webnovel

Disusul oleh Galas

Bella meregangkan otot-ototnya. Praha pada akhirnya menjadi kota tempat dia singgah sebelum dia pergi London esok hari. Oh! Semuanya sungguh mengasyikkan. Dia membuka laptopnya. Memperhatikan bidikannya yang sudah dipotretnya. Beberapa ada yang menarik perhatiannya, pada beberapa potret lain dihapusnya.

Bel pada kamar hotelnya membuat dia mengerutkan keningnya. Bella ragu-ragu sebelum membuka pintu. "Hai!" pria dengan cengiran manisnya itu sudah berdiri disana.

"Lo? Ngapain kesini?" tanya Bella yang tidak percaya Neo berdiri di depannya.

"Ssst! Nanti aja ributnya di dalam. Aku kangen," ujar Neo memeluk isterinya. Tapi Bella tidak semudah itu membiarkan dia masuk.

"Tunggu dulu! Toro mana?" ujarnya celingak-celinguk.

"Besok aja katanya lagi nyusul."

Bella menganggukkan kepalanya sebelum mengijinkan galas masuk. Ia benar-benar senang bertemu dengan isterinya yang sudah dua minggu lebih dirindukannya.

"Neo, lepasin dulu kenapa sih?" dengus Bella tipis ketika laki-laki itu mulai menyasar lehernya.

Neo nyengir. "Habisnya udah lama jauh dari kamu."

"Tapi sebelum itu sebaiknya kau makan dulu. Mengingat seberapa jauhnya perjalanan yang sudah kamu tempuh dan akan kita tempuh lagi esok hari." Bella mengedarkan pandangannya pada jam yang diperhatikan juga oleh Neo. Pria itu tertawa kecil boleh.

Neo menurut. Duduk manis dihadapan Bella kemudian memakan masakan perempuan itu. Neo memberikan jempolnya pada Bella sebagai pujian pada gadis itu. "Kau memang sempurna, jago di ranjang juga jago di dapur."

Bella tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku memang sesempurna itu." Menaikkan sedikit alisnya pada Dennis.

"Tunggu, kenapa aku makan daging sementara kau makan salad?" tanya Dennis melihat menu makan mereka yang berbeda.

Bella tertawa kecil. "Aku sedang ingin menjaga kulitku agar tetap cantik."

Neo juga ikut tertawa mendengar perkataan Bella. "Aku suka itu."

"Bukan cantik buat lo ya? Tapi cantik karena gue menghargai diri gue sendiri," dengus Bella. Neo menaikkan bahunya.

Galas menerbitkan senyuman tipisnya. Mendesis sambil gemas. Entah kenapa dia tiba-tiba meneguk salivanya. Ia kemudian mendekatkan wajahnya. Mencecap sesuatu yang manis untuk pertama kali dalam hidupnya. Bellapun sepertinya juga sama. Dia gagap.

Galas mengikuti instingnya. Mempraktekkan segala suntikan-suntikan kotor yang mempengaruhi otaknya selama ini. Galas langsung memberi jarak ketika pasokan oksigen mereka menipis. Wajah Bella memerah seketika. Tidak pernah menyangka bahwa segGalasya akan semanis ini. Tidak pernah dia akan mengiyakan lagi ajakan Galas dengan suka cita. Bella menetralkan debaran-debaran yang bergejolak di dadanya. Galas benar-benar mampu membuatnya menggila. Memang curang pria yang bernama belakang prambudi itu. Galas berhasil membuat Bella merindukan sentuhannya.

Galas menatap Bella kemudian laki-laki itu mengusap wajahnya. "Sorry Aku mau ke kamar mandi dulu," ucapannya terhenti ketika Bella menahan tangannya.

"Gue siap," bisiknya. Bella tidak bodoh untuk tahu apa yang bergejolak dengan Galas saat ini. Laki-laki itu pria normal bukan? Galas sudah cukup baik bisa menahannya dalam beberapa minggu terakhir. Bella tidak bisa seegois itu untuk membebankan Galas bermain sendirian.

Galas menatap perempuannya itu tidak percaya. Laki-laki itu tersenyum tipis tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh perempuan yang posisinya berada dekat dengan Galas saat ini. "Bella yakin?" tanya Galas.

Bella memejamkan matanya. Ucapan Gea dan Thea mengalun dalam telinganya. Tentang bagaimana beruntungnya posisinya saat ini. Tapi Bella sedang tidak ingin mengambil kesempatan. Dia hanya ingin menikmati waktu ketika Galas hanya dengannya saat ini. Ia kemudian mengangguk dengan wajahnya yang sangat memerah.

