"Kamu mau kembali lagi ke kota ?"
Aku mengemasi barang-barang yang akan aku bawa kembali ke kota. Setelah begitu lama tinggal di rumahnya, aku perlu ke kota untuk memperbaiki perlengkapanku berupa pedang dan armour yang telah rusak.
"Begitulah. Aku harus memperbaiki armor dan pedang yang kugunakan ini. Pedangku retak sewaktu berlatih kemarin."
"Ma-Maafkan aku...."
Venicia memandangku dengan perasaan bersalah. Aku pun hanya tersenyum padanya dan mengambil tas punggung yang kutaruh di dekat pintu.
"Kamu akan kembali lagi kan ?"
Hmmm.... Kalau itu sih aku tidak begitu tahu. Selain mencari pandai besi yang bisa memperbaiki pedangku ini. Tanpa pedang pun.... aku tidak bisa berburu di hutan, jadinya aku harus mencari pekerjaan lainnya di kota.
"Mungkin..... aku akan kembali lagi...."
Kalau aku tidak mendapat pekerjaan di kota.... aku akan kembali lagi kesini. Menghabiskan waktuku membantu Venicia untuk mencari tumbuhan obat atau meracik beberapa obat-obatan.
"Janji kan ?"
"Tenang saja..... aku hanya mencari pekerjaan. Tidak pergi jauh kok."
Dia khawatir sekali sih. Padahal diriku tidak akan pergi sangat jauh darinya. Ini seperti kasih sayang seorang kakak pada adiknya yang akan merantau jauh dari rumahnya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu ya !"
"Hati-hati dijalan !"
Kulangkahkan kakiku menjauh dari rumah gubugnya yang tua. Ia tinggal di sini sendirian, pada tengah hutan selama ini. Meski sedih untuk meninggalkannya, aku memang perlu untuk pergi dan tidaklah selalu bergantung padanya. Venicia melambai-lambaikan tangannya padaku. Aku membalasnya dengan mengangkat tanganku dan membuat tanda 'oke' kepadanya.
Sekarang..... Aku harus pergi kembali ke kota untuk memperbaiki perlengkapanku dan mencari pekerjaan. Semoga saja aku bisa menemukan pekerjaan dengan cepat.
-o-
Suasana kota masih ramai seperti biasanya. Sudah beberapa hari aku tidak kembali lagi ke benteng. Dengan membawa kartu pengenal, aku bisa memasuki benteng, walaupun sebelumnya harus melewati pengecekan barang bawaan. Untungnya aku tidak membawa barang-barang yang tidak dilarang dan dibiarkan masuk.
"Pertama.... pergi ke pandai besi dulu."
Aku berjalan menuju ke bagian lain di kota. Di dalam benteng ini terdiri dari beberapa bagian. Yaitu ada bagian perdagangan yang didominasi untuk berjualan barang dan terdapat pula beberapa bar serta penginapan, bagian pabrik yang berisikan tempat-tempat yang digunakan untuk membuat barang untuk kerajaan. Contohnya adalah pandai besi, dan tempat pembuatan makanan. Setelah itu ada pula pusat kota, dimana terdapat sebuah taman di tengah kota dan berisikan rumah-rumah tinggi milik para bangsawan kerajaan. Yang terakhir adalah bagian kerajaan, dimana disana terdapat kastil yang tidak terlalu besar tempat raja serta mentrinya mengatur kota ini.
Tujuanku yang pertama adalah mencari pandai besi di bagian pabrik. Aku membeli pedang ini dari salah satu pedagang disana. Jadi lebih baik kalau aku kembali saja ke pedagang yang pernah menjualku peralatan ini. Pastinya dia lebih tahu cara memperbaikinya.
BUK
Aku dikagetkan oleh seseorang yang menabrakku ketika tengah berjalan.
"Ma-maaf"
Aku meminta maaf padanya karena telah menabraknya. Begitu kulihat siapa yang menabrakku, rupanya dia adalah anak kecil. Dirinya hanya memakai jubah panjang yang menutupi tubuhnya, tanpa mengenakan alas kaki apapun. Aku dapat mengintip sedikit di dalam jubah itu, dia membawa 2 buah pisau dengan gagang yang runcing di kanan kiri pinggangnya.
