webnovel

Chapter 1

"Bagaimana menurut mu?"

"Sempurna." Kenneth merapikan balon-balon yang ada didekat kakinya.

"Abby, apa kau mau menambahkan sesuatu?" Hanna berbalik untuk menatap putri bungsunya yang sedang duduk di kursi.

Gadis berusia dua belas tahun itu sedang memegang labu untuk dekorasi. mata birunya menilai hasil karya sang ibu dengan serius. Dia mengangguk dan tersenyum lebar sambil berkata. "Itu lebih keren dari dekorasi milik Mr. Malory, Mom. Kau tidak perlu menambahkan sesuatu lagi."

"Mommy juga berfikir begitu," sahutnya dengan penuh percaya diri.

Terdengar bel dari pintu depan. Ketiga orang itu menoleh secara bersama-sama dengan pandangan heran. Mereka tahu para tetangga tidak mungkin berkunjung kerumahnya mereka, mengingat kesibukan orang-orang untuk mempersiapkan pesta Halloween pada esok hari. Abigail yang paling dekat dengan pintu bangkit dengan semangat sambil berlari kearah pintu.

"Itu pasti Daniel!" serunya.

Abigail membuka pintu depan. Senyum manis yang terpasang diwajah mungilnya kini berubah datar ketika melihat siapa yang berdiri didepannya. Mendesah dengan kecewa, gadis itu menyingkir dari pintu. "Astaga, kamu..... Masuk."

Tom Harrison adalah salah satu teman dekat saudara Abigail ---- Jonathan Watson ---- Dia berkaca mata bundar dengan penampilan khas remaja nakal namun beraura intelektual. Rambut coklat berpotongan rapi itu telah disisir layaknya rumput tertimpa badai ---- acak-acakan. Tom membawa kotak kardus yang diatasnya tergeletak buku tebal dengan judul tulisan yang belum pernah Abigail lihat. Remaja itu tersenyum kecil kemudian masuk kedalam rumah.

"Daniel masih ada dibelakang," katanya singkat.

Abigail menatap halaman depan, seperti yang diucapkan Tom, didekat pagar dia melihat seorang Remaja Asia tengah menyandarkan sepedanya dipagar rumah. Ketika dia berbalik, Remaja itu tersenyum saat melihat Abigail berdiri didepan pintu sambil melambaikan tangan mungilnya.

"Hallo Abby."

"Daniel, kau ingin bertemu Jonathan?"

"Ya."

Daniel memiliki mata coklat gelap dengan sorot yang dalam. Rambut hitam'nya terurai menutupi dahi putihnya. Dia memiliki senyum yang menawan hingga banyak anak-anak blok rumah Abigail mengenalnya.

Daniel berjalan melewati ruang tamu kemudian masuk keruang keluarga dimana Hana dan Kenneth sedang menghiasi meja dengan pernak-pernik Halloween. "Selamat siang semuanya. Dekorasi ruangannya sangat bagus, Hana," sapa'nya sambil mengamati seluruh ruangan yang hampir selesai dihias.

"Selamat siang juga, Daniel. Tentu saja, aku sudah memikirkan ide ini selama dua bulan lebih. Kalau hasilnya tidak bagus, semua usahaku akan sia-sia."

Kenneth terkekeh pelan. "Baiklah ide mu memang sangat menakjubkan, Honey." Kenneth menoleh kearah Daniel lalu menambahkan. "Daniel kau langsung saja naik keatas, Tom sudah naik lebih dahulu."

"Terimakasih Mr. Watson." Daniel kembali berjalan kearah tangga yang terletak di samping ruang keluarga. Dia sering bermain kerumah keluarga Watson, bahkan sering menginap ketika dia ditinggal sendirian dirumah. karena itu Daniel dekat dengan keluarga Watson dan hafal tata letak ruangan yang ada disana.

Pertama kali mengenal keluarga Watson, berawal dari Jonathan yang duduk disebelah Daniel saat sekolah menengah. Laki-laki dengan tinggi menonjol itu sangat ramah kepada murid Asia yang saat itu tidak mahir berbahasa inggris. Dia dengan sabar berbicara perlahan agar Daniel paham, hingga Jonathan memperkenalkannya dengan Hana yang pekerjaannya sebagai tur guide disalah satu tempat wisata. Sejak saat itu Daniel sering bermain kerumah Jonathan hanya untuk belajar bahasa Inggris dan bermain bersama Abigail.

Daniel berdiri didepan pintu dengan stiker bergambar Jack o' latern. pintu yang berbau cat baru itu dibuka perlahan, memperlihatkan ruangan rapi berpenghuni dua orang remaja laki-laki. Mereka tengah berbaring di kasur sambil membaca buku dan memegang berlembar-lembar kertas dengan wajah serius.

"Sedang apa kalian?" Tanyanya sambil duduk disebelah Jonathan.

