webnovel

He's My Son 02

Reyent Bintang Nugroho Digantara yang biasa di panggil Reyent. Bocah kecil yang lucu, gemasin dan pintar kini sudah beranjak dewasa. Tidak terasa waktu begitu cepat. Baru kemaren serasa merayakan ulang tahun yang ke 2 tahun. Kini usianya sudah menginjak 18 tahun. Dia terkenal menjadi laki-laki yang dingin sedingin batu kutup utara. Mahal senyum dan jutek. Terutama sama perempuan. Hatinya tidak bisa luluh dengan rayuan receh dari semua perempuan di kelasnya. Teman-teman perempuannya pada mengagumi dirinya. Ralat. pada ngefans sama Reyent. Semua serba bisa, jago balap motor maupun balap mobil, Teakwondo, DJ, dan Photographer. Semua itu bakat warisan dari Ayahnya. Ayahnya mendidiknya dengan tegas dari kecil. Reyent juga memiliki group band yang bernama "Hey Say! Jum". Setelah usianya menginjak yang ke 20 tahun, Ayahnya mengirimnya ke London. Untuk melanjutkan kuliahnya di negeri UK. Tepat di kampus bekas Ayahnya dulu. Di sana dia tinggal bersama Atenya yang bernama Relly dan Revy, adek Ayahnya. Kemudian dia bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya penasaran. Mereka pun berkenalan. "Hai, gue Reyent Bintang Nugroho Digantara, biasa di panggil Reyent." "Oh, aku Febby Distiya Pramudia, biasa di panggil Febby atau Disti." Akankah Distiya bisa mentaklukan hati Reyent yang dingin sedingin batu kutup utara?

Me_Rera_Rara · Teenager
Zu wenig Bewertungen
20 Chs

CHAPTER 01

Praangg. . .

Stella buru-buru lari ke ruang makan saat mendengar suara pecahan piring. Ternyata Reyent putranya sedang mengamuk sama Lia. Entah makanan apa yang Lia beri sehingga membuatnya marah dan mengamuk. "Mba Lia Leyent tuh nggak mau sayul, mau nugget saja, kenapa Mba Lia kasih sayul." Ucapnya lantang sembari berkacak pinggang. Bibirnya mencebik, wajahnya cemberut.

Sejak dulu memang Reyent tidak suka sayur selain sayur brokoli sama wortel. Siang ini Stella menyuruh Lia memberi sayur bayam yang sudah Stella masak kusus buat Reyent. Akan tetapi Reyent marah, mengamuk dengan membanting piring sama mangkoknya sampai berserakan di lantai. Lia mengganti nasinya yang baru, tidak di kasih sayur, cuma kasih nugget saja. Tapi Reyent tetap nggak mau makan. Ralat. Jadi mogok tidak mau makan. Bibirnya masih mencebik dengan wajahnya yang cemberut.

Darwati ketua ART yang biasa di panggil Bude menghampiri Reyent. Bertanya apa maunya. Reyent tidak menjawab, dia diam saja. Menunduk, jemarinya memilin ujung kaosnya.

"Reyent mau apa, hem? Mau makan apa? Makan Macaroni apa Spaghetti? Bude buatin ya!" Tanya Darwati.

Masih menunduk. Diam menatap lantai. Takut. Ya, Reyent takut di marahi Stella karena sudah membuang makanan.

"REYENT!!!"

Benar saja, orang yang ada di pikirannya sudah berdiri di depannya. Dia adalah Miminya. Semakin menunduk, tidak berani mendongak menatap Miminya.

"Siapa yang mengajari Reyent buang makanan? Siapa yang mengajari Reyent membanting piring, hem? Mimi pernah ngajarin buang makanan? Atau Pipi pernah mengajarkan sifat jelek seperti itu? Jawab dan tatap wajah Mimi."

