webnovel

Chap 10

Secara Reflek alex langsung melompat mundur kebelakang, sayangnya tangan Albert lebih cepat dan menangkap kerah seragam Alex. Albert menarik Alex dan menyeretnya mendekat.

Tarikan Albert sangat kuat sampai wajah Alex menghantam besi teralis jendela. Alex menahan rasa sakit di perutnya yang juga menghantam dinding UKS. Dia mendengar Albert mendesis seperti yang dia lakukan sebelumnya, desisan itu membuat telinga Alex ngilu.

Mulut Albert terbuka memperlihatkan lidahnya yang panjang seperti ular. Dia terus meneteskan air liur bercampur dengan darah kental yang mengotori seragam sekolah Alex.

Dengan sekuat tenaga Alex menahan tangan Albert agar menjauh darinya namun kekuatan Albert sangatlah kuat. Alex tidak tahu mengapa dia bisa mendapatkan kekuatan sebesar ini.

Kemudian ia mulai berpikir untuk mencari cara agar untuk melepaskan tangan Albert darinya.

Alex melihat ke arah kanannya, dia melihat sebuah gunting yang berada di atas meja. Tanpa berpikir panjang Alex meraih gunting itu yang tak jauh darinya. Segera ia mengambil dan mengangkat gunting itu tinggi - tinggi.

"Albert!" teriak Alex pada Albert yang masih mendesis sambil membuka mulutnya lebar - lebar seakan ingin menggigit Alex.

"Kalau kau tidak mau melepaskan ku, aku bersumpah akan menusukku!"

Namun ucapan Alex tidak didengar oleh Albert, ia malah semakin menarik tubuh Alex semakin kuat. Seperti yang dikatakan oleh Kang Husein, Albert sudah benar - benar bukan manusia lagi. Jangankan mengenali dirinya, Albert sama sekali tidak mendengar atau memahami perkataannya.

Alex memutuskan untuk menancapkan Gunting pada Albert. Walaupun dia jijik namun dia harus memberhentikan Albert sebelum dia membunuh dirinya. Alex menusuk lengan Albert berulang kali agar dia mau melepaskan tubuhnya. Dia lebih memilih untuk menusuk lengannya karena dia tidak ingin membunuh orang.

Namun tusukan Alex sama sekali tidak membuat Albert melepaskan cengkaramannya, ini sama sekali bukan sesuatu yang diinginkan oleh Alex. Albert sama sekali tidak merasakan sakit bahkan gunting yang barusan masih tertancap di lengan Albert sangat dalam.

Tidak mau berhenti sampai disitu, Alex menggapai kepala Albert dan membenturkan ke besi teralis. Melukai tangannya dengan dengan menarik ke besi teralis hingga bergesekan namun semua itu sama sekali tidak membuat Albert bergeming atau berteriak kesakitan. Dia benar - benar bukan manusia lagi, dia Monster.

Tenaga Alex sudah mulai kehabisan, luka di perutnya semakin parah karena terlalu banyak bergerak. Dirinya tidak tahu harus melakukan apa lagi, dia hanya bisa melihat Albert yang membuka mulutnya sudah menyantap Alex.

Saat mulai pasrah dan menutupnya matanya, sebuah kapak melayang dan menancap di kepala Albert. Membuat suara benturan seperti tulang kepala terbelah. Suara itu sangat memilukan telinga.

Alex membuka matanya kembali melihat apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang dilihat membuat siapapun bergidik ngeri, sebuah kapak menancap di kepalanya dan membelah hingga hidung. Cipratan darah Albert mengenai wajah Alex. Buru - buru Alex melepaskan jari tangan Albert dan segera menjauh darinya.

Tubuh Albert merosot jatuh ke bawah tanah tak berdaya. Sepertinya dia telah mati, tidak mungkin jika seseorang dengan kepala yang sudah terbelah masih bisa bertahan hidup. Itu hanya ada di novel atau film - film saja.

Seseorang menarik kapak yang menancap di kepala Albert dengan sekuat tenaga membuat suara yang sangat memilukan. Alex mencoba memperhatikan siapa orang itu namun pemandangan yang sangat gelap membuat Alex kesulitan untuk melihat wajahnya.

Orang itu kemudian berjalan pergi dan tak lama kemudian suara pintu UKS terbuka. Memunculkan sosok pria dengan kapak yang sudah dipenuhi darah.

"Gilang!"

Alex berteriak memanggil namanya saat tahu siapa sosok pria itu. Alex merasa senang karena bertemu dengan sahabatnya itu.

