Pagi harinya Cecile terbangun dengan tubuh yang jauh lebih bertenaga. Ia melihat Arthur sudah tidak ada lagi di dekat dipan nya berbaring.
Seluruh ruangan ini sunyi dan sepi. Hanya secercah sinar matahari yang melewati celah- celah batu. Alina bangun dari baringan nya dan merasakan kepalanya sedikit pusing. Mungkin karena sudah terlalu lama berbaring.
Helaian rambut panjangnya jatuh kedepan membuat nya sadar bahwa warna rambutnya sudah berubah. Bola matanya membesar sambil meraih beberapa helai dan menatap nya lekat- lekat. 'Kenapa ini bisa berubah?'
"Apa yang kau lihat?"
Cecile dikejutkan oleh seseorang yang baru saja datang dan sudah duduk di sampingnya. Mengangkat wajahnya ia menemukan sepasang mata biru yang sudah tidak lagi asing. Menatap kearahnya dengan senyum yang menawan seperti biasa.
"Arthur" Seru Cecile. Ia tidak tau kenapa merasa sangat bahagia menemukan pria itu lagi didekat nya.
"Sangat senang.." Katanya sambil mencondongkan wajahnya kearah Cecile. "Kau sangat merindukan ku ya?" Arthur tersenyum lebar dan nada suaranya yang menggoda nya itu membuat Cecile memerah.
"Tidak" Cecile merasakan wajahnya panas dan ia sedikit gugup. "Sungguh? Tapi kenapa wajah mu memerah?" Kata Arthur sambil membelai belahan pipi Cecile yang sudah merona seperti kelopak mawar. "Ini panas, apa kau demam?" Arthur memasang wajah pura-pura panik.
Dalam hati Cecile mencemooh. Pria ini sungguh sengaja melakukannya. "Singkirkan tangan mu" Gerutu Cecile memindahkan tangan Arthur dari pipinya. Arthur hanya tertawa kecil dan tangannya menepuk kepala Cecile lembut seperti memanjakan kucing kecil. "Jika merindukan ku kenapa tidak jujur saja, hem?"
Cecile hanya memanyunkan bibirnya dan mencibir. Tapi ia merasa sangat hangat dalam hati dan diam-diam tersenyum. Ia dulu tidak suka ketika Arthur menyentuh kepalanya, tapi entah kenapa sekarang ia menikmatinya. Itu hangat dan bersahabat.
"Ini rambut ku kenapa berubah warna?" Akhirnya Cecile kembali menaruh perhatian pada rambutnya. Warna rambutnya yang coklat keemasan sudah berubah menjadi merah.
"Kau sama sekali tidak ingat apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Arthur dan ekspresi wajahnya berubah serius. Cecile terdiam sejenak dan kembali mengingat gadis penunggu hutan yang ia temui pada malam itu.
"Aku ingat berjumpa dengan gadis penunggu hutan pada saat aku tersesat di dalam hutan. Gadis itu sangat menginginkan bola mata ku. Awalnya ia terlihat sangat menyeramkan dan membuat ku takut setengah mati. Tapi entah bagaimana ternyata ia hanyalah gadis polos yang ingin bersama dengan kekasih nya. Hanya saja karena bola matanya ia tidak dapat melakukannya"
Arthur menyimak cerita Cecile dengan serius. Tatapannya jatuh ke sepasang matanya yang beberapa waktu lalu coklat dan berbinar. Saat ini sudah berubah menjadi merah seperti darah. "Lalu apa yang terjadi antara kalian?"
"Gadis itu terus memohon untuk bertukar bola mata dengan ku. Tentu saja aku menolak, tapi entah bagaimana aku merasa sangat kasihan padanya. Ia sangat mencintai kekasihnya hanya saja mereka tidak dapat bersama karena bola matanya itu. Akhirnya aku setuju untuk bertukar bola mata dengan syarat tidak menyakiti ku. Setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi"
Arthur memijit pelipisnya ketika mendengar cerita Cecile. Gadis ini terlalu polos atau begitu bodoh? Mengangkat tangannya ia menyentil kepala gadis itu.
"Aduh!" Cecile mengusap dahinya yang di sentil dan mengeluh pada Arthur. "Kenapa kau menyentil kepala ku?" Arthur memutar bola matanya dan dengan geram mencubit pipi Cecile. "Kau bertanya kenapa?" Cecile yang merasakan pipi nya yang di cubit terus memukul tangan Arthur untuk menjauh dari pipinya. "Sakit-sakit... kenapa sekarang kau mencubit pipiku?"
