webnovel

Pindahan

Lana membuka matanya sebelum alarm dari telepon genggamnya berbunyi. Ia segera meraih telpon genggamnya dan kemudian menonaktifkan seluruh alarm. Ia tidak mau Hardy terbangun. Hardy tampak kelelahan dan ia mendengkur dalam tidurnya.

Lana tersenyum menantap pria muda berusia akhir dua puluhan yang baru menikahinya tiga bulan yang lalu. Lana menundukkan dirinya dan mencium pipi Hardy dengan lembut sebelum akhirnya ia mengambil piyama yang tergolek di lantai kamar.

Tadi malam, Hardy terbangun dan tiba-tiba saja menginisiasi hubungan seksual. Lana yang awalnya tertidur nyenyak, tetap bersedia melayani Hardy sebagai istri yang baik. Lagipula, mereka berdua sama-sama puas dan tertidur pulas dengan berpelukan hingga pagi.

Lana merasa bersyukur Hardy dapat menemaninya sekarang. Sebulan setelah pernikahan mereka, Hardy harus pergi. Untung saja Hardy kembali sebulan kemudian. Sejak Hardy kembali, Lana sangat takut kehilangan Hardy dan ia mengajak Hardy pindah ke pinggir kota. Ke area perumahan yang jauh lebih sepi dan tenang di bandingkan rumah pertaman mereka di Jakarta Selatan.

Lana menatap Hardy yang masih tertidur dengan tenang. Wajah tampannya tampak seperti malaikat dengan dihiasi rambut ikalnya yang kecoklatan.

Lana mencium pipi Hardy sekali lagi dan akhirnya Lana memutuskan untuk bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Ia akan membiarkan Hardy tertidur sampai puas hari ini.

Lana berjalan ke ruang tamu dengan hati-hati. Tumpukan kotak kardus berisi barang-barang Lana dan Hardy dari rumah lama mereka masih bertumpuk. Menunggu untuk dibongkar. Lana menghela nafas dan kemudian berjalan ke arah dapur.

Ia segera memanaskan air dan membuat kopi. Mesin pembuat kopi kesayangannya masih terjebak dalam salah satu kotak di hadapannya. Oleh karena itu, ia harus puas dengan kopi sachet murah yang dibeli Hardy tadi malam di mini market mini di depan kompleks perumahan mereka.

Lana menyesap kopinya dan kemudian duduk di tengah ruang tamu. Bersiap untuk membongkar kotak-kotak kardus tersebut. Setelah membongkat kotak ketiga, Lana dapat mendengar suara sayup-sayup dari kamar di lantai dua. Tampaknya Hardy sudah bangun dari tidur nyenyaknya.

Lana membuka kotak yang baru dengan tulisan kamar mandi. Ia tampak sedikit kesal karena ternyata isi kotak tersebut adalah koleksi mainan milik Hardy dan bukan perlengkapan kamar mandi.

"Hardy! Sayang! Bantuin aku bongkar kotak-kotak kita dong!" Ujar Lana dengan nada sedikit kesal. Ia sudah meminta Hardy untuk memasukkan seluruh barang ke kotak sesuai namanya. Tetapi tampaknya Hardy memasukkan barang-barang tidak sesuai kotak yang disediakan.

"Dy! Sayang!" Lana berusaha memanggil Hardy untuk turun ke ruang tamu. "Aku buang koleksi robot Gundam kamu ya kalau kamu enggak mau bantuin!" Lana akhirnya mengancam Hardy. Lana tahu bahwa Hardy sangat menyayangi segala koleksi mainannya, terutama koleksi robot Gundam yang ia beli kebanyakan asli dari jepang.

Hardy masih bermalas-malsan di tempat tidur, tetapi setelah mendengar ancaman Lana. Ia sadar bahwa keselamatan koleksi Gundamnya terancam. Hardy segera berlari turun ke ruang tamu untuk membantu Lana merapikan rumah baru mereka berdua.

"Ya ampun, Lana. Jangan galak-galak dong, Ratuku yang Cantik. Nanti cepat tua loh!" Ujar Hardy dengan santai sambil mengecup pipi Lana lalu mengambil sekotak dus dan mulai membongkar koleksi robot Gundam-nya.

Hardy bersenandung pelan sambil mengeluarkan robot-robot koleksinya. Ia tampak seperti anak kecil yang membuka hadiah Natal-nya lebih awal. Lana tersenyum memandang Hardy yang tambapak bahagia dan bersemangat.

