webnovel

Sesuatu yang Tak Terduga

Pagi ini Hwa bangun lebih awal ketimbang Minho, sepertinya pria itu sangat kelelahan kemarin sampai tidur begitu lelap. Hwa menatap wajah Minho yang terlihat damai saat tertidur. Dia singkirkan beberapa anak rambut dari dahi Minho, kemudian mengecupnya perlahan agar pria itu tak terusik tidurnya.

Setelah itu Hwa pergi ke kamar mandi, mencuci wajahnya dan menggosok gigi sebelum akhirnya gadis itu berkutat dengan pisau dan bahan makanan di dapur. Ya, pagi ini Hwa akan memasak sarapan untuk Minho.

Pagi ini Hwa akan memasak kimchi jjigae dan gyeranmari untuk sarapan. Gadis itu mengambil sisa daging yang dibawa oleh Minho dalam kulkas, dia juga menyiapkan kimchi, daun bawang, bawang bombay, tahu, serta empat butir telur dan sedikit wortel untuk gyeranmari.

Saat sedang sibuk mengiris daun bawang, Minho dengan jahilnya memeluk Hwa dari belakang dan menaruh kepalanya di atas pundak Hwa.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Hwa.

"Eung," sahutnya.

"Basuh wajahmu dan bersiaplah untuk pergi bekerja," titah Hwa.

Minho menggelengkan kepalanya dan malah mempererat pelukannya pada Hwa.

"Ya! Aku sedang memasak lho, nanti kamu bisa terluka," ucap Hwa yang masih tak dipedulikan oleh Minho.

Hwa kemudian meletakkan pisaunya dan berjalan ke arah wastafel dengan Minho yang masih tak mau melepaskan pelukannya. Setelah mencuci tangannya, Hwa kemudian membalikkan badanya menghadap Minho dan menatap pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Good Morning, chagi…" ucap Minho yang merangkulkan tangannya pada pinggang Hwa.

"Bau…" ucap Hwa menghindari Minho sambil menutup hidungnya.

"Apa kau bilang, hmm?" Kali ini Minho menarik Hwa agar mendekat. Sedangkan Hwa masih menutup hidungnya sambil terus menghindari wajah Minho.

"Apa masih tercium bau, hmm?" tanya Minho yang kini mengunci Hwa agar tak bisa pergi dan menghindarinya.

Minho segera menghapus jarak diantara mereka, bibir mereka bertaut, Minho memberikan ciuman lembut untuk Hwa. Gadis itu tak menolak, tapi bisa dilihat sekarang wajahnya benar-benar merah.

Setelah Minho melepas tautan itu, Hwa segera pergi ke arah kompor, dia juga menghindari Minho. Perlakuan Hwa itu membuat Minho gemas dan terkekeh karenanya.

"Sekarang aku akan bersiap untuk pergi bekerja," ucap Minho sambil berlalu pergi ke arah kamar mandi meninggalkan Hwa yang masih salah tingkah.

Bukannya Hwa tak suka dengan perlakuan Minho, tapi dia hanya merasa malu entah kenapa. Baginya Minho adalah orang yang spesial, tapi ciuman barusan itu mendadak sekali.

"A-aku bisa benar-benar gila kalau begini," gumam Hwa yang masih terbayang kejadian barusan.

Akhirnya Hwa pun tetap melanjutkan untuk memasak sarapan dengan wajah yang merah. Sampai akhirnya Minho keluar dari kamar dan duduk di meja makan.

"Apa kau marah padaku?" tanyanya.

"Tidak, aku tidak marah padamu… makanlah, aku sudah membuatkannya untukmu…" ucap Hwa yang masih menghindari tatapan Minho.

"Kalau begitu aku bisa melakukannya lagi?" Kali ini Minho menggoda gadis itu.

"Eung," sahut Hwa dengan suara pelan.

Minho tertawa gemas dibuatnya, pria itu mengacak rambut gadis di hadapannya itu, lalu kemudian mencoba masakan Hwa.