"Kami membaca buku tentang Halloween." Tom menjawab sambil mengangkat bukunya agar Daniel saat melihat isi dari buku tersebut.

"Bahasa Thailand?" Dahi Daniel mengernyit. "Kau membelinya di Thailand atau seseorang memberikannya padamu?"

Tom menggelengkan kepalanya pelan. "Aku mengambilnya di perpustakaan kota seminggu yang lalu. Semuanya sudah aku terjemahankan, kau ingin membacanya?"

"Aneh, bagaimana buku luar disimpan di perpustakaan tanpa diterjemahkan terlebih dahulu?" Gumam Daniel sambil menerima lembaran kertas dari tangan Tom.

Jonathan beranjak untuk duduk kemudian bersandar pada bahu Daniel. "Mungkin itu ditinggalkan oleh seseorang."

Isi dalam kertas itu tidak menceritakan tentang hantu atau hal-hal mistis dalam Halloween. Akan tetapi hampir setengah isi kertas menceritakan mengenai penemuan jasad beberapa anak yang ditemukan meninggal secara tragis pada malam Halloween. Kejadian tiga puluh tahun itu menggemparkan seluruh Arizona. Kejadian itu juga pernah terjadi pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh empat dan dua ribu sepuluh lalu, dengan metode yang sama pada waktu yang sama pula. Hingga kini kasus itu menjadi salah satu kasus yang tak terpecahkan dalam berkas kepolisian Amerika.

"Apakah kejadian itu benar-benar terjadi?"

"Ya." Jonathan menjawab. "Aku ingat Dad pernah bercerita tentang peristiwa itu. Pelakunya sangat kejam, dia bahkan memotong kepala anak-anak. Ada sebagian yang dikeluarkan organ dalamnya."

" Benar." Tom ikut duduk sambil membuka buku berbahasa Thailand itu hingga membuka beberapa halaman terakhir yang telah digaris bawahi dengan bolpoin merah serta diberi coretan jelek milik Tom. "Dibeberapa halaman terakhir menjelaskan bahwa ada seseorang yang telah menghentikan pelakunya, tetapi tidak dijelaskan siapa dan bagaimana dia menghentikannya. Dia bahkan tidak menyerahkan pelakunya ke polisi dan malah membiarkannya begitu saja. Bukankah itu sangat berbahaya? Aku bahkan tidak yakin kalau cerita tentang orang itu nyata."

"Mungkin dia membunuh pembunuhnya dan takut dipenjara jika dia melaporkan ke polisi. Atau sebenarnya dia pelakunya, tetapi dia sudah terlalu tua untuk membunuh. Jadi dia mengarang cerita untuk memulai hidup baru."

"Usia tidak menjamin seseorang untuk berhenti membunuh. Dalam beberapa kasus, mereka malah semakin kejam dan tidak rasional."Daniel menyanggah dengan keras. "Coba kita hitung pertama kali dia mulai membunuh. kasus pertama muncul pada tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh satu....."

"Well, itu bukan pertama kali kasus itu muncul. Setidaknya ada kasus serupa pada tahun seribu delapan ratus sembilan puluh satu. Aku tidak tahu secara detail, karena kurangnya akses data didata base kepolisian." kata Tom memotong ucapan Daniel.

Jonathan dan Daniel tercengang mendengar ucapan Tom. Mereka tidak menyangka temannya akan mencari sedetail itu mengenai kasus pembunuhan berantai hingga membobol data base kepolisian Amerika. Terkadang mereka khawatir jika Tom akan terlacak ketika memeriksa data-data tersebut, tetapi Tom dengan penuh keyakinan, berkata bahwa itu tidak mungkin terjadi. Orang lain mungkin mengira Tom adalah remaja kutu buku yang ingin tampil garang dengan semua pakaiannya. Namun mereka tahu jika semua yang dilakukan Tom hanya kamuflase untuk menutupi obsesi anehnya tentang kasus kriminal yang tidak bisa dipecahkan oleh polisi. Karena itu, walaupun dia tidak mengatakan dengan keras, mereka tahu apa yang ingin dilakukan remaja itu.

"Kau ingin menyelidiki kasus itu?" tanya Jonathan.

Tom mengangguk dengan semangat. Dia membuka kardus yang diletakkan di samping tempat tidur lalu mengeluarkan tiga kostum yang di bagikan kepada Jonathan dan Daniel. "Kita akan mulai malam ini. Jam tujuh kita akan berkumpul dihalaman bekas rumah Mrs. Conor untuk mengamati apakah pembunuh itu akan beraksi di Dakota Utara atau tidak."

Sejenak ruangan terasa hening. Hanya terdengar bunyi detik jam yang terletak diatas meja belajar, sebelum dipecahkan oleh gerutuan Jonathan yang terdengar kesal. "Kau gila!"

Maaf jika ada typo

Sonja_Lencreators' thoughts