Tanpa menjawab apa-apa, dia hanya menganggukkan kepalanya lalu pergi begitu cepatnya dariku.
Bahkan anak kecil sepertinya berkeliaran di kota seperti ini. Dia sama sekali tidak mengenakan alas kaki dan pakaiannya hanya sebuah jubah saja. Tidak bisa kubayangkan betapa kerasnya hidup yang ia lalui, padahal dirinya masih kanak-kanak.
Suara dari dentingan palu dan besi panas serta bau dari pembakaran arang tercium begitu aku memasuki bagian pabrik. Bau yang mengingatkanku pada pertama kali membeli perlengkapan.
Aku mendatangi tempat dimana pertama kalinya kubeli perlengkapan ini. Ditokonya sendiri terdapat beberapa gerai yang berisikan senjata buatan toko ini. Seperti pedang panjang yang berkilauan hingga sebuah armor yang sangat besar. Sembari melihat-lihat toko, aku berdiri di depan meja kasir menunggu pemilik toko untuk datang. Karena begitu lama tidak dijawabnya, aku mengetuk pintu kayu di belakang meja kasir. Tak dijawab, dan tidak punya pilihan, kubuka pintunya.
Disana terdapat seseorang berbadan besar dan berotot, serta memiliki sebuah jangkut dan kumis yang panjang, tetapi tidak memiliki rambut sehelai pun di kepalanya. Di belakangnya terlihat tangga menurun ke bawah dengan tunggu perapian panas. Sepertinya barusan ia sedang menempa besi.
"Permisi ! Saya mau memperbaiki perlengkapan !" kataku sambil berteriak. Kalau tidak berteriak, suaraku tidak akan terdengar jelas, kalah dengan suara bara api serta dentingan besi yang keras disekitarku.
Dia lalu melepaskan potongan besi itu di dalam bara yang menyala, berjalan menaiki tangga untuk menyambutku.
"Ada apa?"
Aku mengambil pedang yang kutaruh di sarungnya sambil menunjukan padanya. Pedangku terdapat beberapa retakan dan lecet disana-sini. Kalau kugunakan, takutnya akan pecah berkeping-keping.
"Saya mau memperbaiki pedang ini. Berapa ya kira-kira harganya ?"
Pandai besi tersebut mengamati pedangku dengan teliti. Ia mengambil pedang tersebut dari meja, melihatnya begitu seriusnya dari setiap ujung ke ujung lainnya.
"Hmmm... kerusakannya tidak terlalu parah sih. Tetapi aku harus melapisi pedang ini dengan logam juga untuk menutupi retakannya. Untuk perbaikannya... 5 koin perak mungkin cukup."
5 koin perak kah..... untung saja aku membawa uang sebanyak 7 koin perak. Dengan begitu aku bisa membayar.....
Aku merogoh saku bajuku untuk mencari kantung uang yang kutaruh disana. Tetapi hampa, aku tidak mendapatkan kantung uangku disana. Aku juga mengecek di tas serta sakuku lainnya, hasilnya pun juga kosong. Tidak dapat kutemukan kantung uangku dimana pun....
Apakah kantung itu terjatuh ? Sebaiknya aku mengingat kembali apa yang terjadi sebelum menuju ke pandai besi.
Bangun tidur, aku langsung lari menyusuri hutan dan mencari beberapa bahan makanan, setelah selesai lari aku berlatih pedang, lalu.... mandi di danau, setelah itu memasak tanamannya dan memakannya.... Terakhir pergi ke kota dan menuju distrik.
Aku sudah mengecek barang bawaanku sebelum pergi, tidak mungkin aku melupakan kantung uangku ! Sampai aku teringat saat aku menabrak seorang anak kecil sebelum sampai ke sini.
"AH ! ANAK KECIL ITU !!!"
Jangan-jangan, dia menabrakku dan mengambil dopetku ?!
"Bagaimana nak ? Jadi tidak ? Aku masih harus bekerja setelah ini."