Mendongak. Bibirnya gemetar, kedua matanya berkaca-kaca, air matanya pun sudah menupuk yang sebentar lagi berlinangan. Kedua tangannya di sembunyikan kebelakang tubuhnya takut di pukul telapak tangannya. Jika Reyent membuat kesalahan Rey dan Stella menghukumnya dengan memukul telapak tangannya.

Masih mengamati wajah Miminya yang marah, dia berucap pelan. "L-Leyent n-ng-nggak m-mau s-sayul Mimi." Ucapnya dengan suara bergetar dan terbata.

"Kenapa nggak mau sayur?" Tanya Stella lagi.

Reyent menggeleng. Bibirnya mencebik.  Bahkan kedua matanya sudah berlinangan air matanya.

"Reyent jawab Mimi. Kenapa nggak mau sayur?"

"Hiks . . . hiks . . . Leyent tidak suka sayul, Leyent mau sayul blokoli saja sama woltel Mimi." Ucap Reyent sesenggukkan.

"Kenapa Reyent melempar piringnya?"

Menunduk. Hening. Reyent tidak menjawab. Kedua tangannya masih di sembunyikan di belakang tubuhnya. Dia tahu Miminya ingin mukul telapak tangannya.

"Siniin tangannya Mimi mau lihat!" Kata Stella.

Reyent menggelengkan kepalanya. Bibirnya masih mencebik. "ENGGAK hiks hiks." Teriaknya. "I don't want Mimi. Mimi naughty. PIPI . . . PIPI . . .  MIMI NAUGHTY."  Teriak Reyent dengan bahasa inggris. Reyent sedikit ada kepintaran bicara berbahasa inggris. Dia cepat nangkap jika guru lesnya sedang menerangkan atau di beri tugas sepuluh soal semua benar. Reyent sendiri yang mengerjakannya. Kadang Rey juga suka mengetes mengajaknya berbincang dengan bahasa inggris. Rey suka tanya jawab sama putranya. Jika Reyent salah ucap, Rey membenarkannya.

"Eh, mau kemana, hem? Mimi belum selesai bicara." kata Stella, tapi Reyent tidak menghiraukannya.

"Boy!!!" Panggil Stella lagi.

Reyent lari menaiki tangga sembari terisak. Padahal Stella belum memukul telapak tangannya. Dia menghindar. Menghampiri Pipinya minta perlindungan.

"I WANT PIPI HIKS . . . HIKS. . . HUAAAAA."  Teriak Reyent sembari terisak. Dia ingin nemuin Rey Pipinya yang sedang tidur. Dia ingin mengadu sama Pipinya karena di marahi Miminya. Sampai di kamar, lantas Reyent menghambur di tubuh Rey yang masih terlelap.

"PIPI."

Terkejut. Rey pun terjaga. Mengerjapkan kedua matanya. "Reyent kenapa menangis?" Tanya Rey dengan suara seraknya kas bangun tidur. Seperti biasa semalam Rey pulang jam tiga pagi. Subuh dia baru tidur setelah bercinta dengan Stella.

"Di marah Mimi, Mimi pukul tangan Leyent." Adunya sama Rey. Padahal belum di pukul.

"Mimi marah sama Reyent. Pasti Reyent nakal! Ayo jawab, tadi Reyent lakuin apa, hem?" Tanya Rey.

Rey dan Stella memang selalu negasin Reyent. Mengajarinya sopan satun, mendidiknya dengan tegas. Harus menghargai para ART terutama Lia yang mengasuhnya sejak kecil. Seperti tadi, Reyent membanting piring di depan Lia. Stella mau pun Rey tidak suka jika putranya tidak sopan sama orang yang lebih tua darinya. Apa lagi Reyent masih kecil. Jika di tegasin dari kecil, kelak jika dewasa tidak menjadi anak durhaka, yang suka melawan orang tua.

"Reyent!" Panggil Stella sembari membuka pintu kamar mereka.

Reyent bersembunyi di bawah selimut sembari meluk Rey dengan erat.

"Reyent sini!"

"ENGGAK!"

"BOY."

"Ayo duduk dulu, Mimi nggak mukul kok."

