga kali pertama untukku."

Neo mengusap wajahnya mengingat kenangan konyol itu. Harusnya dia tidak mempermalukan dirinya dihadapan Bella. Tapi demi membuat perempuan itu tertawa dia rela melakukan apapun.

Sebenarnya Neo sedikit berbohong pada bagian Neo yang sering ditolak wanita. Dia hanya tidak ingin Bella merasa insecure lantas mengurungkan niatnya bersama Neo. Memang dua belum pernah melakukannya dengan wanita sebelumnya. Itu karena ibu. Dia tidak ingin ibunya yang lembut itu mencincangnya karena melakukan hubungan seperti itu di luar pernikahan. Ibu memang konservatif untuk puteranya satu-satunya.

***

"Bel, apa terlalu buruk?" Galas bertanya setelah pergulatan panas mereka.

"Aku tidak tahu. Aku sudah katakan aku belum pernah melakukannya sebelumnya. Aku belum punya perbandingan."

Galas mendesis. "Jangan pikirkan cari yang lain! Aku yang akan mengajarkan perbandingannya." Membuat Bella berdecak dengan kelakuan perempuan itu.

"Lalu bagaimana dengan aku? Apa aku buruk?" Bella bertanya ragu-ragu sedikit menggumam dengan pipi yang memerah panas.

Galas menatap isterinya tersebut dan tersenyum. Galas tertawa kecil. "Kau luar biasa." Galas menempelkan bibirnya ke telinga Bella untuk berbisik. "Sempit dan padat di beberapa bagian. Aku suka. Terasa pas." Pria itu dengan segala mulutnya yang membuat Bella memerah.

"Galas, Kau …"

Galas tertawa kecil. Mengecup pipi Bella dengan sangat manisnya. "Apa aku salah? Kamu bertanya dan aku menjawabnya. Seandainya saja melakukannya seindah ini mungkin aku akan menikah muda dari dulu. Kamu mau menikah denganku? Pantas saja beberapa orang begitu ketagihan."

"Galas, kamu benar-benar terlalu jujur."

"Aku hanya mengatakan perasaan bahagiaku, sayang."

Bella mendengus. "Oh! Kamu mulai menjadi buaya sekarang memanggilku dengan panggilan sayang."

"Apa tidak boleh?"

"Tidak. Cari panggilan yang lain."

Galas memainkan bibirnya berfikir. "Bee, agar sesuai dengan Bella? Oh! Itu pasti cocok sekali!" Galas berkesimpulan sendiri.

"Aku belum mengatakan aku suka! Terdengar aku seperti lebah yang suka menyengat," protes Bella.

Galas berdecak kecil. "Tidak, Kamu manis. Kamu pasti akan menyukainya. Buktinya kamu tersenyum. Bee?" Galas mencoba membuat perempuan itu menyuruk malu pada dada laki-laki itu.