"Itu untuk menyadarkan kamu, gadis bodoh!" Arthur akhirnya menarik tangannya. Cecile mengusap pipinya yang memerah karena cubitan Arthur. "Aku tidak bodoh!"
"Tidak bodoh lalu apa? konyol? Hem?"
"Kau-"
"Kau sembarang saja setuju menukar bola mata mu dengan orang asing, bahkan orang gila saja belum tentu melakukannya"
"Itu karena aku merasa kasihan padanya" Kata Cecile membela diri. "Aku tidak suka akhir sepasang kekasih yang tidak bahagia. Jika aku dapat membantu hubungan mereka, kenapa tidak aku melakukan nya?"
Arthur menatap wajah Cecile beberapa saat dan tersenyum mencemooh. Ia baru sadar bahwa gadis manusia dihadapannya ini terlalu polos dan sedikit aneh.
"Lalu apa kau tau siapa gadis itu?" Tanya Arthur. "Penunggu hutan" Jawab Cecile dengan polosnya. Karena ia ingat gadis itu dapat menyuruh alam sekitar untuk mengikat kakinya agar tidak dapat pergi. Dengan kekuatan seperti itu, apa lagi itu kalau bukan penunggu hutan.
"Pftt..." Arthur menekan perut nya dan tertawa keras. "Kenapa kau tertawa?" Tanya Cecile sambil mengernyitkan alisnya. Arthur berhenti tertawa dan menatap kearah Cecile dengan serius.
"Dia itu adalah bagian dari bangsa ku"
"Maksud mu?" Cecile mendadak jadi gugup. Apakah tebakannya hari itu salah? Lalu apa itu maksudnya bagian dari bangsa Arthur?
"Dia itu bukan penunggu hutan tapi siluman serigala"
Sepasang mata Cecile nyaris hampir melompat keluar. Siluman serigala? Apakah itu seperti dalam dongeng yang ibu ceritakan padanya. Mengangkat matanya kearah Arthur, ia menatap pada pria itu dengan rasa tak percaya.
"Cecile sepasang kekasih yang ingin kau satukan itu adalah percintaan beda dunia. Yang satunya manusia dan yang lain adalah jelmaan serigala. Dengan menukar kedua bola matamu dengannya sama sekali tidak mengubah kenyataan bahwa gadis itu hanyalah jelmaan serigala. Apa sekarang kau menyesal membantu nya?"
Cecile tercengang. Jadi gadis berjubah merah yang di hutan hari itu bukanlah penunggu hutan seperti yang ia bayangkan. Tapi gadis itu adalah jelmaan serigala? Menarik kedua sudut bibirnya perlahan tanpa sadar ia tersenyum.
Arthur yang melihat gadis itu tersenyum tak sanggup untuk tidak mengkerut kan dahinya dan bertanya. "Kenapa kau malah tersenyum?"
"Aku hanya menulis mimpi ku secara asal di malam festival akhir tahun, tapi tidak pernah mengira mitos itu sungguh nyata terwujud." Kata Cecile masih dengan rasa tak percaya. "Aku menuliskan keinginan ku ingin berjumpa dengan manusia serigala dan itu sungguh terwujud"
Arthur tercengang. Ia nyaris kehilangan kata-katanya dengan Cecile. Gadis dari kepala suku Zeath ini ternyata sangat unik. Bagaimana mungkin ia memiliki mimpi yang konyol seperti itu?
"Da kau?" Cecile yang masih tersenyum lebar menatap Arthur dari atas hingga bawah. "Sebenarnya juga manusia serigala! Berarti tebakan ku hari itu tidak salah kan?" Katanya dengan senang.
Arthur menggeleng-geleng kan kepalanya. Gadis ini, dari pada senang dengan kenyataan bahwa mimpi konyolnya terwujud, tidakkah seharusnya ia lebih mengkhawatirkan dengan nasibnya saat ini?
"Lalu apa kau tidak memikirkan nasibmu saat ini?
Tanya Arthur sambil menyentuh Helaian rambut Cecile yang sudah bewarna merah seperti mawar. Lalu mengangkat pandangan nya, ia jatuh pada sepasang bola mata merah seperti darah dan turun kedua belah pipi yang merona seperti mawar.
"Dampak dari pertukaran mu pada hari itu?"
___