webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
37 Chs

Pada seorang gadis manusia?

"Sungguh?"

Seru Maida seakan sulit untuk mempercayai nya. Cecile mengangguk kan kepalanya dan tersenyum.

"Sebentar!"

Kata Maida. Dan ia merogoh sesuatu di balik jubah berbulu putihnya. Ia mengeluarkan sebuah buku tebal dari kulit hewan. Yang permukaan nya terlapisi kelopak-kelopak mawar yang sepertinya sudah diawetkan.

"Ini adalah buku yang baru saja kucuri. Disini terdapat mantra untuk menukar kedua bola mata kita"

Cecile menautkan sepasang alisnya. Apakah itu seperti buku kumpulan mantra? Dunia ini sungguh banyak menyimpan keajaiban yang tersembunyi.

Cecile tidak pernah mengira mantra dan sihir itu sungguhan ada. Dan ini menakjubkan ketika mengetahui semua itu nyata.

"Bisa kita mulai sekarang?"

Gadis berambut merah itu tampak sangat bersemangat. Seperti ini ia tampak seperti seorang gadis biasa dengan tingkah laku yang menawan. Mata merahnya lebih murni dan ramah. Cecile bertanya-tanya kenapa tidak sejak awal saja gadis itu bertingkah seperti itu. Dengan begitu ia tidak perlu khawatir mati karena ketakutan.

"Em!"

Dan Maida membolak-balik halaman untuk mencari letak mantranya. Menemukan nya ia mulai menghafal mantra itu di tempat. Itu tidak terlalu sulit. Disamping mantranya yang tidak terlalu panjang dan ia juga sudah terbiasa menghafal banyak mantra.

"Selesai! ayo kita mulai"

Entah kenapa sekarang Cecile menjadi gugup. Apakah pilihannya ini tepat? Apakah ia tidak terlalu ceroboh menerima permohonan orang asing seperti ini? Sesaat Cecile mulai ragu dengan keputusannya.

Tapi Maida sudah bernyanyi seperti biasa. Suatu cara ketika ia mengaplikasikan mantranya.

'Untuk setangkai mawar yang lelah'

'Mawar...lelah..mawar...lelah...'

'Mawar...jadilah layu...'

Angin tiba-tiba berhembus kencang. Terdengar lah suara gemuruhnya yang bertiup riuh. Menggoyang kan pepohonan dan tumbuhan lainnya dengan kuat. Dan debu, tanah serta dedaunan kering bertebaran di udara.

Cecile dapat merasakan betapa kerasnya angin itu mengacaukan sekitar. Rambutnya yang coklat keemasan hancur berantakan. Beberapa titik debu mengotori wajahnya. Angin itu menampar kedua belah pipinya sangat kuat. Dan ada beberapa debu yang terjebak di matanya hingga ia berkali-kali berkedip.

Mendadak Cecile melihat perubahan pada rambut gadis itu.

Itu tidak lagi merah segar. Tapi berubah warna dari merahnya mawar mekar menjadi coklat kuyu yang layu. Dan itu juga terjadi pada matanya. Yang awalnya merah seperti darah. Tapi sedikit warnanya luntur menjadi merah muda. Dan yang mengejutkan nya.

Bola mata itu mendadak lenyap. Menyisakan matanya yang seluruhnya putih. Cecile terkejut dengan pemandangan itu.

'Pergilah ke tempat baru!'

'Untuk suatu hal yang baru dan kehidupan yang lebih baik'

'Mekar lah dengan indah disana!'

'Beralih...'

Tiba-tiba Cecile merasakan rasa yang sangat sakit di kedua matanya. Bola matanya seakan ditarik paksa keluar. Nyeri yang hebat itu menyanyat hingga ke sekujur tubuhnya. Membuatnya berlapis keringat dingin menahan nyeri yang hebat. Dan ia menangis karena tak tahan.

"Argh..." Cecile menjerit kesakitan. Kedua tangannya menekan kedua matanya yang sangat menderita.

'Beralih...'

'Beralih pada hal baru...'

'Bertukarlah...'

"Argh.." Cecile melolong kesakitan kesekian kalinya.

Dan rasa sakit itu mendadak lenyap. Tubuhnya tenang kembali dengan deru nafasnya yang sedikit tak karuan. Seteguk darah keluar dari mulutnya.

"Kau tak apa?" Maida merasa sangat khawatir dan sedikit bersalah. Tangannya bergerak melepaskan tali yang melilit gadis itu di pohon.

Apakah Cecile yang merupakan seorang gadis manusia sanggup menerimanya?

"Aku tak apa!" Cecile sedikit belum memulihkan kesadarannya.

Tapi mendadak ia menerima aliran yang luar biasa dalam tubuhnya. Mengalir di pembuluh darahnya. Menyebar keseluruh sel sarafnya. Dan detak jantungnya berdebar sangat keras. Ketika aliran energi itu berhasil mencapai otak. Cecile memuntahkan seteguk darah kembali.

