"Iya Ibu, berontak pun aku tahu sudah gak ada gunanya," jawabku.
Hanya perempuan yang mengerti perasaan perempuan, aku tahu Ibuku merasakan yang aku rasakan dan Ibu juga pernah muda dan pernah jatuh cinta.
"Ibu akan selalu bersamamu dan selalu berada di pihakmu. Ibu sangat menyayangi Arman tapi semua itu tidak mungkin untuk saat ini. Kalau Ibu bisa bersuara. Ibu sehati denganmu. Arman pemuda yang lebih baik untukmu, tapi keadaan tak membuat kita punya pilihan Sayang, jadi bagaimanapun doa Ibu selalu menyertaimu."
Kami terhanyut dalam kesedihan karena mengungkapkan dari hati ke hati antara seorang Ibu dan seorang anak. Keheningan suasana kami dikejutkan oleh suara panggilan pada ponselku.
Arman?! Betapa kuat sinyal kami, baru saja ibu menyebut namanya. Kini dia sudah muncul dan menelfon aku. Aku tersenyum bahagia dan kami saling bertatapan heran. Bagaimana bisa tembus firasat kami dengannya itu?.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com