webnovel

Acara di Bogor

Bella menyelesaikan acara ulang tahun ibunya Galas tersebut cukup lama. Cukup banyak yang mereka bicarakan. Perihal Ibu, perihal Bella, juga perihal Galas sesekali. Bella bisa menyimpulkan dari pembicaraan itu bahwa Galas juga tidak baik-baik saja berpisah dengannya. Galas juga memiliki waktu yang sulit. Yah, pasti ada suatu masalah berat yang membuat Galas mengambil keputusan itu.

"Bel, masih di Bogor enggak lu? Jadi main kesini enggak?!" Toro mengirimi Bella pesan saat gadis itu dalam perjalanan akan pulang. Dia menimbang-nimbang mengetuk jemarinya.

"Ada siapa aja disana?" balas Bella setelah menepikan mobilnya dulu mengambil posisi aman.

"Banyak. Ada Neo juga."

Bella memainkan jemarinya. "Oke, deh!" ujar gadis itu melanjutkan perjalanan menuju alamat yang Toro maksud. Tidak terlalu jauh ternyata dari kediaman ibu Galas.

"Hey datang juga!" Toro menyambutnya dibagian depan.

"Kebetulan aja dari tempat ibu Galas tadi." Bella bersuara.

Toro menaikkan alisnya. "Jadi juga ngerayain ulang tahun mertua."

Bella tersenyum kecil. "Ya jadilah! Masa enggak!" decak Bella pada teman suaminya tersebut.

"Eh, gue bawa daging sama minum di belakang!" ujar Bella sambil membuka pintu belakang. Bella tersenyum.

"Asyik nih datang-datang enggak bawa tangan kosong aja!" ujar Toro sambil membantu Bella membawa barang-barang yang sempat Bella beli di jalan dulu.

Perempuan itu berdecak kecil. "Apaan, sih? Katanya mau bikin acara, ya udah gue bawain aja apa yang ada."

"Jadi ni nemu di jalan nih?" Canda Toro yang malah ditanggapi oleh Bella dengan anggukan. Neo yang sedang memanggang daging tersenyum melihat siapa yang datang.

"Tahu gitu aku jemput, Bel!" ujarnya.

"Enggak perlulah! Lebai lo!" ujar Bella sambil meletakkan tasnya. Pandangan gadis itu langsung tertuju pada pemandangan yang tersaji dihadapannya. Bella berjalan lagi menuju mobilnya dan kembali beberapa menit kemudian dengan sebuah kamera.

"Susah deh ya kalau sama ibu fotograper!" Seorang pria dengan kulit gelap serta alisnya yang cukup lebat bahkan sampai menyatu ujungnya tersenyum di dekat perempuan itu. Bella mengerutkan keningnya.

"Miko!" ujarnya mengulurkan tangan.

Bella menutup mulutnya. "Oh Miko! Sorry gue enggak tahu."

Miko menganggukkan kepalanya. "Wajar sih! Harusnya gue ngunjungin lo ya?"

Bella menarik nafasnya kemudian membidik lagi pemandangan yang ada dihadapannya. "Bos lo aja enggak nemuin gue, Mik! Berharap apa gue dari lo," ujar Bella dengan setengah desisannya. Miko diam-diam menatap Neo, miris pada atasannya tersebut.

Miko menjilati bibirnya tidak tahu harus bereaksi apa. "Biasa aja lagi! Gue enggak minta lo ngomong kok! Semua orang milih bungkam." Miko jadi merasa bersalah mendengar Bella berkata demikian. Bella menurunkan sedikit kameranya. Kemudian menoleh pada Miko dengan senyuman khas penuh maknanya perempuan itu.

"Lagian gue udah tahu kok dimana dia." Bella melanjutkan.

Mata Miko melotot. "Oh ya? Dimana?"

"Kutub utara kali …" ujar Bella dengan sedikit tawanya. "Buat peradaban disana. atau lagi nyusuri segitiga Bermuda."

"Parasit dong dia!" ujar Miko menimpali.

Bella tertawa sambil menganggukkan kepalanya. "Gila, tua bangat ya kita! Masih ingat aja lagu itu. Anak jaman sekarang belum tentu tahu tuh!" komentar Bella lagi.

Miko menganggukkan kepalanya. "Pergi kau ke ujung dunia, dehidrasi di kutub utara, hilang di segitiga Bermuda." Miko menyenandung sepenggal lirik lagi yang berjudul Parasit dari Gita Gutawa itu.

"Usia enggak bisa bohong ya!" tawa Bella yang lagi-lagi mendapatkan anggukan setuju dari Miko.