"Ma-Maaf, sepertinya tidak dahulu. Saya lupa membawa uangnya.... haha..."
"Hah.... ya sudahlah. Kamu bisa datang esok hari lagi."
Pandai besi itu kembali ke belakang untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku mengambil pedangku dan bergegas pergi ke luar toko.
"Hari ini begitu sial. Niatnya mau memperbaiki pedang dan mencari pekerjaan.... malah uangku dicuri orang."
Uang satu satunya hilang sudah. Sekarang aku tak memiliki uang sepeserpun dan pedangku tidak dapat kugunakan. Yang bisa kulakukan hanyalah bertanya kesana-kemari untuk mencari pekerjaan yang tepat untukku.
Hingga siang hari tidak ada tempat cocok untukku bekerja. Pilihan terakhir hanyalah menuju ke pinggiran kota untuk menjadi kuli seperti dulu. Aku tidak memiliki pilihan terakhir.
Sewaktu berjalan menuju ke pinggiran kota, aku menemukan sebuah papan yang ada di dekat pos penjaga. Disana terdapat beberapa pengumuman yang tidak dapat kubaca. Disana terdapat sebuah poster aneh dengan tulisan yang besar.
"Ohhh.... apa kamu tertarik dengan pekerjaan ini?"
Seorang prajurit tiba-tiba berada didekatku. Dia menjelaskan padaku tentang poster yang sedang kulihat ini.
Katanya itu adalah sebuah lowongan pekerjaan dari bagian pabrik. Gajinya lumayan besar, 5 koin perak perhari. Syarat yang dibutuhkannya hanyalah kekuatan fisik dan mengerti senjata saja. Dia bahkan memberitahuku tempatnya.
Aku bergegas menuju ke bagian pabrik untuk mencari tempatnya. Mengikuti map yang telah kugambar dengan bolpoin sebelumnya, tempatnya terletak didekat pinggiran sungai pembatas bagian pabrik dengan pusat kota.
Di pinggiran sungai pembatas terdapat beberapa roda besar yang berputar di sungai, arusnya yang deras membuat roda itu terus berputar. Disamping rodanya juga terdapat sebuah rumah . Sepertinya roda ini digunakan untuk menggiling sesuatu, gandum atau sejenisnya.
"Loh.. bukannya ini.."
Tempat yang kudapati ternyata pandai besi sebelumnya. Aku tidak sadar disamping tokonya juga dipasang poster yang sama seperti di papan pengumuman. Aku mengetuk pintu yang sudah ditutup, karena hari sudah menjelang malam.
Diluar sini aku menunggu pandai besi itu membuka pintunya. Hari sudah mulai petang dan dingin, malam ini aku tidak tahu ingin tidur dimana. Kalaupun kembali ke gubuk Venicia, pada malam hari akan sangat berbahaya tanpa perlengkapan yang benar.
"Ada apa malam-malam begini ? Tokonya sudah tutup." Pria bertubuh besar itu membuka pintu dengan mengatakan hal tersebut.
"Saya melihat poster perekrutan untuk menjadi pandai besi di papan pengumuman. Saya tertarik dengan pekerjaan tersebut."
Dia mengamatiku, dari atas hingga bawah dan menghela nafasnya.
"Aku tidak butuh orang sepertimu." Lalu menutup pintunya dengan perlahan.
Tetapi aku mengganjalnya dengan kakiku agar pintu tersebut tidak menutup. Ini satu-satunya cara agar aku mendapatkan pekerjaan, aku tidak mau lagi tidur diluar dengan kedinginan seperti dahulu lagi.
"Saya bisa menunjukkan pada anda kalau saya pantas menjadi pandai besi."
"Dengan badan kecil seperti itu memangnya bisa apa ?"
Tas yang kubawa semenjak tadi, kutaruh didepan badanku. Niatku adalah untuk menujukkan padanya bom asap yang kubuat. Pastinya di kota ini belum ada yang bisa membuat bom asap seperti ini sebelumnya.
