webnovel

CHAPTER 3

     Suara gemericik air memenuhi ruangan. Suara itu berasal dari kamar mandi yang sedang di gunakan. Beberapa menit kemudian suara gemericik air itu berhenti digantikan dengan pintu kamar mandi yang terbuka, menampilkan sosok pria tampan yang hanya menggunakan handuk putih polos yang melilit pinggangnya, menampilkan tubuh atletis yang terpahat sempurna.

Key berjalan ke arah walk in closet untuk mengenakan pakaian. Padahal pukul jam 6:43 pagi, tapi Key sudah siap sepagi ini. Dia melihat tubuh proposionalnya yang sudah terbalut kemeja putih serta jas biru tua. Hanya kurang menggunakan dasinya saja.

Dia berjalan ke arah kaca yang tak jauh dari posisinya, berusaha untuk menggunakan dasi. Membuat simpul sedemikian rupa hingga terbentuklah dasi yang lumayan rapi.

Key menggeram kesal, karena tak puas akan hasil simpul dasinya. Dia memilih melepaskan dasi, dan memasukannya kedalam saku jas lalu berjalan keluar dari walk in closet dan sekarang terduduk di pinggir ranjang.

"Apa wanita itu sudah bangun?," gumam Key pelan lalu melihat ke arah arloji di tangannya.

~ ♡ ~

Christal mengerjapkan matanya, pemandangan pertama yang dia tangkap adalah langit-langit kamar berwarna perak.

"Silver?," ucapnya pelan lalu bangun dari posisi tidurnya. Christal memandang ke arah jendela besar yang telah terbuka seakan tak mengerti tentang apa yang di lihatnya.

Dia terdiam sejenak, duduk di atas ranjang dengan kedua tangan sebagai tumpuan. Pandangan matanya tertuju ke luar jendela yang menampilkan pemandangan kota Milan di pagi hari.

Aku di mana?," gumamnya pelan bersaman dengan pintu kamar yang di buka perlahan.

"Christal." panggil orang itu pelan, suara orang itu membuat Christal menoleh dan menampakan seseorang dengan tubuh gagahnya, bahkan otot pria itu masih terlihat meski telah di tutupi oleh jas. Pria iti tengah berdiri di ambang pintu, seakan menyadari sesuatu mata Christal membulat sempurna.

"Mr. Keylone, anda di sini?," tanya Christal lalu menarik selimut putih itu sampai sebatas dada. Christal menunduk sejenak menyadari bahwa blezer hitam dan kemeja putih polosnya telah digantikan dengan swetter hitam tebal bermotif.

Pandangan mata Christal dan beralih menatap tajam ke arah Keylone. Hal itu membuat Key menautkan kedua alisnya.

"What? Kenapa kau menatap ku seperti itu?," tanya Key.

"Kenapa aku bisa disini? Dan dimana pakaian ku?," tanya Christal dengan nada sedikit membentak.

Damn.

Ucapan Christal membuat Key terseyum, senyum tipis yang tulus terukir di bibirnya. Pemandangan yang sangat langka yang entah mengapa membuat hati Christal menghangat.

"Memang apa yang kau pikirkan? Tunggu, tunggu.... aku mengerti apa maksudmu. Dan apa pun yang kau pikirkan tidak seperti apa yang sebenarnya terjadi." Key melangkah mendekat ke arah Christal yang masih mempertahankan posisinya.

Mata Christal tidak berkedip memandang Key dengan tatapan waspada. Key meyadari perubahan wajah Christal yang terlihat takut tapi berusaha terlihat berani.

Mungkin tak apa aku sedikit menjahilinya, batin Key.

Key menaiki ranjang dan berjalan merangkan ke arah Christal, hal itu sontak membuat Christal memundurkan badannya hingga ke kepala ranjang.

Sekarang posisi mereka berhadapan, Key duduk tegak dengan kedua kaki yang dilipat sebagai tumpuan. Sedangkan Christal terjebak di antara tubuh Key yang sudah mengurung dirinya dengan kedua tangannya.

"Ap... pa... yang and... da lakukan?," ucap Christal terbata-bata dan semakin mencengkram kuat selimut putih itu.

Keylone terpanah.

Pancaran bola mata semurni emas milik Christal itu terlihat takut. Mata mereka bertemu dan Christal menatapnya dengan tatapan tajam lalu kembali memalingkan wajahnya.