"Nih, bisa gantian panggang enggak? Sampai kapan gue disini, nih!" Neo protes juga. Lebih tepatnya Neo jengah melihat kebersamaan Miko dan Bella. Pria itu memang cemburuan sepertinya. Tidak membiarkan Bella dekat dengan laki-laki sedikit saja.

Bella dan Miko bergantian bertukar mata. Hanya tertawa kecil membiarkan Miko pergi dan dia kembali berkutat dengan kameranya. Kali ini dia berusaha membidik. "Suka bangat dekat sama cowok!" ujar Neo menghampiri Bella dengan membawakan perempuan itu sepiring daging yang sudah dipotong kecilnya ditambah dengan sosis.

"Dekat belum tentu juga pacaran! Lagian single ini!" Bella berujar menerima suapan dari Neo. "Panas!" ujar perempuan itu.

"Namanya juga baru diselesai dipanggang, Bel!" ujar Bella.

"Bilang kek!" protes Bella.

"Tapi masih bisa kamu telan juga!" Neo menjawab.

"Gimana kamu tadi ketemu sama ibu mertua kamu?" tanya Neo. Dia tidak tahan menanyakan keseharian Bella dengan ibunya.

Bella memainkan bibirnya. "Kami ngobrol banyak. Kayak biasalah. Selalu ada aja topik obrolan dengan Ibu. Trus kayak biasanya juga nyekar ke makam mendiang Bapak bentar dan berdua disana." Bella menjelaskan kegiatan seharian.

Neo menganggukkan kepalanya. "Aku pikir kamu enggak akan datang." Neo bersuara.

Bella menatap laki-laki itu sekilas. "Tadinya memang rencananya malas. Tapi ingat kali aja dapat jackpot disini. Eh, iya benar!" ujar Bella. Perempuan itu memperlihatkan pada Neo hasil jepretannya.

Neo mendekat laki-laki itu bukannya memperhatikan hasil jepretan Bella malah melihat perempuan itu. Menyusuri wajah Bella –dari alis perempuan itu yang sudah lama tidak Neo sentuh sampai pada bibir Bella- melalui matanya. Tidak sampai disana, mata Neo beralih pada hal lain, terutama bagian leher perempuan itu yang tidak sengaja Bella tampilkan ketika rambutnya tersibak.

"Ehm, cantik! Seksi juga!" bisik Neo.

Bella mendongak, mengerutkan keningnya. "Seksi? Lo liatin hal yang aneh ya?!" semprot Bella sambil menjauh beberapa langkah dari laki-laki itu. "Lo ya?! Enggak pernah berubah emang!" dengus Bella memberikan Neo tendangan pada tulang kering laki-laki itu.

"Auh! Bel!" rintih Neo kelabakan.

Bella tersenyum senang. "Pikiran kotor, Lo!" umpat Bella mengambil piring yang berada di tangan laki-laki itu lantas membawanya pergi. Bella sekarang bergabung dengan yang lainnya setelah dia kembali menyimpan kameranya. Neo masih merintih menahan sakit yang ditertawakan oleh mereka.

"Kasar Lo, Bel!" decak Toro padanya.

"Sesekali biar tahu rasa dia!" senyum Bella penuh kemenangan.

Bella pada akhirnya memakan daging yang disiapkan oleh Neo untuknya tadi. Menganggukkan kepalanya menikmati. Sudah tidak terlalu panas lagi. sudah bisa Bella makan. Perempuan itu mengambil kola kemudian meminumnya untuk dirinya sendiri.

"Wah, gue enggak tahu kalian bisa nemuin tempat sebagus ini!" ujar Bella yang tidak berhenti terkagum.

"Enggak sengaja pas dapat proyek. Dua tahun yang lalu atau apa!" Toro menjawab. Bella mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Gue melimpir pergi bentar ya!" ujar Bella ketika mengingat sesuatu. Dia mengambil ponselnya lantas menghubungi sebuah nomor. Hal pertama yang dia lakukan dia menghubungi mamanya. Mengabarkan dia kemungkinan akan pulang terlambat malam ini karena dia bersama Neo. Atau ada kemungkinan mereka tidak pulang dan menginap disana.

Setelah mendapatkan banyak pertanyaan dan wawancara dari papanya Bella diijnkan. Tentu saja atas bujukan mamanya yang entah bagaimana caranya. Mungkin mama senang sekali selama Bella menghabiskan waktu banyak dengan Neo. Padahal Bella sudah mengatakan mereka tidak berdua saja. melainkan berkelompok.