Reyent beranjak duduk. Tangannya masih di sembunyikan takut Stella memukulnya.

"Lain kali jika Reyent tidak suka sayur bilang sama Mba Lia baik-baik." Pesan Stella, Reyent mengangguk sembari mencebikan bibirnya.  "Tidak boleh di buang makanannya. Tidak boleh membanting piringnya. Kalau Reyent nakal nanti Mba Lia pulang ke rumahnya. Reyent tidak punya Mba lagi. Reyent mau main sendirian?"  Reyent menggeleng. "Reyent mau ke rumah Jayden sendirian?" Lagi. Reyent menggeleng. "Reyent sayang Mba Lia?" Reyent manggut-manggut cepat. "Kalau sayang kenapa tadi nakal sama Mba Lia?"

"Nggak suka sayul." Ucap Reyent pelan.

"Besok tidak boleh di ulang lagi, okey?"

Reyent mengangguk. "He'em," dehemnya, "I'm Solly Mimi, I love you." Ucap Reyent sembari meluk Stella dan menciumnya. Rey hanya menyimaknya saja sembari memejamkan kedua matanya yang masih mengantuk.

"Pipi kok nggak di peluk dan cium juga." Ucap Rey pura-pura sedih. Reyent pun meluk Rey dan menciumnya.

"I love you Pipi-Mimi." Ucapnya meluk Rey dan Stella bergantian. Rey pun membalas mencium pipi kiri Reyent. Begitupun Stella ikut mencium pipi kanan Reyent. Posisi Reyent berada di tengah antara Mimi-Pipinya.

Kini Stella menyuruhnya turun untuk meminta maaf sama Lia, Bude  dan semua Mba ART.

"Mba Lia Leyent minta maaf." Cicitnya pelan sembari menghampur ke pelukan Lia. Lalu, meminta maaf sama Bude dan Mba-Mba lainnya.

"Mba Lia sudah maafin Reyent kok, sekarang Reyent mau makan apa? Biar Mba Lia masakin!"

"ENGGAK. Leyent tidak mau makan. Leyent mau Milk-Milk." Tolak Reyent dan minta di bikinin susu.

"Siap capten." Ucap Lia tersenyum sembari menggerakkan tangannya  tanda hormat.

Lia pun membuat susu, Reyent tiduran di sofa ruang TV mau melihat kartu Mickey mouse sembari menunggu susu yang di buat Lia. Setelah selesai, Lia memberikannya sama Reyent yang langsung di enyut dotnya. Reyent meminumnya sampai tandas sehingga tertidur di sofa, masih dengan dotnya yang menempel di mulutnya. Stella membopongnya di pindahkan ke kamar. "Jagoan nakal Mimi tidur. Capek ya nak!" Kata Stella seraya mencium pipi gembul Reyent.

Mungkin Reyent kelelahan, tadi pagi ada les menembak. Jam sebelas lebih baru pulang. Nanti jam empat ada les bahasa inggris. Rey dan Stella melarang Reyent bermain. Bukan tidak boleh bermain, tapi jangan keseringan. Waktunya di isi dengan belajar, belajar dan belajar. Rey selalu membatasi Reyent bermain. Dia tidak mau putranya meniru sifat buruknya. Rey berharap Reyent jangan sampai seperti dirinya. Maka dari itu dia mendidiknya dengan hati-hati supaya kelak putranya menjadi lelaki yang baik dan lelaki hebat.

Stella membaringkan putranya di ranjang kamar Reyent sendiri yang terhubung dengan kamarnya. Hanya di siang hari Reyent tidur di kamar miliknya sendiri. Jika malam Reyent suka terbangun karena takut gelap, tidak ada Stella di sampingnya. Dulu pernah Reyent tidur di kamarnya sendiri, tengah malam jam setengah dua terbangun karena mimpi buruk. Reyent jerit-jerit ketakutan sembari menangis lari ke kamar Pipi-Miminya. Meski kamarnya terhubung dengan kamar Rey dan Stella Reyent masih takut.