"Gawat!" Maida berseru panik.

"Apakah mungkin tubuh manusia mu tidak cukup kuat menerima nya?"

Cecile tak tau harus menanggapi nya seperti apa. Ia merasa sangat pusing. Jiwanya seakan baru saja di tarik keluar. Dan tubuhnya seperti hancur hingga ke tulang-belulang.

"Apa yang baru saja kalian lakukan?"

Maida dikagetkan dengan sebuah suara. Menoleh kebelakang. Mata Maida yang kini bewarna coklat membulat lebar. Ketika melihat sosok yang tak lagi asing.

Itu adalah pria tampan yang mampu menghipnotis para gadis dengan sekali pandang. Yang dapat menjerat banyak hati yang jatuh pada kharisma nya.

"Y-yang mulia putra mahkota"

Arthur baru saja mencoba melarikan diri setelah hampir tertangkap di negri manusia. Tanpa sengaja ia menemukan tekanan kekuatan yang dahsyat di tempat ini.

Dan mendatangi nya.

"Apa tekanan yang sebelumnya itu adalah anda yang melakukan?" Selidik Arthur.

Merajut alisnya, Arthur merasa itu tidak mungkin. Gadis didepannya ini hanya seseorang biasa tanpa aliran kekuatan apapun. Lantas darimana datangnya itu?

Dan ia juga mencium aroma manusia disekitar sini. Melirik lebih jauh kebelakang.

Arthur menangkap keberadaan gadis berambut merah dengan gaun biru polos. Jatuh tak sadarkan diri ketanah.

"Itu benar yang mulia" Maida tentunya harus mengakui tindakan nya.

"Aku yang melakukannya"

Tatapan Arthur menjadi rumit. Melihat pada gadis itu sekilas. Ia memiliki rambut coklat kering persis seperti mawar merah layu. Bola matanya bewarna coklat yang mengingatkan nya pada seseorang. Mencium aroma tubuhnya jelas itu adalah sebangsa dengan nya.

Dan melirik kebelakang. Arthur menguatkan Indra penciumannya. Mata birunya berkilau tak percaya. Gadis berambut merah itu adalah manusia. Bagaimana bisa?

"Kau melakukan mantra 'Peralihan Mawar'?"

'Peralihan Mawar' adalah mantra milik klan Mawar. Dan mereka yang berdarah klan mawar dilarang mempelajarinya tanpa persetujuan kepala klan. Dari mana gadis ini mendapatkan mantra itu?

"A-aku melakukannya" Maida menjawab dengan gugup. Tubuhnya sedikit bergetar karena takut. Bagaimana jika tindakan nya ini akan diadukan kepada pihak kerajaan? Bagaimana jika ia diklaim telah melanggar perjanjian Batanfrien.

Tidak!

Maida sama sekali tidak melanggar nya. Gadis itu sendiri yang rela melakukan nya. Jadi ia tidak perlu takut.

"Pada seorang gadis manusia?"

"I-ya"

"Apa katamu?" Arthur kehilangan kendali dan berteriak pada gadis itu.

Sebenarnya Arthur tidak pernah peduli dengan urusan yang terjadi di bangsanya. Itu karena ia tidak pernah mengakui posisinya sebagai putra mahkota.

Tapi untuk hal ini entah kenapa Arthur merasa tidak bisa diam. Apa yang dilakukan gadis ini bisa menjadi pelanggaran besar.

"Aku melakukannya atas persetujuan gadis itu" Maida berseru panik. Ia tau apa yang dipikirkan Arthur dan mencoba untuk menjelaskan.

"Lalu apa kau tau? perbuatan mu ini dapat merenggut nyawanya"

Maida terkesiap. Pupil matanya membesar dan bergetar. Menggigit bibirnya ia mulai linglung. Menoleh kebelakang, Maida menemukan gadis itu masih tidak sadarkan diri. Bibirnya yang seharusnya merah segar. Itu sedikit membiru tanpa darah.

"A-aku tidak tau tentang itu"

Maida meraih tubuh Cecile. Meletakkan telunjuknya diambang hidung gadis itu. Udara kehidupan masih berhembus. Tapi itu sangat halus dan lemah. Seketika Maida merasa panik.

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

Mata coklatnya yang bergetar. Mulai basah oleh air mata.

"Kumohon selamatkan gadis ini..." Maida tidak akan pernah memaafkan dirinya. Jika gadis yang begitu tulus, mati hanya untuk memenuhi tujuannya.

Arthur melangkah lebih dekat kedepan. Hanya untuk menemukan gadis yang tak sadarkan diri ditanah.

Itu adalah gadis yang pertama kalinya yang pernah ia peluk.

"Cecile"

___