Key terseyum lalu tertawa kecil, hal itu sontak membuat Christal merasa bingung.

"Maaf," ucap Key lalu memundurkan tubuhnya, "Semalam kau teritidur di mobilku, aku tak tega untuk membangunkan mu. Dan juga karena aku tak tau dimana rumah mu, maka dari itu aku membawa mu ke mansion ku." ucap Key sembari terseyum.

Pria ini lebih banyak terseyum di sini dari pada di kantor. Kenapa bibirnya nampak begitu menggoda jika dia terseyum. Uhh, andai jika bibir it-

Cukup!

Christal menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran liar yang berkelana di otaknya. Lalu melihat ke arah Key yang masih menatapnya sembari terseyum. Hal itu membuat Christal menjadi salah tingkah.

Christal mendengus, "Sebenarnya anda kenapa Mr. Keylone?"

Key mengerutkan dahinya lalu seakan mengerti sesuatu dia kembali berucap, "Aku tak mungkin mengapa-apakan mu, aku memiliki pilihan sendiri untuk meniduri seseorang." ucap Key santai.

Apa maksudnya? Maksudnya aku bukan wanita yang menarik begitu? Menyebalkan, batin Christal.

"Lalu tadi?," tanya Christal seakan belum puas akan jawaban Key.

"This is prank!" ucap Key lalu beranjak dari ranjang.

Christal terseyum masam, lalu melepas selimut yang sedari tadi dia cengkram, sampai-sampai membuat buku-buku jarinya memutih, "Good job." ucapnya pelan.

"Kau lebih baik segera bersiap, di sana... " tunjuk Key ke arah walk in closet di kamar itu. "Ada baju-baju baru, kau bisa menggenakannya dan segeralah pergi ke kantor." ucap Key lalu meninggalkan Christal sendirian di kamar.

Christal beranjak memasuki walk in closet yang tadi di tunjuk Key. Christal menutup mulutnya saking terkejut. Di dalam sana bukan terdapat beberapa baju baru, tetapi puluhan baju, tas serta sepatu yang di simpan rapi dengan berbagai brand terkemuka.

Christal menetralkan ke terkejutannya, lalu berjalan ke arah meja yang terdapat di tengah ruangan. Dia penasaran benda apa yang di simpan di dalam meja bertutup kaca itu.

Damn!

Di meja itu terdapat berbagi asesoris wanita, mulai dari anting kalung, jam tangan dan banyak lagi.

Christal bisa melihat logo yang tertera dari perhiasan itu. Dia berkeliling sambil berpikir.

Untuk apa seorang pria memiliki walk in closet dengan puluhan pakaian seperti ini?, batinnya

Tak mau terlalu larut dalam pemikirannya, jari lentik Christal terulur untuk memilih baju yang sekiranya sederhana dan tidak terlalu mahal.

Dia tidak enak mengambil barang yang terlalu mahal di rumah bossnya sendiri.

Pilihan Christal jatuh kepada menset turtelneck lengan panjang berwarna hitam polos dan rok tutu berbahan plisket selutut berwarna gelap dengan sedikit corak.

"Mungkin aku harus berpikir ribuan kali untuk berada di tempat bak istana ini." ucap Christal lalu keluar dari walk in closet itu.

~ ♡ ~

Christal telah siap dengan pakaian yang tadi dia pilih. Baju yang dia kenakan terlihat serasi dengan tas hitam miliknya.

Christal merasa sangat tidak enak menggunakan baju yang bukan miliknya, tapi apa boleh buat dia harus sudah siap dan bergegas ke kantor.

"Astaga," pekiknya kaget. Lantara beberapa wanita menggunakan pakaian sama, yang sepertinya adalah seragam mereka, telah berbaris rapi di depan pintu kamar Christal.

"Kalian siapa?," tanya Christal saat telah berhasil menetralkan ke terkejutannya.

"Kami adalah pelayan di mansion tuan muda. Maaf membuat nona terkejut. Tadi sebelum tuan muda berangkat, beliau berpesan untuk melayani nona dengan sebaiknya," ujar salah satu pelayan.

Mata Christal menoleh ke kanan dan ke kiri lalu berakhir sambil menunjuk dirinya sendiri, "Siapa aku? Kalian ingin melayaniku?."

