webnovel

Heart Rustle

nabilafebriana291 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

1-Dia

 "The day will come when you'll be mine. But I'll just wait till that time. If I have to wait forever, that's what I'll do. Cause I can't live my life without you".

Wanita paruh baya itu tengah sibuk di dapur untuk mempersiapkan sarapan anak serta suami tercintanya. Cekatan sekali jari jemari yang tak muda lagi itu ketika mengolesi roti dengan selai. Kemudian ia memanggil suami dan anak tercintanya untuk sarapan bersama. Suaminya langsung datang ketika mendengar panggilan dari istrinya. Namun anaknya tak kunjung datang juga.

" Kirana mana Ma?" Ucap Papa sambil menyeruput kopi.

" nggak tahu mungkin udah pergi kali. Mama lihat dulu aja deh, jangan-jangan belum bangun lagi," ucap mama teringat kebiasaan anak semata wayangnya itu.

Mama pergi menuju ke kamar Kirana yang berada tak jauh dari dapur mereka. Dibukanya pintu kamar anaknya itu. Sungguh terkejut dirinya mendapati anaknya yang masih tertidur pulas sambil mengorok pula.

"Astagfirullah kirana!" Teriak Mama sambil berkacak pinggang.

" Kenapa sih Ma? Tengah malam teriak-teriak," ucap Kirana dengan suara Parau sambil menutup telinganya dengan bantal.

" malam dari mana. Lihat jam, Udah jam berapa ini hah! " ucap Mama Tak habis pikir dengan kelakuan anaknya.

Kirana membuka setengah matanya nya melihat jam beker disampingnya. Tampaklah angka 6. 45 yang buram. Ia menyipitkan matanya untuk memfokuskan penglihatannya itu. Ternyata sudah pukul 6.45! Sungguh ia dalam keadaan gawat sekali.

"Udah jam segini! Kenapa ga mama bangunin dari tadi?!" Kirana langsung bangkit dari tempat tidur berlari menuju kamar mandi.

Kirana tergesa-gesa bahkan tak sempat lagi sebenarnya untuk sarapan. Namun, mama tetap mewajibkannya sarapan. Segera diraihnya kunci motor matic miliknya dan pergi setelah salim dengan orang tuanya.

"Kirana pergi dulu Ma, Pa!" Pamitnya langsung menggas motornya.

"Iya hati-hati Nak!" Jawab mama sementara papa hanya melambaikan tangan.

"Mama kemaren ngidam siput ya?" Tanya papa.

"Kenapa gitu pa?" Mama bingung.

"Habisnya anak kita bisa sering banget telat bangunnya," ujar papa melihat kepergian anaknya.

"Gatau iya mungkin pa," ujar mama.

Semua murid sudah berbaris rapi sesuai protokol upacara. Para pembaca teks dan guru-guru serta kepala sekolah pun sudah berada di sana semua. Tasya yang tak melihat batang idung temannya itu sudah tau pasti apa yang terjadi.

"Sya. Kirana mana?" Tanya abian yang kebetulan baris di samping Tasya.

"Biasalah. Paling telat," jawab Tasya santai.

Kirana memarkirkan motornya kemudian berlari sekuat tenaga agar bisa mencegah pak agus yang tengah menutup gerbang sekolah. Namun, sayangnya ia sedikit terlambat.

"Pak tunggu pak!" Teriak Kirana yang tengah berlari.

"Aduh maap dek. Udah lewat 10 menit nih bapak ga bisa," Pak agus tetap mengunci gerbang.

Kirana hanya bisa pasrah duduk di depan gerbang menunggu sampai upacara selesai. Tak lama setelah Kirana duduk datanglah Zaki dan Faris yang tentunya juga terlambat.

"Kenapa lo duduk di sini Na?" Tanya Zaki yang tak paham kondisi saat itu.

"Minta sumbangan Zak, ya karena gerbang udah tutuplah," jawab kirana sambil melirik ke arah gerbang.

"Loh kenapa gerbang di tutup?" Tanya Zaki kembali.

"Zak lo liat deh jam tangan lo," terang Faris.

"7 lewat 35. Kita masuk pukul 7.15 berarti kita terlambat dong," ucap Zaki sambil melihat ke arah Faris.

"Nah, itu," ucap Faris.

Setelah mereka datang pula 3 orang siswa yang berada tak jauh dari mereka. Ketika melihat Daffin waktu serasa berhenti bagi Kirana. Namun, mereka putar balik lewat memilih lewat pager belakang

"Eh, ris itu siapa?" Tanya Kirana.

" itu Beno Daffin sama Tommy,"

" lah mereka mau kemana tuh?"

" biasalah lewat pager belakang,"

" kok lo nggak lewat belakang juga ris?"