Gilang kemudian berjalan ke arah Alex dan mengambil sebuah HT yang tergeletak di lantai, sepertinya Alex tidak sadar telah menjatuhkan HT itu saat Albert mencoba menariknya. Gilang menunjukkan HT itu ke depan wajah Alex.

"Aku sudah bilang padamu jika HT ini berbunyi, bersembunyi lah dan jangan mengeluarkan suara apapun." bentak Gilang pada Alex.

Alex tercengang tidak dia tidak menyangka Gilang akan membentaknya seperti itu.

"Jadi kau orang yang membawaku kesini?"

"Kau tidak baca pesan yang ku tulis di kertas?"

"Bagaimana bisa orang seperti ku yang terluka percaya dengan sebuah kertas yang tidak tahu siapa penulisnya." ucap Alex kesal karena sejak dari awal semua orang yang dia temui membuat Alex kebingungan. Melihat kejadian barusan saja otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih.

"Memangnya kau tidak mengikuti ritual itu?" tanya Gilang.

"Apa maksudmu? Aku baru saja datang untuk menjemput Gebi tiba - tiba saja semua kek-"

Belom selesai Alex berbicara, suara statik itu kembali berhenti berubah menjadi suara denging keras dari HT, Suaranya lebih keras daripada sebelumnya.

"Dia datang!" geram Gilang kemudian ia mendorong Alex untuk bersembunyi di bawah kasur, punggung Alex terbentur dengan dinding hingga membuat lukanya semakin sakit.

Alex merintih kesakitan namun mulutnya ditutupi oleh Gilang. "Apa yang kau lakukan?"

"Sstt Diam!" desis Gilang menyuruh Alex agar tetap diam. Ia melemparkan dirinya ke sebelah Alex dan menunduk hingga tidak terlihat dari jendela. Dia memutar tombol volume HT dengan cepat dan suasana menjadi sepi, hanya ada suara hujan yang sangat deras.

"Siapa yang datang?"

Gilang masih tak menjawab, dirinya masih diam tak bergeming sambil melihat ke bawah pintu yang di terangi oleh cahaya bulan. Alex pun mengikuti apa yang di lakukan oleh Gilang. Saat Alex ingin bertanya kembali, sebuah siluet bayangan yang berasal dari jendela nampak jelas di atas lantai.

Awalnya Alex mengira dia salah lihat namun saat menatap wajah Gilang, dia menganggukan kepala nya menandakan dia juga melihat sosok bayangan itu.

Sosok bayangan berwujud wanita dengan rambut yang disanggul hanya saja kepala wanita itu sangat lah kecil, dan yang lebih anehnya lagi kepalanya itu seperti dikelilingi oleh ular.

Kami berdua diam, tak ada yang berani untuk bersuara. Bahkan Alex menahan nafasnya, suasana di UKS ini tiba - tiba berubah menjadi terasa berat dan mencekam, seolah seluruh atmosfir di ruangan ini terhisap habis. Mata Alex terus mengawasi gerak - gerik kepala gadis wanita itu. Sementara jantungnya sedari tadi sudah berdegup kencang.

Tiba - tiba dalam satu hentakan kepala wanita itu menghantam keras besi teralis dan juga kaca jendela hingga membuat bunyi dentuman yang cukup keras. Tubuh Alex terlonjak sangking kagetnya menyaksikan apa yang terjadi. Alex sama sekali tidak tahu makhluk apa itu.

Mungkinkah ini patung yang diceritakan oleh Kang Husein itu, namun kenapa patung ini bisa memiliki ukuran layaknya manusia. kenapa patung itu bisa bergerak?

Segala macam pertanyaan muncul di kepala Alex. Namun dirinya menahan untuk tetap terus diam karena patung atau pun makhluk ini berusaha menerobos masuk.

Selang beberapa menit, suara itu tidak terdengar lagi dan siluet bayangan gadis berkepala kecil itu sudah menghilang. Alex maupun Gilang masih tetap tak bergerak dari posisi mereka. Saat suasana sudah benar - benar hening barulah kami keluar perlahan - lahan untuk memeriksa keadaan diluar jendela.

Nampaknya makhluk itu sudah pergi meninggalkan mereka.

"Dia sudah pergi." ucap Gilang.

Alex kemudian ingin keluar dari bawah kasur namun ditahan lagi oleh Gilang.

"Tunggu dulu!"

Gilang mengeluarkan HT kemudian menyalakan volume suaranya. Kali ini hanya ada suara statis normal yang terdengar. Gilang kemudian memberikan tanda atau isyarat kepada Alex kalau makhluk itu benar - benar sudah pergi, meskipun begitu ekspresi wajah Gilang masih tetap waspada dan cemas.

