"Aku yakin kamu nggak akan pernah bisa lupa sama Planetarium, Nana ." Aku pikir dia akan berhenti menggodaku namun dia semakin menjadi bahkan dengan sengaja kembali mengingat kejadian tadi. Apa maksdunya?
Dan apa yang terjadi dengan mulutku selanjutnya?
"Apa kamu suka sama aku?" Terulang lagi. Pertanyaan bodoh yang membuatku gila karena jawabannya.
Aku menunggu. Sejak pertanyaan itu keluar dari mulutku yang disampaikan oleh pita suaraku, suasana menjadi begitu mencekam. Kami diam. Namun aku tahu aku harus kembali memecah keheningan karena aku yang meminta Hafiz, pergi denganku hari ini.
Tapi belum sempat aku mengeluarkan suara, dia memotong ucapanku. "Gimana kalau aku tiba-tiba bilang aku suka kamu?" aku membeo mendengar jawabannya.
Hingga bermenit-menit berlalu baru aku berkata, "apa?" hanya kata itu yang mampu ku ucapakan dan tak ada lagi pembicaraan diantara kami berdua sampai dia memutuskan kemana tujuan kami selanjutnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com