***

Mentari pagi menghantam pada Bella. Sepertinya ia lupa menutup gorden semalam, hingga cahaya langsung masuk. Perempuan itu menggeliat pelan merasakan dirinya yang sangat lelah entah kenapa. Rasanya Bella ingin tidur beberapa jam lagi. tidak lupa tubuhnya yang terasa berat dan sedikit sesak.

"Euugh!" lenguh Bella dengan sedikit tenaganya. Perempuan itu menggaruk-garuk sebentar lehernya yang entah kenapa terasa gatal. Ia dengan mata yang setengah terpejam menatap cermin dengan penampilannya yang berantakan. Beberapa detik Bella terpaku. Bukan untuk memperhatikan wajahnya melainkan untuk memperhatikan tubuh bagian atasnya.

Mata Bella membelalak. Mengecek secara langsung, Bella mengintip ke dalam selimut. Ia terkejut. Bella kemudian menoleh kesampingnya. Pada pria yang dengan manisnya tertidur dengan posisi setengah telungkup itu.

"Galas sialan! Apa yang udah lo lakuin sama gue hah?" pekik Bella tidak lupa memberikan keras tamparan pada punggung Galas.

"Auh!" pria itu terkejut reflek mengaduh. "Bella, kenapa sih, Be? Punggung aku perih lo."

"Kenapa lo bisa tiba-tiba ada di kamar gue?!" pekik Bella lagi.

Galas mencibir. "Kan kamu yang ngijinin aku masuk semalam. Belum bangun kamu, ya?!" tidak lupa menolehkan wajah Bella untuk memperhatikan seluruh ruangan yang kental dengan kesan manly itu.

Bella mengerutkan keningnya. "Masa sih?" bisik perempuan itu seolah ingin bertanya pada dirinya sendiri.

Keningnya berkerut mengingat kejadian pahit yang menimpa dirinya. semenjak kepergian Galas yang curang itu, dia sudah membulatkan tekadnya untuk menghajar Galas ketika pria itu kembali. Siapa suruh pergi tiba-tiba saat mereka harusnya menikmati waktu lebih banyak bersama. Tapi kenapa semalam dia malah menerima Galas dan memberikan pria makanan? Apa karena Bella sempat meminum whisky sebelumnya jadi pemikirannya tidak terlalu waras? Oh! Dia mengingat juga bagaimana Galas menggodanya semalam.

"Dasar berengsek!" umpat Bella melayangkan sebuah bantal pada Galas. Tidak hanya itu, Bella melayangkan tinju beruntunt pada Galas.

"Lho, aku udah niat ke kamar mandi lo semalam. Kamu yang narik aku? Aku masih sempat bertanya lo bel?" Galas kebingungan sendiri dengan perubahan sikap isterinya yang berbeda sekali saat malam tadi. Bagaimana Bella dengan liar berada diatasnya. Menikmati gairah mereka berdua dengan sangat panas seolah tidak pernah ada habisnya.

"Sialan! lo malah mencari kesempatan semalam." Bella memaki lagi.

"Kamu tidak menolak saya saat kita melakukan itu. Jika kamu lupa kamu juga bermain semalam Be!"

Damn! Wajah Bella memerah. "Enggak! Itu enggak mungkin!" bantah Bella cepat seolah dia tidak menginginkan kenangan itu sama sekali.

"Apa kita perlu reka adegan agar kamu mengingatnya?" Galas mencondongkan tubuhnya pada Bella yang langsung di dorong oleh perempuan itu.

"Lo jangan coba-coba!" tidak lupa menarik selimutnya guna menutupi beberapa bagian yang Bella rasa perlu.

Galas menggaruk alisnya yang tidak gatal. "Iya deh, maaf. Habisnya kamu lucu. Selain itu kamu juga … sempit." Pria itu makin menyeringai lebar menatap Bella dari atas sampai bawah dengan tatapan panas yang dimilikinya.

Bella makin naik pitam. Merasa semakin dilecehkan. Perempuan itu ingin melayangkan bantalnya pada Galas tapi laki-laki itu berdiri. Reflek Bella menutup wajahnya memastikan pandangannya tidak terkontaminasi tubuh Galas yang tanpa pakaian itu. terlebih dengan entengnya pria itu memasuki kamar mandi.

"Galas sialan!"