Tanya Christal yang di balas anggukan serempak dari 4 pelayan yang tengah berbaris rapi itu.

Christal tertawa keras, seakan ucapanya barusan adalah sebuah lelucon yang patut untuk di tertawakan.

Sikap Christal membuat para pelayan saling berpandangan dan mengerutkan alis mereka tanda tak mengerti.

"Maaf," ucap Christal setelah menghentikan acara tertawanya.

"Kalian tak perlu melayaniku, aku bisa mengurus diri ku sendiri. Permisi aku harus segera pergi ke kantor." ujar Christal lalu melewati para pelayan itu sambil membungkuk sopan.

Christal mengerutkan kening saat ingin keluar dari mansion megah bak istana itu. Dia tak tau harus memilih jalan yang mana untuk keluar dari mansion itu.

Seperti mengerti gelagat kebingungan Christal, salah seorang pelayan menuntun Christal untuk bisa keluar dari mansion itu. Dengan syarat Christal harus bersedia untuk menerima pelayanan mereka.

Cukup sulit untuk membujuk Christal, tapi akhirnya dia mengalah membiarkan para pelayan itu menuntun dia ke suatu ruangan.

Ruangan itu adalah ruang makan.

Tidak!

Ruangan itu lebih mirip sebagai ruang jamuan untuk menampung seluruh warga kota Milan. Tidak, Christal terlalu berlebihan.

Pada dasarnya dia hanya tidak terbiasa dengan kemewahan yang overdosis seperti ini.

Dia terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Christal mengingat tentang bagai mana beruntungnya dia saat berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai GM di salah satu perusaha terbesar di Eropa.

Pekerjaan yang di impikan banyak orang. Gaji yang besar, berbagai fasilitas pendukung serta tunjangan kesehatan untuk para pegawainya.

Guncangan pelan di bahunya membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan itu, menyuruh Christal untuk segera duduk dan makan.

Christal menuruti permintaan si pelayan, dia memakan makanannya dengan tenang. Hanya ada suara dentingan peralatan makan yang di gunakan Christal.

Sedangkan para pelayan sibuk memperhatikan gerak gerik Christal. Mereka memandang Christal dengan tatapan kagum.

Hell?

Apa yang harus di kagumi? Dia wanita yang biasa-biasa saja, tidak terlalu cantik, tidak terlalu sexsy. Wanita biasa yang beruntung bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi ratu dalam sehari.

Bukan!

Menjadi ratu dalam benerapa menit, lalu kembali menjadi wanita biasa-biasa saja.

Christal berdehem, menetralkan kegugupannya karena di pandang sangat intens oleh para pelayan. Dia meneguk susu putih di sampingnya, tanda selesainya acara makannya.

Christal beranjak lalu dengan wajah polosnya bertanya pada seorang pelayan yang masih memandangnya sembari terseyum.

Ralat, para pelayan di sini memang memandanginya dan terus terseyum. Tetapi, itu adalah seyuman tulus yang tidak di buat-buat.

"Apa sekarang aku boleh pergi?," tanyanya dengan wajah lugu.

"Tentu nona Christal, supir telah menyiapkan mobil untuk anda. Mari saya antar." ujar si pelayan itu sopan.

Christal mengikuti langkah para pelayan yang menuntunnya ke luar mansion. Melewati pintu besar yang terbuka otomatis.

Christal berdecak kagum melihat fasilitas yang di tawarkan mansion ini. Dia tau kalau boss icenya itu kaya. Tapi dia tak menduga bahwa boss icenya itu sangatlah kaya. Tidak! Tetapi benar-benar kaya.

Chrsital terperanga saat seorang pelayan menyuruhnya untuk memasuki mobil aventador berwarna silver itu.

"Ini?" tunjuknya ke arah mobil silver yang terlihat sangat maskulin.

Pelayan itu mengerutkan satu alisnya, "Ada apa nona? Apa mobilnya tidak bagus? Atau anda ingin mengganti mobil ini dengan mobil yang lain?," tanya seorang pelayan itu khawatir.

"Tidak bukan begitu..." Chirstal menjeda ucapannya dan berpikir sejenak.

"Ahh... tidak lupakan saja, aku akan menggunakan mobil yang ini." ujar Christal lalu memasuki mobil aventador yang telah di bukakan oleh si supir.

"Ternyata begini rasanya menjadi ratu satu hari." ucap Christal.