Tangan kiri Mona bertugas menyodorkan sekotak tisu saat tangan kanannya sibuk mengemudi, ia juga bebedapa kali membagi tatapannya saat melihat jalan raya serta Meira, cewek itu menangis deras tanpa berniat membendungnya lagi. Beberapa helai tisu ia tarik untuk mengusap wajah basahnya, tapi tetap berakhir sia-sia, percuma. Sebab gemuruh petir dalam dada terus mendukung jatuhnya air hujan di wajah kuarsa cewek itu.
Mona masih memilih diam saat Meira juga tak kunjung bicara, hal seperti ini membuat Mona deja vu, tentu ia pernah merasakan betapa sakit dikhianati oleh laki-laki, Riska sama seperti Ryuji ternyata, begitulah di mata Mona.
Ia melirik spion, tak jauh di belakangnya kendaraan Tania berada, pasti Selly juga di dalam sana, sedangkan motor milik sahabat Riska tak terlihat.
"Kayaknya Riska nggak ngikutin kita deh, Mey," ucap Mona yang akhirnya buka suara.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com