webnovel

Godaan yang Berat

Tahu perempuan yang sudah lebih hidup dua puluh tahun dengannya tersebut akan membujuknya untuk memberikan sedikit kelonggaran pada Neo –atau Galas-.

"Galaskan sudah minta maaf. Kamu mau ke dalam dulu? Mama siapkan teh jahe hangat. Biar enggak sakit. Kasihan basah gitu. Mungkin beberapa baju kamu masih berada di dalam gudang. Bisa mama carikan."

"Ma …"

"Aku tidak menyuruh Galas untuk menginap di kamar puteri kita. Hanya menyuruhnya menginap. Sudah tengah malam lho ini."

Janu menarik nafasnya. "Hanya kamu tamu, Galas. Itu tempat kamu sekarang."

Galas menganggukkan kepalanya. Membiarkan Janu masuk rumah terlebih dahulu baru laki-laki itu menyusulnya kebelakang. Diam-diam Galas menghembuskan nafasnya. Janu masihlah semenyeramkan seperti pertama kali mereka bertemu. Meskipun dia sudah menjadi menantu laki-laki itu selama tiga tahunan yang lalu. Galas masih sering merasa was-was dengan perempuan itu.

"Makasi, Ma!" ujar Galas menerima teh hangat yang diberikan oleh mertuanya. Satu lagi pasti untuk Bella.

"Kamu sudah tahu kamar tamu dimana kan? Istirahat gih kesana. Mama mau nyusul Bella dulu."

Galas menganggukkan kepalanya. Ia melepaskan jaketnya sedikit untuk menggantungnya di tempat yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Begitu mencapai setengah undakan tangga mama Bella melirik berbalik padanya.

"Galas!" panggil wanita itu.

Galas mendongak menaikkan alisnya. "Lain kali pesan penginapan saja. Kamu tahu papa begitu menakutkan."

Mama mengedipkan matanya sementara Galas membalasnya dengan sedikit tawa. "Tapi besoknya Galas mungkin langsung dikebiri oleh papa."

Gantian, sekarang mantan mertuanya yang tertawa. Wanita yang mulai keriput itu membalikkan badannya lagi menuju kamar anak perempuannya yang sedang butuh banyak 'healing'. Ah, dia masih berharap Galas kembali menjadi menantunya. Tidak peduli bagaimana kesalahan Galas di masa lalu, pria itu sudah menerima hukumannya. Juga bertanggung jawab mengembalikan dunia Bella lagi dalam tiga tahun belakangan. Bahkan Galas mati-matian mencarikan donor mata untuk Bella.

Galas mengamati kamar di lantai dua itu sekilas. Pria itu menarik nafasnya. Bercerai dengan Bella begitu berat. Awalnya dia memang merasa bertanggung jawab saja untuk mengembalikan dunia perempuan yang sudah dibuatnya hancur itu dengan cara menikahinya.

Siapa sangka setelah beberapa bulan bersama dan berdekatan dengan Bella, Galas benar-benar jatuh hati pada perempuan itu. Membuat dirinya melakukan banyak hal untuk Bella. Mengedepankan senyum wanita itu diatas segalanya selain ibunya. Hanya dua wanita yang penting dihidup Galas, Bella dan ibu Galas sendiri.

Laki-laki itu membuka kamar tamu. Ia tersenyum kecil dengan kamar itu yang terlihat begitu baru dibereskan. Sepertinya mama Bella sudah bisa menduga bahwa Galas akan menginap disana untuk hari ini. Yakin sekali bahwa Galas akan selalu menjaga puterinya.

Galas meletakkan tehnya di atas meja kecil. Ia lebih memilih masuk kamar mandi membersihkan dirinya sebentar, mengganti baju dengan yang sudah disiapkan oleh mertuanya. Galas meminum teh hangat tersebut kemudian membuka ponselnya. Menatap potret pernikahannya dengan Bella yang dulu begitu indah.

Andai saja Bella tidak memiliki keinginan untuk menjauh dari Neo, mungkin Galas tidak akan tega untuk menceraikan isterinya tersebut. Galas mengusap wajahnya. Ia tidak ingin mengelabui isterinya tersebut –lebih tepatnya mantan isterinya-.

Galas akui dia begitu pengecut untuk mengakui pada Bella bahwa dia pria yang selama ini Bella benci. Dia pikir begitu Bella membuka matanya, Galas akan mengaku dihari itu juga. Bella akan marah sedikit dan akan menerimanya kembali.

Tapi Galas salah. Dia bahkan belum sempat mengatakan apapun dan Bella sudah begitu jijik dengannya. Sekarang biarlah dia berusaha meminta maaf perempuan itu dengan benar. Entah seberapa lama, tapi Galas mencoba berusaha keras untuk mendapatkan maaf dari perempuan itu lagi. tentu saja, dia juga berusaha untuk membuat Bella mencintainya. Benar-benar mencintainya.

***