"Sayang ... Maafkan aku! Aku tidak tahu hal ini bisa menimpamu! Bertahanlah Sayang. Kita akan segera ke Rumah Sakit," ucapnya masih memelukku dan mengusap darah-darah yang alirannya kecil dari hidungku dengan pakaiannya.
Dia memelukku erat dan menyentuh perutku yang sedang terluka karena pisau masih berada disana. Aku tak mampu berucap apa-apa, tapi hatiku sejak tadi berkata-kata, sejak tadi mengharap kedatangannya.
Suara Raungan Ambulance terdengar memekikkan telingaku, Mas Royan masih mendampingi aku sambil menggenggam erat tanganku serta mengelusnya. Dia begitu mencemaskan aku dari tatapannya yang masih sendu. Aku masih menahan sakit yang teramat, selain aku tidak pernah merasakan luka-luka yang seperti ini, aku juga takut akan darah sebenarnya, aku hanya ingin setelah ini ada yang mengusut siapa dibalik kejadian ini, aku takkan rela diriku babak belur begini. Apa salahku? Apa yang telah aku perbuat sehingga ada orang yang ingin menghukumku sedemikian rupa.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com