Rey sudah bangun, tanpa mengenakan baju, bertelanjang dada, hanya memakai celana boxer. Dia duduk di balkon  sedang menerima panggilan dari seseorang. Terlihat serius. Entah panggilan dari siapa? Mungkin anak bawahannya atau teman bisnisnya.

Sedangkan Stella sibuk di dapur menyiapkan makan siang buat Rey. Semua sudah siap, Stella naik keatas ingin melihat Rey sudah mandi apa belum. Ternyata belum, dia masih sibuk dengan ponselnya di balkon seraya menghisap rokoknya.

Stella menghampiri ke balkon, merebut rokoknya dari tangan Rey. Lalu, menyuruhnya segera mandi biar terlihat segar. Rey tersenyum jail. Ingin menggoda istrinya.

"Mandi dulu Rey." Titahnya.

"Mandiin ya!" Kata Rey sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Aku sibuk, masa kalah sama Reyent. Dia suka mandi sendiri. Masa kamu minta di mandiin. Cepat Rey nanti makanannya dingin nggak enak." Ujar Stella.

"Sayang berenang yuk, ajak Reyent juga dia masih belum bisa renang."

"Reyent tidur. Lagian ini masih panas. Oh ya nanti Reyent ada less cepat mandi dulu." Rey beranjak dengan tersenyum tipis. Stella tergelak, tiba-tiba tubuhnya melayang. Tentu saja itu perbuatan Rey suaminya. Rey membopongnya ala bridal style. Stella berontak minta di turunkan.

"Mandiin aku biar cepat. Tadi kan kamu bilang cepat mandi. Nah sekarang mandiin." Kata Rey. Dia selalu menang. Selalu beruntung. Tidak dengan Stella yang selalu mengalah. Bukan mengalah tidak kebagian uang atau makanan. Tetapi mengalah karena kemeseuman suaminya.

Stella menggigit dada Rey, agar dirinya lepas dari gendongannya. "Aww, sakit sayang."

"Rasain. Itu hukuman orang jail dan mesum. Mau minta di mandiin supaya cepat, hem! Yang ada bukan mandi cepat. Tapi mandi berjam-jam. Buruan mandi, keburu Reyent bangun. Ini sudah jam tiga lebih." Omel Stella.

"Sayang kamu makin cantik deh kalau bawel seperti itu."

"Aku nggak dengar, nggak dengar." Ucap Stella sembari menutup pintunya dengan keras.

BLAMM

Di dalam kamar mandi, Rey senyum-senyum melihat dadanya ada bekas gigi akibat gigitan Stella. Sedikit merah.

"Lambang cinta." Ucapnya sebelum mengguyur kepalanya di bawah pancuran shower.

***

Rey mengantar Reyent les bahasa inggris, tempatnya tidak jauh dari rumahnya. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dari rumahnya. Stella juga ikut mengantar. Karena biasanya setelah Reyent selesai les meminta jalan-jalan, makan di luar. Hari ini Reyent di tes oleh guru lesnya. Namanya adalah Mr. Tan Chuan-Ji.

Reyent di suruh mengerjakan sepuluh soal spelling. Seperti Apple, Ball, Cup, Dog, Elephant, Fan, Geraff dan seterusnya sampai Z. Sebelum mulai mengerjakan soalnya, Mr. Tan menyalakan CD tentang menulis Spelling. Reyent fokus mengamatinya dan mendengakan apa yang ada dalam CD. Reyent mencatat kalimat yang belum dia mengerti. Seperti Complete Sentences yaitu: Would, Could, Should. Ketiga kalimat ini Reyent sering lupa.

Setelahnya Reyent mengerjakan soal Matematika. Tigapuluh soal dengan waktu limabelas menit. Rey berpesan sama Mr. Tan untuk mengajari Reyent dengan praktis. Tepat limabelas menit Reyent sudah selesai mengerjakan soal Matematika. Dia yang paling pertama selesai di antara temannya.

"Wah Reyent very clever." Puji Mr. Tan.

