webnovel

Bertengkar dengan Mama

Anka melirik pada Bella sekilas kemudian tersenyum. "Kita punya kesamaan juga ya?" membuat Bella tertawa kecil dengan laki-laki itu.

Perjalanan setengah jam pada waktu seharusnya itu harus mereka tempuh dua jam dari perjalanan normal. Memang waktu yang terkesan lama sekali. Mama sudah menanti di toko. Menaikkan alisnya menatap puteri tunggalnya tersebut pulang dengan seorang pria.

"Siapa, Bel?" tanyanya.

Bella berdecak. "Ma, akukan tadi udah kirim pesan. Ayolah! Enggak perlu basa-basi seperti itu." Dengan Anka yang menyalami wanita itu.

"Duduk, Anka!" Mama memberikan basa-basinya pada Anka untuk duduknya setelahnya meninggalkan Bella berdua saja dengan laki-laki itu. Dia tidak sehangat menyambut Neo. Membuat Bella tahu bahwa perempuan itu masih sangat menginginkan Neo sebagai calon menantunya.

"Ayolah! Mama terlalu berlebihan." Perempuan itu protes dalam hatinya. Dia tidak mungkin terang-terangan berdebat dengan mamanya dihadapan Anka. Tidak baik saja untuk orang lain tahu perkara rumah mereka. Terlebih lagi itu menyangkut tamu.

Anka mencicipi roti yang sudah disiapkan oleh pegawai mama dan menganggukkan kepalanya setelah beberapa saat. "Benar enak!" komentar pria itu yang dibalas senyuman oleh Bella. Mereka tidak banyak berbincang disana. sudah terlalu banyak seharian ini. Bella hanya menitipkan beberapa kotak lagi untuk di rumah Anka. Hitung-hitung sebagai balas jasa atas bantuan Anka untuknya.

"Mama terlalu berlebihan." Bella akhirnya tidak kuasa protes ketika Anka sudah pergi dari mereka.

"Mananya mama yang berlebihan? Apa kamu melihat mama bersikap ketus pada teman kamu itu? Tidak!"

"Setidaknya mama bisa berbasa-basi lebih banyak untuk menyambut kedatangannya!"

"Oh kamu yang berlebihan." Mama membalik padanya. "Kamu tahu benar mama tidak terlalu suka berbasa-basi."

"Tapi mama bisa melakukan banyak untuk Neo! Mama mengharapkan apa? Aku sudah katakan aku tidak mungkin bersama Neo untuk menggantikan Galas!"

"Kenapa? Kamu lebih suka pria tadi?! Kamu tidak terlalu banyak hal, Bel!" mama mendebatnya.

"Memang tidak karena mama yang menyembunyikan semuanya! Mama yang membuat tolol!" nafas Bella memburu mencurahkan semua keresahan dan kepedihan yang dirasakannya selama ini atas penipuan yang dilakukan oleh orang-orang sekelilingnya.

"ma, Ada titipan dari …" Neo memasuki toko terhenti ketika melihat ibu dan anak yang saling memburu dengan tatapan kecewa tersebut.

Bella melihat pada pintu. "Tuh, menantu kesayangan mama sudah datang!"

Ia menaiki rooftop dengan wajah masamnya menghindari Neo. "Bel, kita belum selesai bicara!" mama menggeram pada anaknya tersebut.

Neo menggigit bibirnya. Itu bukan kali pertama Neo melihat mama bertengkar dengan Bella. Ibu dan anak tersebut memang kerap berdebat beberapa kali kendatipun saling menyayangi. "Biar Galas aja yang bujuk, ma!" Neo bersuara. "Ibu menitipkan ole-ole untuk mama!"

Mama menarik nafasnya. "Dia mengamuk hanya karena mama tidak bisa melayani dengan benar tamunya. Dia tahu betul mama tidak suka basa-basi dengan orang baru."

"Tamu Bella?" Neo mengerutkan keningnya.

"Pria yang kita tipu Bella untuk menyebutkannya sebagai Galas itu."

Neo menarik nafasnya mendengar penjelasan dari mertuanya. "Ya udah! Biar Galas bujuk dulu!"

Laki-laki itu menaiki anak tangga, menyusul Bella ke atap yang sedang mengusap kasar pipinya dengan wajahnya yang basah itu. "Hey, bentak mama itu enggak baik lagi!"

"Enggak usah ikut campur Lo kalau enggak tahu!" dengus Bella.

"Aku memang enggak tahu apa yang kamu debatkan dengan mama." Neo masih bersuara lembut. Berbohong pada Bella dia tidak tahu padahal mama sudah memberikan bocoran dibawah. "Tapi aku tahu kalau bicara kasar sama orang tua itu, enggak boleh! Gimanapun itu mama, Bel. Minta maaf, gih!"