KLANG
Sebuah benda keras terjatuh ketika aku merogoh isi tasku. Di tanah terjatuh sebuah benda tajam dan keras berwarna biru kehitaman. Aku tidak mengingat membawa barang seperti ini sebelumnya. Apa Venicia yang memasukkannya ya ?
"I-Ini.... bukannya ini sirip dari Armored Lizard ?! Kenapa bisa kamu membawanya ?!"
Pria tersebut terkejut begitu melihat benda keras itu. Dia mengambilnya, mengamatinya dengan detail, sepertinya dia sangat takjub dengan benda itu.
"Saya mengalahkan kadal itu sewaktu berada di hutan."
"Ka-Ka-Kamu mengalahkannya ?! Dengan kelompok apa ? Pastinya untuk menjatuhkan kadal sekuat itu butuh banyak kelompok."
"Se.... sebenarnya tidak...... Saya mengalahkannya sendirian...."
KLANG
Benda keras itu terjatuh kembali ke lantai dan menimbulkan suara yang keras. Dia lalu menepuk pundakku dengan keras. Tepukannya benar-benar kuat dan membuat pundakku langsung terasa berdenyut.
"Kenapa kamu tidak bilang sebelumnya ? Mari masuk. Ceritakan padaku bagaimana caramu mengalahkannya."
Dia menuntunkun kedalam rumahnya. Di rumahnya, dia tinggal sendirian di lantai kedua tokonya tersebut. Selain menjamuku dengan makanan serta minuman. Bahkan ia menceritakan beberapa kisahnya juga. Seperti dahulunya yang pernah menjadi seorang petualang, hingga bertemu Armored Lizard. Armored Lizard terkenal sebagai pemangsa yang ganas dan suka memangsa beberapa petualang di hutan.
Dia beserta kelompoknya pernah melawannya, tetapi tidak ada senjata apapun yang bisa menembus sisik kerasnya. Untuk itulah ia berhenti menjadi petualang dan mendalami pandai besi untuk membuat senjata yang bisa menembusnya. Tetapi, tidak ada.
Hingga akhirnya pedangku, yang awalnya hanya sebuah prototype pedang yang ia buat karena terinspirasi pedang dari kerajaan timur bisa mengalahkan Armored Lizard tersebut.
"Yah.... tidak kusangka.... ternyata kelemahannya di dekat leher belakang ya. Karena sisiknya yang keras itu. Aku hanya terpaku kepada sisiknya."
Dia bercerita dengan riangnya. Sementara diriku juga ikut mengikuti cerita serunya.
"Selain itu... aku juga tertarik pada bom asap buatanmu itu. Kreasimu bisa dijual juga untuk membantu para petualang yang kesusahan kabur dari musuh."
"Bagaimana nak. Tertarik untuk menjadi asisten pandai besiku ?"
Setelah bercerita cukup lama. Akhirnya dia mengajakku untuk menjadi asisten panda besinya. Dengan senang hati, aku menerimanya. Yang jadi permasalahan selanjutnya adalah tempat menginapku untuk malam hari ini.
"Maaf sebelumnya. Tetapi... apakah saya malam ini boleh menginap disini ? Saya tidak apa-apa kalaupun harus tidur di dekat tempat kerja anda atau dimana saja."
"Hmmmm ? Malam ini aku tidak bisa tidur ! Walaupun sudah malam.. Pekerjaan pandai besi tidak pernah berhenti. Masih banyak pesanan dari para prajurit serta konsumen. Jadi malam hari ini kita akan bekerja hingga pagi hari !"
A-APA ?! Bekerja hingga pagi hari ?! Padahal baru saja aku di rekrut ! Kenapa langsung diberikan tugas ?!
Pada malam hari yang tenang ini. Kami berdua mewarnainya dengan suara dentingan palu serta bunyi dari bara api yang meletup-letup seperti semangat kami dimalam hari. Satu persatu pedang serta armor kami buat.
Diriku yang masih pemula pun dipaksa kesana kemari untuk mengambil peralatan. Terkadang juga aku mendapat amarah karena jalanku yang lambat atau terjatuh saat mengambil barang.
Padahal aku juga ingin menjadi petualang ..... Tetapi kenapa malah menjadi pandai besi ?!