webnovel

CHAPTER 4

Christal nampak kesulitan membawa tumpukan berkas yang nyaris menutupi pandangannya. Apa lagi dia yang memiliki postur tubuh yang kurang tinggi membuat dia hampir kehilangan keseimbangannya.

Dia harus segera membuat laporan keuangan yang di minta direktur perusahaan dan merangkumnya dari banyaknya dokumen yang dia dapat dari para manager.

Bukan hanya itu, sebelum diserahkan ke direktur, Keylone si CEO ice itu juga meminta laporan itu terlebih dahulu. Luar biasa!

Christal merasa beban pada tangannya berkurang drastis dan pengelihatannya terbuka lebar. Christal harus mendongkak untuk melihat siapa orang yang membantunya.

Dia seorang pria jangkung yang memiliki wajah manis, dan sekarang sedang terseyum ke arah Christal. Tapi jika kalian menanyakan pesonanya, maka tentu CEO ice itu lebih mempesona.

Tunggu!

Apa baru saja Christal memuji-muji CEO itu? Oh, tidak. Tidak Christal, sadarlah, kau tak boleh terpengaruh dengan pesona boss ice mu itu.

"Biar saya bantu nona, anda terlihat kerepotan." suara itu membuyarkan lamunan Christal.

"Terimakasih." ucap Christal kikuk, kebiasan buruknya adalah tidak bisa bersikap biasa-biasa saja jika sudah berdekatan dengan pria tampan. Dia akan merasa malu dan sangat canggung. Wanita aneh.

"Disini?" tanya pria manis itu saat mereka sudah berada di depan ruangan Christal.

Christal mengangguk lalu mendorong pintu kaca itu pelan sehingga terbuka, dia mempersilahkan pria manis itu masuk ke dalam ruangannya.

Pria itu menaruh seluruh berkas yang dia bawa dan meletakannya dengan perlahan di atas meja Christal.

"Terimakasih." ucap Christal sopan.

"Terimakasih kembali. Dan perkenalkan namaku,

Steven.... Steven Willson." ucap pria itu sambil mengulurkan tanggannya.

"Rinzeel Christaly." ucap Christal ramah dan menjabat tangan pria itu.

Pria itu melepas jabatan tangannya, "Senang bertemu anda Rinzeel."

"Christal, panggil aku Christal saja."

"Ohh... sorry, I mean... nice to meet you Christal." pria itu menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, merasa mlakukan kesalahan.

Christal mengangguk dan terseyum ramah ke pada pria itu.

"No problem, nice to meet you too Steven."

"Okay, I go first ... see you."

Christal mengangguk, "See you."

Detik berikutnya pria itu pergi dari ruangan Christal, dan meninggalkanvseutas seyum manis sebelum pergi meninggalkan ruangan Christal.

~ ♡ ~

Christal merenggangkan badannya sejenak lalu melirik ke arah jam tangan berwarna cokelat dengan perpaduan warna silver di pergelangan tangannya.

Sudah pukul dua belas, itu berarti sudah empat jam dia menelan data-data penting tentang kegiatan internal kantor, mulai dari data karyawan yang bermasalah sampai prosedur operasional yang berjilid-jilid. Makin besar suatu perusahan maka makin besar pula birokrasinya.

Christal menguap sejenak, entah kenapa pikirannya melayang saat diaterbangun di mansion boss icenya itu.

Ngomong-ngomong soal boss icenya, Christal belum melihat CEO itu sejak terakhir kali penampakannya di kamar mansion.

Dan--- astaga Christal lupa, sekarang jam makan siang dan seharusnya dia sudah meletakan hasil laporan yang diminta Keylone, lalu memberikannya ke pada direktur perusahan.

Christal menepuk kepalanya pelan, dia membuang-buang waktu dengan memikirkan CEO ice itu. Ohh... CEO itu sudah membuat pikiran Christal hilang kontrol.

Tak mau menunda-nunda waktu, Christal bergegas membawa dokumen yang dia simpan di dalam map berwarna biru itu, lalu berjalan dengan sedikit berlari ke arah ruangan CEO itu.

~♡~

Keylone keluar dari ruang meeating, dia terseyum puas setelah berhasil memenangkan tender. Lagi pula semua pekerjaan bisa berjalan dengan baik dan sempurna juga karena GM barunya.

Key merasakan pukulan pelan pada bahunya, dia menoleh dan terseyum formal kepada pria paruh baya di sampingnya itu.

"Selamat Mr. Keylone, anda selalu berhasil membuat nama perusahan semakin besar." ucap pria paruh baya itu.

"Terimakasih atas sanjungan anda Mr. France, anda juga melakukan tugas dengan baik sebagai seorang direktur perusahan." ucap Key.

Mereka bercengkrama membahasa tentang visi yang selanjutnya akan di kerjakan, sampai si pria paruh baya mendapat panggilan telefon dan mengakhiri perbincangan mereka.

"Maaf Mr, saya undur diri dahulu. Ada hal yang harus saya kerjakan di luar sana." ucap direktur itu.

Key mengangguk lalu berjalan ke arah ruangannya, sepanjang lorong dia di sapa dengan ramah oleh karyawan. Tapi, Key tidak menanggapai dan memilih berjalan dengan langkah angkuhnya.

Dia sampai di depan pintu kebesarannya, tapi dia tak melihat keberadaan Lany. Mejanya kosong.