" kasihan lo sendirian Untung gue temanin,"

" pengen nangis gue dengernya," ucap Kirana berpura-pura menangis.

" Kenapa lo mau nangis Kirana? "Ucap Zaki tidak connect.

" bisa gila gue ngomong sama lo zak," Kirana menepuk jidatnya.

"Gila, ganteng banget si Daffin. Jadi sayang deh. Jangan-jangan dia jodoh gue," batin kirana. Tanpa sadar ia jadi senyum-senyum sendiri.

"Kayaknya lo emang gila beneran deh habis ngomong sama zaki," ucap Faris pelan.

🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞

Kirana, Zaki dan Faris tengah berada di ruang BK. Mereka berbaris sejajar menunduk menatap lantai. Sementata itu pak sugeng berjalan mengelilingi mereka.

"Kirana, kenapa si selalu aja yang terlambat itu kamu kamu aja. Sampai bosan bapak liatnya." Pak sugeng memijit kepala pelan.

"Dan juga tolong perhatikan nilai-nilai pelajaranmu. Masa cuma pelajaran seni saja yang tidak merah. Kalau kamu masih seperti itu terus kamu bisa tinggal kelas tahu. Contoh Abian semua pelajaran nilainya A bahkan tahun ini dia menang olimpiade kimia tingkat nasional." Lanjut pak sugeng.

"Kalian berdua kenapa terlambat hari ini ha? Ikut-ikutan kirana kalian?" Pak Sugeng pindah ke mereka berdua.

"Tadi malam main ps di rumah Faris pak sampai jam dua. Jadinya kesiangan pak," ucap Zaki tanpa penyaringan sedikitpun.

"Goblok! Punya temen goblok kok kebangetan," batin Faris sambil memelototi Zaki.

"Bagus-bagus, kalian itu juga gak jauh beda sama kirana. Besok sekolah malah main ps," Pak sugeng menjewer Faris dan Zaki.

"Aduh-duh Pak ampun..." Faris dan Zaki mengaduh kesakitan.

"Pokoknya bapak ga mau tau kalian kutip sampah di lapangan sekolah. Jangan ada yang tertinggal walaupun bungkus permen. Awas saja!" Titah Pak Sugeng. Mereka bertiga mengangguk mengiyakan.

🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞

Kirana memasuki kelasnya sudah tidak ada guru lagi yang mengajar. Kirana tampak kelelahan. Keringat mengucur di wajahnya. ia mengibas-ngibaskan tangannya karena kepanasan. Tiba-tiba abian mengulurkan botol air mineral padanya.

"Makasih," ucap Kirana kemudian mengambil botol tersebut. Abian langsung kembali ke tempat duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

" lo lama banget sih Kir?" Ucap Tasya sambil menopang dagu dengan tangannya.

" tadi gue disuruh kutip sampah satu lapangan tahu nggak. Untung ada Faris sama Zaki telat juga jadi gue nggak sendirian."

" Ya ampun kir Kir. Lo itu ya hampir tiap hari terlambat. Kesalahan tuh jangan dijadiin kebiasaan. Gak baik," ucap Tasya mengingatkan pada teman baiknya itu.

"Iya-iya lagian tadi malem gue niatnya nonton 1 episode anime eh keterusan dong gue," kirana menjelaskan.

"Eh, btw kok gak ada guru?"

"Bentar lagi istirahat. Bu siska pergi duluan deh. Terus ada pr juga." Tasya menyerahkan buku tugasnya.

"Nanti watsap aja sist. Eh lu tau gak Daffin anak kelas apa. Terus tipe dia kayak gimana sih?"

"Ips 3. Gue kasih tau ya. Mendingan lo nyerah deh sekarang. Asal lo tau, tipe dia tu kayak alexa cantik, tinggi, pinter, kaya, modis, paket komplitlah pokoknya,"

"Berarti gue harus rajin belajar biar doi daffin ngeliat gue." Kirana manggut-manggut.

"Dasar budeg," ucap Tasya pelan.

      🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞

Setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi kirana menuju parkiran tempat motornya berada. Mengambil helm berwarna coklat muda yang tergantung di stang motor. Kirana yang tengah mengenakan helm terhenti ketika ada seseorang yang mengulurkan secarik kertas bertuliskan 'tips bangun pagi'. Kirana menoleh ke samping melihat siapakah yang memberikan kertas tersebut. Oh ternyata abian.

"Aku denger kamu sering terlambat ke sekolah," ucap Abian.

"Makasih," ucap kirana sambil menerima kertas tersebut. Abian langsung pergi setelahnya karena mobil jemputannya sudah datang.

"Ada-ada saja," ucap kirana sambil memasukkan secarik kertas itu ke dalam saku roknya. Menancap gas dan pulang ke rumah.

"Kesalahan tuh jangan dijadiin kebiasaan. Gak baik,"- Tasya