"Hari ini aku akan mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku tak bisa menemanimu. Setelah selesai nanti telepon aku, akan segera ku jemput," kata Minho.

"Eung, aku mengerti…" ucap Hwa.

Setelah selesai makan, Minho membereskan piring dan mencucinya sementara menunggu Hwa untuk bersiap pergi ke rumah sakit. Padahal Minho ingin sekali menemani Hwa hari ini, tapi sayangnya ada rapat yang harus dia hadiri hari ini.

Kini Hwa telah siap, gadis itu tampil cantik dengan dress selutut berwarna peach dan rambut yang digerai.

"Cantik," ujar Minho.

"Ayo pergi sekarang," ucap Hwa.

***

Sesampainya di rumah sakit, Hwa disambut oleh Yeonjin. Pria jangkung itu telah menunggunya dari tadi.

"Aku titip gadisku," ujar Minho dari dalam mobil sesaat setelah Hwa turun.

"Tenang hyung, gadismu ini akan aman," sahut Yeonjin.

"Ya, akan aman selama ada kami." Suara seorang pria lainnya terdengar familiar bagi Hwa.

Hwa membalikkan badannya dan mendapati Seunghan berada di belakangnya. Betapa terkejutnya Hwa ketika melihat pria itu, sahabatnya dulu saat masih SMA.

"Ya! Kim Seunghan!" Hwa segera memeluknya.

"Wah, kau tak banyak berubah Eunhwa-ya…" ucap Seunghan.

"Ya! Jangan macam-macam dengan gadisku!" kata Minho saat melihat keduanya berpelukan.

"Tenang hyung… aku tak akan mengkhianatimu…" ujar Seunghan.

Mereka berempat tertawa bersama, kemudian Minho bergegas pergi untuk menghadiri rapat. Minho memang sengaja memanggil Yeonjin dan Seunghan.

Mereka diberi tugas oleh Minho untuk menemani Hwa hari ini sampai Minho menjemputnya. Ya, begitulah cara Minho menjaga gadisnya itu. Dia tak ingin hal buruk terjadi.

Setelah Minho pergi, mereka berjalan beriringan memasuki rumah sakit sambil sedikit bercerita mengenang masa-masa saat mereka SMA dulu.

Sesampainya di ruang tunggu mereka menemani Hwa menunggu gilirannya di panggil masuk. Sembari menunggu Seunghan sedikit bercerita tentang kehidupannya di Prancis.

Tak terasa tiba saatnya giliran Hwa masuk bertemu dengan psikiaternya, Seunghan dan Yeonjin menunggu di luar selagi Hwa masuk ke dalam.

Setelah lama menunggu Hwa pun keluar dari dalam ruangan itu. Seunghan langsung menghampiri gadis itu.

"Sudah selesai?" tanya Seunghan.

"Eung, hanya perlu menebus obat saja," jawab gadis itu sedikit lesu.

"Apa sesuatu yang buruk terjadi?" tanya Seunghan khawatir.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku baik-baik saja," jawab gadis itu.

"Baiklah, sekarang ayo kita tebus obatnya lalu kemudian ku antarkan ke tempat Minho hyung," ucap Seunghan.

"Eung… ngomong-ngomong, dimana Yeonjin?" tanya Hwa sambil melihat ke sekeliling.

"Dia tiba-tiba ada panggilan darurat dari UGD, jadi dia pergi ke sana," jawab Seunghan.

Hwa mengekor di belakang Seunghan, mengikuti pria itu menuju ke tempat pengambilan obat. Semua baik-baik saja, sampai ketika tangan Hwa dipegang oleh seorang wanita paruh baya yang duduk di sebuah kursi roda.

Hwa tampak terkejut melihat wanita itu. Ya, itu adalah ibunya. Dari kejauhan terlihat Eunhee tengah berjalan mendekat ke arah mereka, sedangkan Seunghan masih belum sadar dengan apa yang terjadi.