webnovel

Pelanggan Baru

Amora hanya bisa tertawa mendengar gerutuan Bella terhadap suaminya itu. Bagaimana lagi, bukan sepenuhnya salah Galas. Salah Bella sendiri kenapa tidak bertanya kepada Neo Galas Prambudi itu dengan jelas perihal kerja suaminya.

"Udah sih, katanya lo enggak terlalu peduli dengan Neo." Senyum tipis dari bibir Amora masih tersisa.

Bella menghembuskan nafasnya. "Tetap saja. dia tidak pernah berubah buat ninggalin gue tahu enggak? Entah berapa bulan kami bersama dalam setahun, setelahnya dia melimpir dengan proyek kemana-mana."

"Tapi tetap komunikasikan?" tanya Amora lagi.

Bella menarik nafasnya. "Komunikasi doang buat apa?"

"Susul aja kesana."

Bella menggigit bibirnya. Menyusul Neo? Hal yang belum pernah dilakukannya. Ia menggelengkan kepalanya. "Enggaklah! Yang ada gue ganggu kerjaannya dia."

"Kalau gitu tunggu aja di rumah sebagai isteri yang setia."

Bella menyandarkan raganya pada sofa mendengarkan pilihan terakhir dari Amora itu. Perempuan itu memainkan bibirnya kemudian tersenyum penuh seringaian licik. "Benar juga, dia kira dia aja yang bisa kemana-mana."

"Bel, lo mau rencanain apa?" Amora mulai antisipasi yang diinginkan kawannya. Terlebih lagi seringaian Bella terlihat penuh tipu muslihat.

"Dia pikir dia aja yang bisa seenaknya."

"Bel, jangan gila!" peringat Amora meski dia tidak pernah tahu rencana apa yang teman-temannya lakukan.

"Gue pulang ya, Bund!" ujar Bella pada kawannya tersebut memeluk Amora singkat sebelum pergi dengan seringaiannya. Amora hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan wanita itu.

"Mbak Amora, ada …" pegawainya masuk tidak lama setelah kepergian Bella.

"Ada apa?" tanya Amora pada wanita yang tampak tergagap itu.

"Ada itu …"

"Itu apa Siska?" geramnya. "Kenapa kamu gugup sekali seperti melihat superstar aja."

"Dia luar ada Alleta Claiment."

Amora menaikkan alisnya. Dia terkejut tapi tidak seterkejut Siska. "Aku akan segera keluar," ujar Amora kemudian. Ia melangkahkan kakinya tapi malah berhadapan dengan seorang pria tampan.

Prince Anka, merasa terpesona untuk pertama kalinya pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya dengan mata tajam dan wajah ketus itu. Ia pikir selama ini dia akan mendapatkan sesuatu yang indah dari perasaan cinta pertama kali. Seperti sesuatu kisah romantis yang banyak dikisahkan orang-orang. Tidak menyangka dia malah merasakan percikan itu di boutiq pada seorang gadis yang jauh kesannya dari ibunya juga dari adiknya.

"Tuan Anka?" tanya wanita itu. "Pegawai saya bilang adik Anda yang datang."

Anka menaikkan alisnya. "Kamu tahu aku?"

Amora tersenyum tipis. "Bella teman saya." Membuat Anka menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Bella tidak pernah cerita dia memiliki teman yang cantik," gumam Anka kemudian mengalihkan pandangannya pada adiknya yang sedang melihat-lihat hasil rancangan dari Amora itu.

Amora menaikkan alisnya tipis tapi dia tidak terlalu menggubris perkataan Anka itu. Tahu dari Bella kalau Anka memang ramah. Mungkin saja begitu salah satu cara pria itu mengajak berteman, atau cara dia menunjukkan keramahannya. Amora tidak senorak itu untuk langsung tersipu.

"Nona Amora?" Alleta menyapa wanita itu. "Kak Bella cerita kalau gaun pengantinnya rancangan Anda." Alleta jauh dari kesan yang selama ini ditampilkan berkata pada Amora. Tapi sekali lagi dia tidak terkejut. Dia sudah mendengar kesan kerendah hatian itu dari Bella sebelumnya.

"Terpaksa keadaan yang terdesak," jawab Amora apa adanya.

Alleta tersenyum tipis. "Begini, akan ada acara ulang tahun papa sebentar lagi. sekitar dua minggu. Aku ingin sebuah gaun dari rancangan Anda, apakah bisa?" tanya Alleta langsung.

"Kecil, seharusnya kamu tanya dulu dia sibuk apa tidak." Anka mendengus kecil pada adiknya.