"Yes I'm." Ucap Reyent tersenyum sembari mengangkat tangannya keatas.

"Hi five first!"

Reyent pun Hi five sama Mr. Tan.

Reyent keluar dari ruang kelasnya dengan di antar Mr. Tan. Di luar kelas Rey dan Stella sudah menunggu. Seketika Reyent berteriak memanggil Pipi-Miminya.

"Mimi-Pipi Leyent filst one Leyent filst one yeeeeee. Let's go to Tati house Mimi-Pipi." Rengek Reyent mengajaknya kerumah Darmi. Baru sehari nggak bertemu sudah kangen ingin bertemu Tati-nya. Terakhir ketemu kemaren malam waktu di rumah Nancy. Itu juga cuma sebentar karena dia sibuk dengan gemnya dan kucing yang bernama Coco.

"Okey, okey! Say bye bye to Mr. Tan!" Titah Rey.

"Bye bye Mr. Tan. See you Tomollow." Ucap Reyent melambaikan tangannya pada Mr. Tan.

Rey menggendong Reyent, di ciumnya bertubi-tubi pipi gembul putranya. Rey sangat bangga dengan kecerdasan Reyent. Cepat nangkapnya. Awalnya Reyent sangat malas belajar, jika ada tugas dia selalu nyontek. Lalu, ketauan sama Rey. Reyent di marahi, di hukum suruh tidur sendiri, telapak tangannya di pukul  dengan penggaris kayu, tidak boleh bermain, semua koleksi mobil-mobilannya sama iPad di seta sama Rey. Reyent di kurung di kamar tidak boleh keluar. Suruh belajar Matematika sama bahasa inggris sampai bisa. Dari situ Reyent kapok, dia selalu ingat, dia tidak pernah ngopi atau nyontek lagi. Jika dia tidak paham atau belum mengerti dia menelpon Relly adik ketiga Rey.

"Mimi nanti suluh Tati bobo di lumah Leyent Mimi ya!"

"Iya, nanti Reyent bilang sendiri ya sama Tati!"

Reyent mengangguk. "He'em." Dehemnya. "Mba Lia minum." Lia memberinya botol yang berisi air mineral. Reyent pun meminumnya.

"Mimi beli oleh-oleh buat Tati." Kata Reyent menyuruhnya membeli oleh-oleh buat Tati-nya. Padahal Stella sudah membeli tadi saat Reyent di dalam kelas.

"Mimi sudah membeli tadi."

Tidak terasa mobil Ferrari milik Rey sudah berhenti di depan rumah Darmi dan Ruslan. Reyent langsung turun dan berteriak memanggil Tatinya sama Eyangnya. Dia berhambur ke pelukan Darmi yang duduk di kursi teras.

"Tati nanti bobo di lumah Leyent ya Tati! Biar Tati tidak sakit lagi. Kan kalau di lumah Leyent ada Mimi ada Bude, ada Mba. Ya Tati ya bobo di lumah Leyent. Pokoknya Tati nggak boleh sakit." Celoteh Reyent.

Darmi memang sedang sakit bagian kakinya. Kata dokter gejala asam urat.

Darmi tersenyum, terharu dengan celotehan Reyent. Reyent sangat lengket dan nurut sama Darmi. Begitu pun Darmi. Sangat menyayangi Reyent. Padahal bukan cucu kandung.

"Iya nanti Tati bobo sama Reyent ya! Cucu Tati abis dari mana, hem? Reyent sudah mamam belum?"

Reyent menggeleng, "Leyent mau mamam sama Tati."

"Tapi harus pake sayur juga ya!" Kata Darmi yang sudah tahu jika Reyent tidak suka sayur.

Darmi menyuruh Lia memblender sayur bayam agar seperti cereal. Jika tidak di blender Reyent tidak mau makan. Kalau di blender di ambil jusnya buat kuah, jadi Reyent mau makan karena dia tidak tahu.

