webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
37 Chs

Roti mawar?

Hari-hari berlalu dengan sangat membosankan.

Cecile menghabiskan banyak waktunya di rumah. Mempelajari seni lukis, sastra dan merajut yang sangat membosankan.

Sesekali ia menatap keluar jendela kamarnya. Memandangi keindahan dunia luar. Ia sangat ingin pergi dan berbaur dengan teman disekitarnya.

Tapi kata ayahnya ia harus diam di rumah dan mempelajari hal-hal yang membosankan itu.

Ayahnya selalu menegaskan, adalah sebuah keharusan bagi putri kepala suku memiliki beberapa kelebihan yang berbeda dari gadis- gadis lain. Itu akan baik untuk di kenal banyak orang dan lebih mengharumkan namanya.

Pernah suatu kali Anne memohon pada Ayahnya untuk membawanya keluar. Hari itu ia ingin mengajaknya kepasar. Lalu setelah itu mereka akan berpikir untuk diam-diam pergi sesuka hati.

Tapi siapa yang tau. Ayahnya mengizinkan nya pergi tapi harus dengan kereta kuda keluarganya. Dan setelah menyelesaikan urusan mereka, kusir itu harus segera membawa mereka pulang.

Semuanya terasa sangat membosankan. Terlebih semenjak kepergian ibunya dari hidupnya. Ia selalu merasa kesepian seorang diri dirumah. Sedang ayahnya banyak hal yang harus dikerjakan nya diluar selaku kepala suku.

Meski sesekali Anne datang mengunjunginya. Dan terkadang beberapa pelatih seni yang di undang ayahnya ke rumah untuk mengajarinya.

Tapi semua itu tak mengurangi rasa tertekannya yang seperti terkurung di rumah tua. Cecile merasa sangat ingin melarikan diri dan merasakan betapa hebatnya ia benafas bebas diluar sana.

Tapi ia tidak pernah memiliki keberanian melakukannya.

Tok.. tok.. Tok..

Suara ketukan pintu depan. Cecile bergegas meletakkan kuas lukisnya dan keluar dari kamar. Dari balik tirai jendela ia mengintip keluar. Seketika bibir merahnya melebar dengan senyum cerah. Itu adalah sepupu perempuannya, Anne. Segera ia membuka pintu.

"Anne!" Serunya gembira dan mereka berpelukan.

"Apa ini? seperti sudah lama tidak bertemu saja" Kata Anne. Melepas pelukannya, Cecile mengerucutkan bibirnya.

"Kau tau betapa kesepiannya aku? huh!"

"Ha ha! aku mengerti".

"Masuk lah"

Dan mereka masuk kedalam. Melangkah ke ruang tamu, Anne meletakkan bungkusan yang di bawanya diatas meja kopi.

Melihat itu, Cecile mengerutkan alisnya dan bertanya. "Apa itu?"

Anne tidak langsung membalas pertanyaannya. Ia hanya menatapnya beberapa saat dan menghela nafas berat.

Cecile tidak bodoh untuk melihat keganjilan itu. Ia dapat dengan jelas memahami tatapan Anne yang seakan seperti mengasihaninya.

Segera Cecile mengambil bungkusan itu dan membukanya. Itu adalah sebuah kotak kue.

Ketika Cecile membukanya. Ia langsung terkejut melihat isinya. Seakan jantungnya baru saja jatuh ke perut. Ia linglung beberapa detik.

Anne yang melihatnya seperti akan menjatuhkan kotak kue tersebut, segera mengambil kotak itu darinya.

"Roti mawar?"

Dalam adat suku Zeath roti yang memiliki pola seperti mawar itu memiliki arti khusus. Itu diberikan untuk secara tersirat menyampaikan niat untuk melamar.

"Siapa yang akan dilamar?"

Anne meletakkan kotak kue itu kembali di meja kopi. Lalu ia menghampiri Cecile.

"Apa itu aku?" Cecile dengan tak sabar bertanya. Ada rasa pahit di tenggorokannya.

Anne menarik nafas dan menghelanya dengan pelan. Mata hitamnya kembali mengasihaninya dan Cecile tidak suka itu.

"Aku bertemu dengan paman sebelum di perjalanan kemari. Karena ia belum sempat pulang, paman menitipkan ini padaku dan meninggalkan pesan..."

"Apa itu?" Rasa asam yang menusuk mulai mencabik hidungnya. Cecile memiliki firasat buruk tentang ini.

"Berikan ini pada Cecile katakan padanya bahwa seseorang baru saja mengirim lamaran dan..." Anne seakan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia jeda sesaat dan menatap kearah Cecile dengan ragu. Mungkin ia merasa ragu untuk melanjutkan kata-katanya.

"Dan apa?" Desak Cecile. Mata coklat nya sudah berkaca-kaca.

"Keluarga itu akan berkunjung secara resmi malam ini"

Setelah menerima kelanjutannya. Airmata yang halus meluncur dikedua belah pipi Cecile. Bulu matanya yang lurus berkibar tak karuan, mendesak airmata nya untuk tidak keluar lebih banyak. Tapi ia gagal. Airmata nya terus meluncur dan semakin deras.

Melihat itu Anne menarik Cecile kedalam pelukannya, tangannya menepuk-nepuk punggungnya pelan mencoba menenangkan.

"Jangan khawatir! belum tentu ayahmu menerima lamaran ini"Anne mencoba menghiburnya.

"Ayah pasti menerimanya"

"Cecile tenanglah itu belum tentu. kau masih punya waktu untuk menolak"

"Tapi ayah sudah menerima roti mawar itu" Bantah Cecile dan menarik diri dari pelukan.

"Anne kupikir, kau pasti mengerti dengan apa yang kumaksud"

Jika pihak lain menerima roti mawar itu. pertanda lamaran mereka disambut dan keluarga yang melamar dapat datang untuk melamar secara resmi kemudian.

Cecile merasa sulit untuk hal ini. Ia tidak pernah berpikir bahwa seseorang yang akan menjadi masa depannya juga akan diatur oleh ayahnya. Tapi kenapa mendadak ia merasa sangat tertekan dengan semua ini? Bukankah seharusnya ia sudah terbiasa.

"Kita tunggu saja malam ini, apakah pelamar mu orang yang tampan. Jika tidak, aku akan membantu mu untuk menentang lamaran ini" Kata Anne dengan semangat. Ia masih berusaha keras membujuknya.

"Em!"

Cecile hanya mengangguk ringan dan menarik senyum pahit.

___