"Dasar skertaris tidak becus!" umpatnya.

Key mendengar ketukan lembut sepatu heals di lorong ruangannya. Suara itu menggema di sepanjang lorong. Hal itu membuat Key menoleh, dia melihat GM barunya berjalan dengan langkah tergesa.

Bibirinya terseyum manis, tapi Key masih bisa melihat ke kahawatiran di dalam bola matanya. Matanya terlihat begitu indah saat terkena pantulan cahanya matahari, yang membias ke dalam lorong. Pancaran bola mata semurni emas yang membuatnya terpanah seketika.

"Umm... maaf Mr. Keylone, saya telat membawa dokumen anda." ucap Christal membuyarkan pandangan Key yang dari tadi menatap matanya, dan melirik ke arah map biru yang sedang dia bawa.

"Tak masalah, kau boleh pergi." ucal Key datar lalu meninggalkan Christal menuju ruangannya.

Christal melihat pintu kebesaran CEO itu tertutup, dia sampai terheran-heran dengan sikap atasannya itu.

"Hanya itu? Tidak ada kata terimakasih? Dasar boss menyebalkan." umpatnya pelan lalu meningalkan lorong ruangan bossnya dan kembali ke ruangannya.

~ ♡ ~

Christal menepuk dahinya pelan, "Menyebalkan bagaimana bisa diagram pengeluaran perusahan bisa tertinggal di sini, ohh... ayolah, sekarang aku benar-benar malas menemui si es."

Dengan langkah malas Christal mengambil satu jilid kertas yang tertinggal di atas laptobnya. Lalu kembali menyusuri lorong untuk menuju keruangan CEO itu.

Sepanjang jalan dia disapa baik oleh para karyawan maupun office boy, yang melihatnya. Christal juga menanggapinya dengan terseyum atau pun mengangguk membalas sapaan mereka.

Setelah sampai Christal tidak menemukan keberadaan Lany di depan ruanga bossnya. Mejanya masih kosong, sama seperti beberapa menit lalu Christal kesini.

"Kenapa Lany suka sekali menghilang, apa dia tidak takut dipanggil HRD. Atau lebih buruk jika di marahai CEO itu. Ergg... pasti menyeramkan." ucapnya. Lalu denga inisiatif sendiri, Christal mengetuk pelan pintu ruangan CEO itu.

Percobaan pertama tidak ada jawaban, percobaan kedua Christal mengetuk dengan sedikit kencang dan masih tidak ada jawaban. Begitu pula percobaan ketiga.

Christal menggeram pelan, dia paling benci menunggu sesuatu yang tidak pasti. Lalu memilih mendorong pintu itu perlahan.

Seperti dugaannya CEO itu tidak ada diruangannya, ruangannya kosong. Tidak mau ambil pusing, Christal memilih berjalan ke arah meja CEO itu, dan menaruh dokumen yang dia bawa.

Christal mengambil note book mini yang selalu dia bawa kemana-mana. Lalu menuliskan memo di kertas kecil itu.

Saya lupa memberikan data diagaram perusahan ini, maaf atas keteledoran saya Mr. Keylone

~Mrs. Christal

Christal menaruh note itu di atas dokumen itu, dan beranjak ingin pergi. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara desahan dari balik pintu.

Karena penasaran Christal berjalan ke pintu putih yang ada di ruangan Keylone. Suara desahan itu makin jelas terdengar di telinganya. Hal itu membuat dia merasa jijik, tapi rasa jijiknya mengalahkan rasa penasarannya.

Tidak mau mengganggu aktivitas orang di dalam ruangan itu, Christal memilih untuk mengintip dari celah lubang kunci.

Beberapa detik mata Christal membulat sempurna, dia mundur selangkah seperti terkejut dengan apa yang di lihatnnya.

Perlahan kakinya mulai melemas, sampai membuatnya hilang keseimbangan dan terduduk di karpet beludru di ruangan bossnya.

Karpet itu sangat lembut, tapi Christal tak merasakan lembutnya karpet yang menyentuh kaki jenjangnya. Tubuhnya seakan mati rasa, matanya memanas dan mulai memerah, dia berusaha menahan agar cairan bening di dalam matanya tidak tumpah. Menahan air matanya membuat matanya terasa sangat perih.

Dia merasa hatinya terasa sangat sesak. Dia seakan kehilangan napasnya, Christal memukul dadanya kuat. Dia menangis tanpa suara.

Apa yang di lihatnya benar-benar membuatnya terkejut. Dia seakan merasakan déjavu, memori itu. Memori yang berusaha dia hapus, malah sekarang terputar sangat jelas di kepala cantiknya.

Christal memeganga kepalanya yang terasa sangat sakit, benar-benar sakit. Dia bangkit dari posisinya, menyekat air mata yang membasahi pipinya. Pasti akan banyak sekali pertanyaan jika melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Christal berjalan sambil melamun, bahkan sapaan dari Lany tidak dia endahkan.

"Christal!" panggil Lany lalu menghampiri Christal.

Christal memandang Lany dengan tatapan kosong, "Lany, aku akan pulang. Entah mengapa aku merasa kurang sehat."

Lany menangguk, "Baiklah, nanti aku akan mengatakannya kepada HRD bahwa kau izin pulang."

"Terimakasih Lany." ucap Christal lalu melenggang pergi.