Alleta memajukan bibirnya bersungut-sungut. Alleta sudah setinggi itu masih dipanggil kecil. Apa kabar dengan Amora? Bantet? "Kebetulan saya tidak terlalu sibuk. berapa gaun yang Anda yang butuhkan nona?" tanya Amora.

"Apa kita bisa mendiskusikannya di dalam?" tanya Alleta.

Amora menganggukkan kepalanya. "Baiklah!" ujarnya membawa Alleta ke ruangannya.

"Tunggu aja disini. Jangan kabur kemana-mana atau aku akan bilang pada Mom."

"Ehm …" ujar Anka dengan setengah hati menjawab permintaan adiknya tersebut. setelahnya Amora dan Alleta memasuki ruangannya, sementara Anka menunggu di luar.

"Mas Anka?" Bella mengerutkan keningnya. Perempuan itu kembali berniat mengambil dompetnya yang tertinggal di tempat Amora

"Hai, Aku tidak tahu teman kamu memiliki tempat kerja disini."

Bella menyerngitkan keningnya. "Bukannya Mas Anka diluar kota."

Anka tertawa kecil. "Baru aja kembali kemarin. Tapi sudah dipaksa sama si tuan puteri untuk mengunjungi teman kamu. ingin memesan gaun katanya."

"Mas sengaja menghindari pernikahanku jangan-jangan untuk melewatkan hadiah."

Anka tertawa kecil. "Hadiahnya sudah ada. Mau aku kirimkan ke toko tante?"

"Biar dapat donat gratis? Huh!" Bella mendengus yang diangguki oleh Anka.

"Aku masuk dulu Mas. dompetku ketinggalan di tempat Amora."

Anka menganggukkan kepalanya. "Namanya Amora?" tanya Anka.

Bella menganggukkan kepalanya. "Teman yang sering aku ceritakan."

Anka menganggukkan lagi kepalanya berkali-kali sebelum akhirnya membiarkan Bella masuk ke dalam. Pria itu menatap langit-langit dengan senyuman tipisnya. Mengulang nama Amora berkali-kali dalam ingatannya. Senyumannya penuh smirk sebuah tipu muslihat. Entah apa yang pria itu pikirkan.

Tidak lama sampai ketiga perempuan itu keluar lagi. "Makasi lo mbak Amora sudah mau."

"Siapa yang akan menolak jika diberi tawaran dengan uang sebesar itu? Apalagi untuk toko yang baru dibangun ini."

Bella memutar bola matanya. "Semua orang memang suka merendah untuk meroket."

"Kenapa kayak Kak Bella menyindirku juga."

Anka ikutan tertawa mendengar celotahan tiga wanita itu. "Ayo pumpkin kita pulang!" ujar Anka kemudian memeriksa jam tangannya. Sebenarnya dia ingin sekali berlama-lama disana. namun kelas mengajarnya tidak bisa Anka abaikan.

"Baiklah!" ujar Alleta. "Kak Bella barengan aja sama kita."

Bella menggelengkan kepalanya. "Aku bawa kendaraan sendiri. Jadi maaf sekali pumpkin!" ujar Bella menggoda puteri Adam itu sama halnya seperti Anka. Alleta melototkan matanya.

"Kunci mobilnya bel!" decak Amora memberikan kunci Bella yang tertinggal.

Bella nyengir. Perempuan pelupa itu menampilkan wajah innocentnya itu. "Hati-hati pengantin baru!" sorak Amora. Setelahnya dia tersenyum pada Anka dan Alleta sebelum masuk ke dalam kantornya lagi.

Oh! Amora cantik sekali saat tersenyum. Apa perempuan itu tahu? Andai saja dia tidak perlu menampilkan wajah jutek nan ketusnya itu setiap hari. Anka menggigit bibirnya. Tapi wajah itu juga seksi dilain sisi.

***

Bella sedang mengepak barang-barangnya membuat mamanya mengerutkan keningnya. "Kamu ingin pindah ke apartemen lagi."

"Enggak aku ingin ke luar negeri!" ucap Bella enteng.

"Keluar negeri? Bel, kamu serius?" tanya mamanya tidak percaya dengan sang puteri.

Bella menganggukkan kepalanya. "Ya ma, aku serius!" balas Bella membawa kopernya, mengemasi barang-barangnya lantas berjalan terus menuruni tangga.

"Perjalan sendiri? Berapa lama?" tanya mamanya.

Bella menaikkan bahunya. "Belum tahu."

"Belum tahu?" ulang mamanya.