Alex keluar dari persembunyiannya dan menghela nafas lega. Sudah terlalu lama dia menahan nafasnya agar tidak ketahuan.

"A-apa itu tadi?" tanya Alex dengan nafas yang tak beraturan. Sosok wanita itu masih menghantui pikiran Alex, dia sama sekali belum pernah melihat sosok seperti itu. Jelas itu pasti bukan manusia.

"Sebuah patung dengan tubuh manusia."

"Itu Badarawuhi." Gilang menarik selimut yang berada di kasur pasien dan menggunakannya untuk mengelap kapak miliknya yang sudah berlumuran darah.

"Badarawuhi? Sebenarnya siapa dia?" tanya Alex kebingungan. Pasalnya kang Husein juga sebelumnya menyebutkan nama itu juga, namun Alex masih tidak mengerti sebenarnya dia itu makhluk apa.

"Gilang bisa kau jelaskan padaku dengan apa yang telah terjadi? apa kau baru saja datang kesini dan bertemu dengan Albert yang bertingkah sangat aneh dan kang Husein aku melihatnya terbunuh dengan tubuh yang kejang - kejang. Sekarang aku melihat sosok patung dengan tubuh manusia." Alex menceritakan semua yang telah dia alami selama dia memasuki sekolah ini.

"Kau pasti sangat kebingungan mengalami hal - hal yang terjadi padamu."

"Ya, aku benar - benar shock dengan hal yang aneh dan..."

"Gila." Gilang meneruskan ucapan Alex yang terhenti.

Alex mengangguk membenarkan. Ini semua sangat sangat gila.

"Apa yang kau lakukan setelah membawa ku kemari?" Alex bertanya saat dirinya sudah mulai tenang.

"Aku mencari yang lainnya."

Mendengar hal itu Alex teringat dengan Gebi. Ia kemudian menanyakan keberadaan Gebi pada Gilang. Dia pasti tahu dimana keberadaannya.

"Gilang, kau melihat Gebi?" tanya Alex.

"Maaf aku tidak melihatnya." jawab Gilang.

"Bagaimana bisa kau tidak melihatnya, bukannya dia bersamamu saat ritual itu?"

"Terakhir kali aku melihatnya di tempat ritual itu. Saat si wanita gila itu mengucapkan kata - kata yang tidak kami mengerti, patung itu tiba - tiba bergerak dan membunuh orang - orang yang ada disana. Kami yang selamat mencoba berlari menyelamatkan diri, termasuk Gebi. Dia berlari bersama dengan teman - temannya dan pada saat itu juga aku tidak melihatnya kembali." jelas Gilang.

Kini Alex merasa masih mempunyai harapan, Gebi pasti masih hidup dan bersembunyi di suaatu tempat. Alex harus segera menemuinya, pasti sekarang Gebi sedang bersembunyi dan ketakutan.

Setelah mendengar penjelasan Gilang, Alex kemudian berdiri walaupun dia harus merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Dia berniat untuk bergegas mencari Gebi sebelum makhluk - makhluk itu melukai Gebi.

"Mau kemana kau?" tanya Gilang pada Alex.

"Tentu saja mencari Gebi."

"Apa kau tidak melihat dengan apa yang barusan terjadi? Dia pasti masih di sekitar sini dan akan mengejar mu saat dia melihat mu."

"Aku tidak peduli, dengan HT ini aku bisa mengetahui keberadaannya dan bersembunyi." ucap Alex.

"Kau ini bodoh atau apa. Kau sendiri yang melihat dengan kedua matamu, dia telah menghancurkan besi teralis jendela hanya dengan kepalanya saja. Dia sangat kuat Lex."

"Jika kau hanya bermodalkan nekat, kau hanya bisa terbunuh dan menjadi bagian dari 'mereka' kemudian ikut mengejar dan membunuh Gebi dan yang lainnya." tambah Gilang.

Dari dulu Alex memang orang sangat keras kepala, dia tidak pernah berpikir sebelum melakukan sesuatu. Sepertinya dia telah menjual otaknya hingga akhirnya dia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Apa yang sudah dikatakan Gilang ada benarnya juga, dia tidak boleh gegabah. Saat ini lawannya bukanlah manusia.

Alex tertunduk lemas di lantai, badannya benar - benar sudah tidak bisa digerakkan. Untung saja Gilang menyuruhnya untuk berhenti, jika tidak dia akan mati terbunuh.