"Kamu mau kopi, Yang?" Tawar Lana. Ia tahu kalau suaminya tidak terlalu suka kopi walaupun ia tidak akan menolak bila Lana membuatkannya kopi.

"Kalau susu jahe, ada?" Tanya Hardy sambil mengangkat kedua alisnya.

"Kita punya susu kental manis dan jahe merah." Ujar Lana berusaha mengingat bahan makanan yang ada di kulkas mereka. "Tunggu sebentar ya, aku bikinin dulu." Lana berdiri dan kemudian berjalan ke dapur.

Lana mulai menjerang air lagi, menunggunya panas. Hardy yang tidak sabar, menyusul Lana ke dapur dan mencium pipi Lana dengan lembut. Lana terkekeh geli. Kecupan Hardy terasa dingin di pipi Lana yang lembut dan hangat.

Sambil menunggu air mendidih, Hardy mengajak Lana berdansa dengan senandungnya yang lembut. Sikap Hardy yang romantis selalu berhasil membuat hati Lana meleleh.

Lana memeluk Hardy selama mereka berdansa. Tiba-tiba mata Lana terpaku ke salah satu sudut dapur. Sesosok wanita berambut panjang dengan pakaian putih menjuntai menatapnya dingin. Dengan luka bakar di wajah wanita itu, Lana tahu bahwa wanita tersebut mahluk gaib.

Lana berdehem. "Makin dingin ya, Yang. Aku seduh susu jahenya dulu ya" Lana berjalan ke arah kompor dan membuat susu jahe kesukaan Hardy.

"Dingin? ngaco deh kamu." Hardy tertawa pelan.

"Yang, sekarang aku mau kopi susu aja deh," Hardy mengambil satu sachet kopi dan menuangkannya ke gelas berisi susu kental manis yang sudah disiapkan oleh Lana.

Lana melotot, pura-pura kesal dengan Hardy yang berubah pikiran, "kamu itu ya! Suka berubah-ubah pikiran gitu deh!" Protes Lana.

Mahluk gaib yang dilihat Laura masih memperhatikan mereka berdua bercengkrama di dapur.

Lana sudah mulai terbiasa dengan kedatangan mahluk gaib sejak dua bulan lalu. Lana sempat kaget dan panik pada penglihatan pertama tapi sekarang ia sudah mulai terbiasa dan tidak takut lagi. Genderuwo, kuntilanak, sundel bolong, atau bentuk mahluk gaib lainnya sudah tidak membuatnya takut sama sekali. Lana tahu ia tidak boleh takut kepada mahluk-mahluk gaib tersebut karena itulah yang akan memberi mereka kekuatan untuk menguasai manusia.

Berbeda dengan Lana, Hardy tidak pernah menyadari kehadiran mahluk gaib tersebut. Mungkin belum.

Lana sadar di rumah barunya ini aura gaib cukup kuat terasa, cepat atau lambat, Hardy juga pasti akan bisa melihat mereka.

Hardy kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan kembali membongkar kotak-kotak kardus pindahan mereka.

Lana membawakan kopi susu pesanan Hardy sembari mendinginkan susu jahenya. Beberapa hari ini Lana sering merasa kedinginan walau suhu udara di Depok cukup panas.

Lana tersenyum memperhatikan Hardy yang sibuk dengan koleksinya. Hardy memang memiliki sifat kekanakan, tetapi Hardy juga memiliki sikap rela berkorban dengan tulus kepada siapa saja bahkan orang asing. Hal itulah yang membuat Lana jatuh cinta pada Hardy sejak pertama kali bertemu di masa orientasi SMA mereka. Walaupun mereka baru menikah kurang dari 6 bulan, tapi mereka sudah berpacaran lebih dari 8 tahun.

Hardy yang akhirnya menyadari tatapan Laura tersenyum. "Kok ngeliatin terus dari tadi?" Tanya Hardy sambil tersenyum.

"Aku senang dan bahagia kamu disini, Dy." Lana bergerak ke arah Hardy dan memeluknya erat. "Janji ya, jangan pergi lagi." Ucap Lana lembut sambil mengecup pipi Hardy dan memeluknya dengan erat seakan takut akan kehilangan Hardy.

Hardy tersenyum dan mengecup puncak kepala Lana dengan lembut.

"I love you. (Aku cinta kamu.)" Ucap Lana lembut.

"I love you. Always. (Aku cinta kamu. Selalu.)" Balas Hardy lembut.