Rey, Stella dan Lia duduk di ruang makan. Dana belum pulang masih bekerja. Sedangkan Ririn ikut suaminya. Ya, Ririn sudah menikah dengan teman kerjanya. Ririn juga sudah mengandung berusia sembilan bulan. Perkiraan kata dokter dua minggu lagi Ririn akan melahirkan. Tapi kita tidak tau, kadang juga tidak sesuai ucapan dokter.

Di ruang makan di penuhi coletehan Reyent. Sedari tadi tidak mau diam, ada saja yang dia bicarakan. Sampai mulutnya mecucu, dia masih terus berceloteh. Tegoran Rey tidak di hiraukan. Acara makan pun sudah selesai, kini mereka sedang bersantai di ruang TV sembari meminum Green tea. Reyent memijit kedua kaki Darmi bergantian.

"Tati tidak boleh sakit, Tati halus sembuh ya! Eyang juga tidak boleh sakit. Eyang halus makan yang banyak supaya tidak sakit." Celoteh Reyent. Berharap Tati sama Eyangnya tidak boleh sakit. Ruslan terkekeh.

"Sini Eyang cium dulu. Eyang mau peluk!" Ucap Ruslan.

Pun. Reyent mencium Ruslan bertubi-tubi. "Eyang sama Tati nanti pindah ke lumah Leyent ya?"

"Nanti Oom Dana sama siapa? Oom sendirian nanti." Kata Darmi.

"Oom Nana ikut juga Tati, nanti main sama Leyent."

Reyent masih terus berceloteh, sampai tak terasa hari sudah malam. Rey dan Stella pun memutuskan ingin pulang. Sesuai permintaan Reyent, Darmi ikut bersama mereka. Ruslan tidak ikut karena harus memantau anak buahnya yang  sedang nelayan.

Di perjalanan pulang Reyent sedang melakukan Video call dengan Dana. Kenapa sudah larut malam Dana masih belum pulang juga? Ternyata Dana ada acara makan bersama rekan-rekannya. Makanya pulang telat.

"Oom Nana Tati bobo di lumah Leyent Oom. Kenapa Oom nggak pulang-pulang, Leyent kangen sama Oom."

"Oom sibuk boy. Tadi ada tes ya? Gimana jagoan Oom bisa mengerjakannya tidak?"

"He'em! Leyent Filst one Oom. Leyent bisa isi semua soal. Leyent nggak nyontek Oom."

"Good boy, jagoan hero harus pintar tidak boleh menyontek. Sudah dulu ya, nanti Oom pulang  ke rumah Reyent."

"Hore nanti Leyent main sama Oom." Ucap Reyent girang.

Obrolan video call pun berakhir, kini Rey menuju Cafeteria ingin melihat keadaan Restaurant barunya. Cafeteria adalah Restauran baru milik Rey. Banyak macam menu yang baru. Yang biasa di datangi orang bule-bule. Bisa jadi sudah menjadi langganan bagi orang bule. Menunya pun terkenal enak. Karena Chef-nya kenalan Rey dari London. Chef-nya bernama Richards Lim. Di London Richards sudah menjadi guru memasak, kadang dia menjadi juri jika ada acara lomba masak. Di sini, di restaurant Rey juga dia menjadi ketuanya. Mengajari bawahannya cara memasak, cara memotong sayur, daging dan ikan, cara menghias di piring sebelum di antarkan ke meja pelanggan.

Rey sengaja memanggil Richards karena ingin Restaurant atau Cafenya terkenal di mana-mana.

Menyadari kehadiran Rey dan istrinya, Richards segera keluar menyambut Rey dan Stella. Terutama Reyent yang langsung berteriak memanggil Richards.

"Uncle Lichadrs. How are you Uncle?"  Teriak Reyent.

"Hi little boy! I'm fine! How about you?"

"I'm fine too Uncle, thank you."

Mereka saling berpelukkan, lalu hi five sembari tersenyum ceria. Mereka sudah seperti sahabat.  Reyent memang sangat dekat sama Richards, suka ngobrol, dan sering mengajaknya bermain. Kadang Richards mengajarinya Spelling, karena di suruh Rey. Apa lagi Richards kelahirkan London. Ahli bicara bahasa inggris London.