Mengusap punggung wanita itu untuk menenangkan Bella. "Gue kesal aja. mama itu gitu terus. Dia kalau udah suka sama orang susah sama yang lainnya. Lagian apa salahnya gue dengan Anka? Belum tentu jadi menantunya juga. Kami cuma berteman."

Neo menggigit bibirnya ketika Bella menyebut nama laki-laki lain. namun dia mengkesampingkan cemburunya. Bukan masalah itu yang penting dia perdebatkan dengan Bella sekarang. "Itu kamu ngerti mama. Pahami juga dong, mungkin mama belum siap aja kehilangan menantu kesayangannya."

"Dia itu maunya, Lo. Dia enggak permasalahin Galas."

Membuat Neo menggigit bibirnya bahwa mereka masihlah orang yang sama. "Yah, aku kan baik tampan, perhatian, pintar …"

"Dah! Mending gue mama!" Bella menghentikan ocehan Neo berbalik turun ke bawah untuk menemui mamanya. Neo hanya bisa mengusap kepalanya. Berdecak geli dengan kelakuan mantan isteri yang masih dicintainya itu sekaligus perih menyimpannya semuanya dari Bella. Dia juga tidak tahan ingin membongkar saja semuanya.

Ibu dan anak itu sudah berangkulan saja ketika Neo turun ke bawah. "Kamu sebelum balik makan dulu!" mama berkata pada Neo.

Bella mencibir. Lihatah, Neo disuruh makan, disusupi ini dan itu. Sementara Anka hanya disuruh duduk setelah itu diabaikan. "Mama tadi punya resep baru, kamu cobain deh." Bahkan mama lebih peduli pada Neo dibandingkan dengan Bella.

***

Setelah beberapa jam perjalanan perempuan itu akhirnya sampai di rumah mertuanya. Ibuk langsung menyambut dengan meriah calon menantunya tersebut. "Selamat ulang tahun, Bu!" ujarnya tidak lupa memberikan sebuah kado untuk mantan mertuanya tersebut.

"Makasi lo, ya. Ibu buka boleh?" tanya wanita itu antusias. Bella menganggukkan kepalanya. Ibu membuka isinya dengan terkagum melihat tas yang dibelikan oleh Bella. "Dimana kamu dapat ini?" tanya wanita itu.

"Ada teman kebetulan sedang main ke Yogya, jadi aku nitip sama dia." Bella bersuara membuat Ibu mengelus sayang pipi mantan menantunya itu.

"Duduk dulu!" wanita itu menyuruh Bella duduk pada akhirnya. Menyuruh minum juga sekalian dengan mbak yang menyiapkan minuman untuknya.

"Kalung ibu baru kayaknya tuh!" Bella berkomentar pada mertuanya membuat ibu berdecak.

"Galas yang ngasih. Padahal ibu udah bilang jangan terlalu boros." Ibu berdecak menanggapi. Bella tersenyum mendengar perkataan mertuanya itu. Ia tahu mantan suaminya itu akan memberikan apapun untuk ibunya. Kalau perlu isi dunia untuknya, akan diberikannya selama laki-laki itu.

"Oh ya, ngomong-ngomong sama apa kamu kesini?" Ibu melemparkan tanya pada menantunya itu.

"Sama mobil, Bu. Baru diberanain bawa sendiri sih. Udah lama enggak, mulai belajar lagi sekarang. Dipaksa mama juga. Katanya kalau naik kendaraan umum bisa lama. Ini agar pulangnya enggak terlalu kemaleman."

Ibu tersenyum mendengarnya. Ia tahu Bella bisa bawa kendaraan sebelum kegelapan merenggutnya meskipun perempuan itu sebenarnya lebih suka jalan kakinya. Tentu saja agar dia bisa memotret apapun yang dia suka.

"Ibu senang lingkaran mata kamu sudah berkurang dari yang terakhir kali."

Bella menggigit bibirnya. "Yah, semakin hari rasanya lebih baik." Bella berkata dengan sedikit senyumannya. Memang seperti itu kenyataannya. Dia mulai mengabaikan banyak hal yang tidak perlu serta mulai menerima apa yang ada dihadapannya saja saat ini.

"Galas gimana keadaannya, Bu? Baik dia?" Bella rasa tidak ada salahnya perempuan itu bertanya mengenai mantan suaminya.

Ibu menganggukkan kepalanya. "Agak kurang tidur kayaknya, Bel. Tahulah kamu Galas. Tapi mulutnya masih cerewet nasehatin ibu. Sepertinya tidak terlalu parah stress yang dia alami."

Bella menganggukkan kepalanya canggung. Padahal dia yang melemparkan pertanyaan itu pada mertuanya.