"Uncle Lichards, Leyent hungry. I want to eat. Can you cook fol me Uncle Lichards?" Ucap Reyent minta di masakin. Padahal tadi sudah makan banyak di rumah Darmi. Dasar Reyent perut karet.

"Sip little boy! What you want?"

"I want Macaroni seafood." Ucap Reyent.

"Siap little boy." Kata Richards menggerakkan tangannya tanda hormat.

Darmi, Lia dan Reyent duduk di dekat dinding kaca. Stella sama Rey keruangan pribadinya untuk mengecek rekaman CCTV dan keuangan. Dari rekaman CCTV hari kemaren sangat rame. Semua meja penuh tidak ada yang kosong. Sampai ada yang mengantri di luar menunggu nomer oderan. Total keuangannya pun memuaskan. Rey dan Stella tersenyum, melihat tabungan buat Reyent putranya semakin bertambah. Rey juga sudah menyiapkan tanah kosong buat Reyent. Rey membelinya sebagai kado ulang tahun Reyent yang ke empat tahun. Jika kelak Reyent sudah dewasa, terserah Reyent mau di apakan tanah kosongnya. Dan semua bisnisnya akan tergantikan oleh putranya. Putra semata wayangnya. Lalu, Rey bisa pengsiun, atau diam di rumah menemani istrinya.

Stella juga berencana ingin membuka bisnis cosmetic dan skin care. Tapi Stella belum bilang sama Rey. Ia masih pikir-pikir dulu. Jika sudah mantap, Stella baru bilang sama Rey.

Rey merengkuh pinggul Stella, sihingga Stella duduk di pangkuannya. Rey mencium pipinya, rahangnya, dan mengendus lehernya.

"Sayang!"

"Hmmm."

"Gimana kalau kita bikin adek buat Reyent di sini. Di meja ini. Kita belum pernah loh bercinta di ruang kerja kita. Bisik Rey menggoda di telinga Stella.

Stella tidak menghiraukannya. "Ayo keluar Rey, Ibu Darmi pasti menunggu kita." Stella beranjak ingin keluar.

Jika lama di sini sama Rey yang ada aku sudah terbaring di bawahnya Rey dalam keadaan telanjang. Rutuk Stella dalam hati. Entah pikiran Rey kenapa selangkangan mulu. Tidak memberi istrinya untuk istirahat sejenak. Hampir tiap hari Stella menuruti kemauan Rey.

Wajah Rey merengut, gagal merayu istrinya. Dengan terpaksa dia keluar, bergabung di meja Darmi yang sudah penuh bermacam menu. Richards-lah yang menyediakannya. Tanpa Rey pesan, tanpa Stella pesan atau Darmi, Richards sudah mengerti apa keinginan Rey.

Reyent sudah asik menikmati Spaghetti seeafood  miliknya. Tadi dia minta Macaroni, tapi cancel minta Spaghetti. Kesukaan makanannya sama seperti Rey. Like Son, like Father.

"Reyent sudah makan dualuan, hem!"

"Pipi lama, Leyent sudah lapal." Ucap Reyent. Mulutnya mecucu dan blepotan semua.

"Lapar? Bukannya tadi sudah makan banyak di rumah Tati?" Tanya Rey.

"Kan tadi di lumah Tati, di sini belum Pipi." Ucapnya.

Rey terkekeh dan duduk di sebelah putranya. Menunggu Stella mengambil makanan untuknya. Mereka menikmati makan malamnya yang kedua dengan tenang, tidak ada celotehan. Biasanya Reyent selalu berceloteh jika makan. Seperti tadi di rumah Darmi. Kali ini tidak, dia makan dengan anteng.

TO BE CONTINUE

Terima kasih sudah mau membaca

Saranghae 🥰

Friday, 18 September 2020

13:55PM

It's Me Rera